Jun 29, 2025

Regulator Thailand Menyetujui Stablecoin USDT dan USDC

Default Featured Image

Komisi Sekuritas dan Bursa Thailand (SEC) telah menyetujui Tether’s USDt dan Circle’s USDC untuk diperdagangkan di bursa aset digital yang diatur secara resmi. Dengan adanya keputusan ini, kedua stablecoin tersebut kini dapat digunakan dalam transaksi mata uang kripto di Thailand sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Persetujuan ini diumumkan oleh SEC Thailand setelah menerima berbagai masukan dari publik mengenai perubahan aturan yang diusulkan. Regulasi tersebut telah difinalisasi pada Februari dan dijadwalkan mulai berlaku pada 16 Maret. Langkah ini menjadi bagian dari upaya pemerintah Thailand untuk memberikan kepastian hukum bagi perdagangan aset digital serta mendorong adopsi stablecoin sebagai alternatif pembayaran yang lebih efisien.

Sebelumnya, laporan dari Cointelegraph mengungkapkan bahwa Thailand semakin terbuka terhadap legalisasi mata uang kripto. Banyak pihak di negara tersebut mendukung penggunaan stablecoin untuk meningkatkan pendapatan domestik serta mempercepat transformasi ekonomi digital. Sebagai bagian dari inisiatif ini, Thailand meluncurkan sandbox regulasi pada Agustus 2024 yang memungkinkan penyedia layanan tertentu untuk bereksperimen dengan aset digital dalam lingkungan yang terkontrol.

Dengan adanya persetujuan ini, stablecoin kini bergabung dengan lima mata uang kripto lain yang telah diakui untuk diperdagangkan di Thailand, yaitu Bitcoin (BTC), Ether (ETH), XRP, Stellar Lumen (XLM), serta aset digital lain yang sedang diuji oleh Bank of Thailand sebagai alat penyelesaian transaksi.

Menurut pernyataan resmi dari Tether pada 10 Maret, keputusan ini membuka peluang bagi bisnis aset digital di Thailand untuk mengadopsi USDt sebagai alat pembayaran. Stablecoin ini juga dapat digunakan dalam berbagai transaksi, termasuk remitansi dan pembayaran lintas batas.

Peningkatan Adopsi Stablecoin

Selain mendukung perdagangan aset digital, stablecoin semakin diakui sebagai solusi pembayaran yang lebih murah dan cepat dibandingkan metode konvensional. Laporan Chainalysis pada Desember 2024 menyebutkan bahwa remitansi menggunakan stablecoin 60% lebih hemat dibandingkan metode tradisional. Data dari a16z Crypto menunjukkan bahwa pada Desember, lebih dari 28,5 juta pengguna stablecoin telah melakukan lebih dari 600 juta transaksi. Saat ini, nilai total stablecoin yang beredar mencapai hampir $230 miliar, dengan USDt dari Tether menguasai lebih dari 63% pasar.

Regulator Thailand Menyetujui Stablecoin USDT dan USDC
by Albert Agung


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan