Jun 27, 2025

OpenAI dan Nvidia Diskusikan Masa Depan Infrastruktur AI dengan Pemerintah AS

Default Featured Image

Dalam pertemuan tingkat tinggi di Gedung Putih, CEO OpenAI Sam Altman dan CEO Nvidia Jensen Huang bergabung dengan sejumlah pemimpin industri teknologi untuk membahas kebutuhan infrastruktur kecerdasan buatan (AI) yang kian mendesak.

Pertemuan ini, yang juga dihadiri oleh para pejabat senior pemerintahan Biden, menyoroti kebutuhan besar dalam pengembangan pusat data dan pasokan energi guna mempertahankan posisi AS sebagai pemimpin global dalam teknologi AI.

Selain Altman dan Huang, pertemuan tersebut juga dihadiri oleh tokoh-tokoh teknologi lainnya seperti CEO Anthropic Dario Amodei, Presiden Google Ruth Porat, Kepala Layanan Cloud Amazon Matt Garman, dan Presiden Microsoft Brad Smith.

Dari pihak pemerintah, hadir Menteri Perdagangan Gina Raimondo, Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, dan Menteri Energi Jennifer Granholm. Pertemuan ini berlangsung di tengah persaingan global yang semakin ketat di bidang AI, di mana perusahaan-perusahaan teknologi berlomba untuk memimpin dalam inovasi dan penerapan AI di berbagai sektor.

Inisiatif Baru untuk Infrastruktur AI

Setelah diskusi tersebut, Gedung Putih mengumumkan pembentukan gugus tugas antarlembaga yang akan fokus pada pengembangan pusat data di AS. Inisiatif ini juga mencakup percepatan perizinan untuk pembangunan fasilitas tersebut, langkah yang dinilai krusial untuk memastikan bahwa AS tetap memegang kendali dalam bidang AI.

Kebutuhan akan investasi besar dalam pusat data dan pasokan energi semakin mendesak seiring dengan perkembangan pesat teknologi AI. Infrastruktur yang kuat dan andal menjadi fondasi bagi pengembangan AI yang lebih maju.

Departemen Energi AS juga akan berperan dalam membantu pemilik dan operator pusat data mendapatkan akses ke berbagai sumber daya seperti pinjaman, hibah, dan insentif pajak. Fokusnya adalah pada penggunaan sumber energi yang bersih dan andal.

Dalam konteks ini, CEO Exelon, Calvin Butler, turut hadir dalam pertemuan tersebut untuk membahas integrasi antara kebutuhan energi dan pengembangan infrastruktur AI.

Ambisi Besar OpenAI dan Persaingan Global

OpenAI, sebagai salah satu pelopor dalam pengembangan AI, berencana menginvestasikan puluhan miliar dolar untuk mengembangkan infrastruktur AI di dalam negeri, termasuk pusat data, kapasitas energi, transmisi, dan manufaktur semikonduktor.

Investasi ini tidak hanya bertujuan untuk memperkuat posisi OpenAI, tetapi juga untuk memastikan bahwa AS dapat bersaing dengan negara-negara lain yang memiliki ambisi serupa, seperti Tiongkok, yang berupaya menjadi pemimpin global di bidang AI pada akhir dekade ini.

Pihak OpenAI menyatakan bahwa infrastruktur adalah kunci dalam membentuk masa depan AI dan ekonomi. Dalam pernyataannya, perusahaan tersebut menekankan bahwa investasi di pusat data akan membawa dampak ekonomi yang signifikan, termasuk penciptaan sekitar 40.000 lapangan kerja di berbagai negara bagian.

Di sisi lain, pemerintah AS juga menyadari bahwa investasi besar dalam infrastruktur AI ini harus dilakukan dengan cermat, terutama terkait dengan masalah keamanan nasional dan pengaruh investasi asing.

Permintaan Energi yang Melonjak dan Tantangan

Pertumbuhan AI dan pengembangan pusat data yang pesat diperkirakan akan mendorong permintaan listrik di AS naik sebesar 15% hingga 20% dalam dekade mendatang, menurut Departemen Energi.

Data ini sejalan dengan laporan dari Electric Power Research Institute yang memperkirakan pusat data akan menyerap sekitar 9% dari total produksi listrik AS pada tahun 2030, naik dari 4% pada tahun 2023.

Pemerintah AS mendorong penggunaan sumber energi terbarukan seperti angin dan tenaga surya serta penyimpanan baterai untuk memenuhi permintaan listrik yang meningkat ini. Menurut Departemen Energi, pertumbuhan kebutuhan listrik yang didorong oleh pusat data juga merupakan peluang untuk mempercepat pembangunan solusi energi bersih, meningkatkan fleksibilitas permintaan, dan memodernisasi jaringan listrik, sekaligus menjaga keterjangkauan energi bagi konsumen.

Namun, Departemen Energi juga memperingatkan bahwa proyeksi pertumbuhan permintaan listrik ini masih bisa berubah seiring dengan berkembangnya berbagai kasus penggunaan AI dan faktor lainnya.

Laporan lengkap mengenai konsumsi energi oleh pusat data akan dirilis akhir tahun ini untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang tantangan yang ada dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasinya.

Pertemuan antara para pemimpin industri AI dan pemerintahan Biden menyoroti betapa pentingnya infrastruktur dan energi dalam mendukung kemajuan AI. Dengan persaingan global yang semakin intens, terutama dari negara-negara seperti Tiongkok, AS harus berinvestasi secara strategis dalam infrastruktur yang akan mendukung perkembangan teknologi AI. 

Langkah-langkah yang diambil, termasuk pembentukan gugus tugas antarlembaga dan percepatan perizinan pusat data, menunjukkan komitmen AS untuk tetap berada di garis depan inovasi AI.

Namun, investasi besar dalam AI juga memunculkan tantangan, terutama dalam hal pasokan energi. Lonjakan permintaan listrik dan kebutuhan akan sumber energi yang bersih dan andal menjadi masalah krusial yang harus diselesaikan.

Oleh karena itu, bagaimana AS menangani keseimbangan antara pertumbuhan AI dan kebutuhan energi akan menjadi penentu penting dalam persaingan global di bidang teknologi.

OpenAI dan Nvidia Diskusikan Masa Depan Infrastruktur AI dengan Pemerintah AS
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan