Apr 29, 2024

SEC vs DeFi: Apa yang Menanti di Tengah Benturan Regulasi dan Kekacauan Peretasan

Decentralized Finance (DeFi) tengah menjadi perhatian Securities and Exchange Commission (SEC), seperti yang dicatat oleh Forbes setelah tindakan terhadap Uniswap. Kasus ini menandai momen penting bagi DeFi untuk mengatasi isu-isu penting guna masa depan yang lebih stabil.

Uniswap dituduh oleh SEC sebagai broker dan bursa sekuritas tanpa lisensi karena memfasilitasi perdagangan token yang dianggap sebagai sekuritas, seperti yang diterbitkan melalui Initial Coin Offerings (ICOs). SEC berargumen bahwa Uniswap Labs memegang kontrol signifikan atas platform, namun Uniswap Labs membantah dengan menyatakan bahwa mereka hanya mengembangkan antarmuka pengguna, sementara protokol Uniswap beroperasi sebagai kode otonom yang dapat berfungsi tanpa antarmuka tersebut.

Kasus ini tidak sepenuhnya mengejutkan mengingat adanya indikasi sebelumnya mengenai pengawasan yang meningkat. Meski situasi ini menimbulkan kekhawatiran pasar dan potensi dampak pada kepercayaan investor, Uniswap tampak siap menghadapi tantangan hukum yang muncul dan berpotensi memperkuat posisi DeFi sebagai entitas yang lebih terlegitimasi dan stabil.

Namun, kasus Uniswap hanya merupakan satu aspek dari tantangan yang dihadapi DeFi. Laporan terbaru menunjukkan bahwa kerugian besar terjadi dalam ekosistem DeFi akibat peretasan dan penipuan, menyoroti perlunya peningkatan keamanan. Sebagai contoh, pada bulan Maret, sebuah game NFT bernama Munchables mengalami kerugian $62,5 juta karena eksploitasi oleh seorang pengembang dengan kemungkinan keterkaitan dengan grup kejahatan siber.

Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan perlunya sebuah pendekatan yang lebih ketat terhadap keamanan dan perekrutan, dengan penekanan pada pemeriksaan kode yang lebih ketat dan kontrol atas implementasi kontrak cerdas. DeFi harus meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, serta bekerja sama dengan regulator untuk mengembangkan standar dan praktik terbaik yang mendukung inovasi sambil memastikan perlindungan konsumen.

Keseluruhan industri DeFi harus merespons dengan peningkatan audit keamanan, pengujian penetrasi, dan program bug bounty yang memberi insentif kepada peretas etis. Dialog yang konstruktif dengan badan pengatur juga penting untuk membentuk kerangka kerja regulasi yang efektif.

Dengan fokus pada keamanan, transparansi, dan kolaborasi, DeFi dapat memetakan jalan menuju adopsi arus utama yang lebih luas, menavigasi kompleksitas regulasi sambil membuka potensi penuh dari teknologi ini. Dengan demikian, sementara tantangan saat ini cukup berat, pendekatan yang berpusat pada keamanan dan kepatuhan dapat memberi manfaat besar bagi ekosistem DeFi dan penggunanya di masa depan.

SEC vs DeFi: Apa yang Menanti di Tengah Benturan Regulasi dan Kekacauan Peretasan
by Albert Agung

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan