Jun 29, 2025

Qualcomm Beri Sinyal Pemulihan Pasar Smartphone, Saham Melonjak 7%!

Default Featured Image

Raksasa semikonduktor Qualcomm Inc. kembali menghidupkan optimisme di industri smartphone dengan laporan kinerja yang lebih baik dari ekspektasi. Dalam laporan keuangannya yang dirilis pada Rabu (6/11), Qualcomm memberikan proyeksi penjualan yang lebih tinggi dari perkiraan analis, menandakan bahwa permintaan ponsel terutama di China mulai pulih.

Reaksi pasar pun langsung terlihat. Saham Qualcomm (QCOM) melonjak 7% dalam perdagangan pre-market pada Kamis, setelah sebelumnya ditutup di harga $172,99 di New York. Sejak awal tahun, saham perusahaan ini telah naik 20%, mencerminkan kepercayaan investor terhadap pemulihan industri semikonduktor dan smartphone.

Pendapatan Melampaui Ekspektasi, Qualcomm Percaya Diri

Qualcomm memperkirakan pendapatan kuartal yang berakhir pada Desember 2024 akan berada di kisaran $10,5 miliar hingga $11,3 miliar—lebih tinggi dari estimasi rata-rata analis sebesar $10,5 miliar. Sementara itu, laba bersih per saham (EPS) yang disesuaikan diproyeksikan mencapai $3,05, juga lebih tinggi dibandingkan perkiraan Wall Street.

Laporan kuartal keempat Qualcomm juga menunjukkan performa yang solid:

1. Pendapatan naik 19% menjadi $10,2 miliar, lebih tinggi dari perkiraan analis sebesar $9,91 miliar.
2. Laba bersih per saham (EPS) mencapai $2,69, melampaui ekspektasi yang hanya $2,56.
Penjualan chip smartphone naik 12% menjadi $6,1 miliar, sedikit lebih tinggi dari proyeksi analis sebesar $6 miliar.
3. Pendapatan dari chip otomotif melonjak 68% menjadi $899 juta, jauh di atas estimasi $816 juta.
4. Pendapatan dari chip perangkat terhubung (IoT) mencapai $1,68 miliar, juga melebihi ekspektasi $1,55 miliar.

Dengan hasil yang kuat ini, Qualcomm semakin yakin bahwa industri smartphone sedang memasuki fase pemulihan, terutama di China, di mana penjualan ponsel berbasis Android naik 40% sepanjang tahun fiskal yang berakhir 29 September.

China Jadi Kunci Pemulihan Pasar Smartphone

Pasar smartphone global mengalami penurunan permintaan dalam beberapa tahun terakhir akibat inflasi dan pelemahan ekonomi global. Namun, China kini muncul sebagai titik terang bagi pemulihan industri.

Qualcomm, yang menjadi pemasok utama chipset premium untuk berbagai merek besar seperti Samsung, Xiaomi, dan Oppo, memiliki keunggulan kompetitif di pasar China. Dengan meningkatnya permintaan smartphone Android kelas atas di negara tersebut, Qualcomm berhasil membukukan pertumbuhan signifikan dalam penjualan chip ponsel.

CEO Qualcomm, Cristiano Amon, menegaskan bahwa pemulihan di China adalah indikasi awal bahwa siklus negatif industri smartphone mulai berakhir.

“Kami melihat tanda-tanda positif dalam pemulihan permintaan, terutama di segmen premium. Ini adalah sinyal yang baik bagi industri secara keseluruhan,” ujar Amon.

Ancaman Apple & Masa Depan Qualcomm

Meskipun kinerja keuangan Qualcomm mengesankan, perusahaan masih menghadapi tantangan besar dari Apple. Saat ini, Apple masih menggunakan modem Qualcomm dalam iPhone, tetapi perusahaan teknologi yang berbasis di Cupertino itu sedang mengembangkan modem 5G sendiri. Jika proyek ini sukses, Apple akan secara bertahap mengurangi ketergantungannya pada Qualcomm sebuah skenario yang telah lama diperingatkan oleh para analis.

Qualcomm menyadari risiko ini dan terus mendiversifikasi bisnisnya. Selain sektor smartphone, perusahaan juga agresif memperluas portofolio ke industri otomotif dan komputasi, termasuk chip untuk kendaraan listrik dan perangkat Internet of Things (IoT).

Dalam laporan terbarunya, Qualcomm juga mengumumkan program pembelian kembali saham senilai $15 miliar, menggantikan program sebelumnya yang diumumkan pada 2021. Langkah ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk meningkatkan nilai pemegang saham di tengah persaingan ketat di industri semikonduktor.

Apakah Saham Qualcomm Masih Menarik?

Dengan prospek keuangan yang solid, peningkatan permintaan di China, serta ekspansi ke sektor otomotif dan IoT, Qualcomm tampaknya berada di jalur yang positif. Namun, investor harus tetap memperhatikan risiko yang datang dari Apple dan dinamika pasar semikonduktor global.

Untuk saat ini, Qualcomm tampaknya menjadi salah satu pemain paling stabil di industri chip dan kenaikan 7% sahamnya menunjukkan bahwa investor pun sependapat.

Qualcomm Beri Sinyal Pemulihan Pasar Smartphone, Saham Melonjak 7%!
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan