Jun 30, 2025

Penjualan AI AMD Tertekan Aturan AS, Saham Terkoreksi Usai Laporan Q1

Default Featured Image

Meski mencatat lonjakan penjualan kuartalan sebesar 36%, Advanced Micro Devices (AMD) memberikan peringatan bahwa pembatasan ekspor baru dari Pemerintah Amerika Serikat ke China akan memotong potensi pendapatannya tahun ini hingga $1.5 miliar. 

Hal ini disampaikan dalam panggilan investor pada laporan pendapatan kuartal pertama perusahaan.

Larangan tersebut menyasar chip MI308, akselerator AI milik AMD yang dirancang untuk data center, dan diprediksi akan memangkas penjualan segmen tersebut sebesar $700 juta hanya pada kuartal saat ini. 

Secara keseluruhan, AMD memperkirakan beban total dari kebijakan ini bisa mencapai $800 juta hingga akhir 2025.

> “Kami tetap optimis terhadap bisnis AI secara keseluruhan, meskipun menghadapi ketidakpastian akibat tarif dan regulasi ekspor,” ujar CEO AMD, Lisa Su.

### Data Center Market dan Persaingan dengan Nvidia

Pada kuartal pertama, pendapatan AMD dari segmen data center naik 57% menjadi $3.7 miliar, melampaui estimasi Analis sebesar $3.66 miliar. 

Pertumbuhan ini didorong oleh permintaan kuat untuk prosesor server yang juga menekan dominasi Intel.

Namun, AMD masih menghadapi tantangan besar dalam mengejar ketertinggalannya dari Nvidia, yang saat ini mendominasi market akselerator AI — komponen penting dalam infrastruktur AI global. 

Chip MI308, yang menjadi fokus pembatasan ekspor, adalah bagian dari upaya AMD untuk mengejar Nvidia dalam kategori tersebut.

Saham AMD sempat naik 7% setelah laporan pendapatan dirilis, namun terkoreksi usai pengungkapan potensi kerugian dari China market. Saham ditutup di angka $98.62, turun 18% sejak awal tahun.

### Outlook Tetap Kuat Meski Ada Risiko Global

Lisa Su tetap menekankan optimisme untuk paruh kedua 2025, dengan peluncuran chip baru dan investasi infrastruktur AI yang terus berlanjut meski di tengah tekanan geopolitik.

> “Kami melihat permintaan infrastruktur AI terus tumbuh, dan percaya diri terhadap potensi pertumbuhan yang kuat di semester dua,” tambah Su.

Untuk kuartal kedua, AMD memproyeksikan pendapatan sekitar $7.4 miliar, sedikit di atas estimasi konsensus Analis sebesar $7.23 miliar.

Transformasi AMD di Era AI

Di bawah kepemimpinan Lisa Su selama satu dekade terakhir, AMD telah bertransformasi dari pemain kecil menjadi raksasa teknologi, dengan pendapatan lima kali lipat lebih besar dibandingkan 10 tahun lalu. 

Meskipun begitu, ketergantungan pada China market masih menjadi tantangan struktural di tengah eskalasi tensi dagang global.

Penjualan AI AMD Tertekan Aturan AS, Saham Terkoreksi Usai Laporan Q1
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan