Jun 27, 2025

OpenAI Mengumpulkan Tambahan $6,6 Miliar Pada Valuasi $157 Miliar

Default Featured Image

OpenAI, perusahaan yang dikenal dengan pengembangan model bahasa besar ChatGPT, baru-baru ini berhasil mendapatkan tambahan modal sebesar $6,6 miliar dari investor institusi. 

Dengan tambahan pendanaan ini, valuasi OpenAI melonjak hingga mencapai angka luar biasa sebesar $157 miliar. Beberapa investor yang terlibat dalam putaran pendanaan tersebut termasuk perusahaan modal ventura ternama seperti Thrive Capital dan Khosla Ventures, serta dua raksasa teknologi global, Nvidia dan Microsoft.

Pendanaan yang dikumpulkan OpenAI dilakukan melalui mekanisme utang konversi, di mana utang tersebut dapat diubah menjadi ekuitas jika perusahaan mampu beralih menjadi entitas bisnis berorientasi profit. Hal ini memungkinkan OpenAI untuk menarik lebih banyak investor, terutama karena perubahan ke model bisnis profit dapat membuka potensi keuntungan yang lebih besar tanpa terikat oleh batasan-batasan laba yang biasa berlaku pada perusahaan nirlaba.

OpenAI saat ini tengah merencanakan restrukturisasi besar-besaran yang bertujuan untuk sepenuhnya beralih ke model bisnis yang berorientasi profit. Namun, langkah ini menghadapi tantangan dari segi regulasi dan menimbulkan berbagai pertanyaan hukum mengenai legalitas restrukturisasi tersebut. 

Salah satu pendiri OpenAI, Elon Musk, secara terbuka mengkritik perubahan ini dengan menyebutnya “ilegal.” Meski demikian, di negara bagian California, tempat di mana OpenAI berkantor pusat, perusahaan nirlaba memang bisa secara hukum beralih menjadi entitas profit melalui proses yang cukup rumit. Proses tersebut dimulai dengan mengubah status perusahaan menjadi perusahaan saham profit, dan kemudian menjadi perusahaan dengan tanggung jawab terbatas (LLC).

Untuk mendukung valuasinya yang tinggi, OpenAI juga tengah mengeksplorasi berbagai cara untuk memperluas aliran pendapatan. Salah satu opsi yang sedang dijajaki adalah paket langganan premium yang bisa mencapai harga hingga $2.000 per bulan. Selain itu, pada September 2024, OpenAI mengumumkan bahwa mereka telah mencapai 1 juta pengguna di seluruh produk mereka, mengalami peningkatan sebesar 67% sejak April 2024.

Pada 1 Oktober 2024, OpenAI meluncurkan pembaruan besar untuk ChatGPT, yang kini menawarkan kemampuan penglihatan dan suara yang lebih canggih. Pembaruan pada Realtime API memudahkan pengembang dalam membuat aplikasi yang dapat mengenali suara dan meniru pola bicara alami. 

Selain itu, peningkatan pada kemampuan pemrosesan gambar memungkinkan pengguna memberikan umpan balik lebih baik, yang membantu model ini terus belajar dan meningkatkan respons seiring waktu. Dengan langkah-langkah ini, OpenAI berharap untuk terus berkembang dan memimpin dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan.

OpenAI Mengumpulkan Tambahan $6,6 Miliar Pada Valuasi $157 Miliar
by Albert Agung


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan