Jun 30, 2025

Nike Digugat $5 Juta Atas Penutupan Platform NFT RTFKT, Tuduhan Rug Pull Mengemuka

Default Featured Image

Raksasa pakaian olahraga Nike kini menghadapi badai hukum baru setelah sekelompok pengguna menggugat perusahaan tersebut senilai $5 juta. Mereka menuduh Nike melakukan “rug pull” istilah dalam dunia kripto untuk menggambarkan penarikan dana secara tiba-tiba setelah menutup platform NFT RTFKT miliknya pada Januari lalu.

Gugatan class action ini diajukan di Pengadilan Federal Brooklyn pada 25 April, dipimpin oleh Jagdeep Cheema dan sejumlah pemegang NFT RTFKT lainnya. Mereka mengklaim telah mengalami kerugian signifikan akibat penutupan platform yang sebelumnya dijanjikan memiliki potensi pertumbuhan dan manfaat jangka panjang.

Tuduhan Berat Promosi Berlebihan dan Pelanggaran Hukum Sekuritas

Dalam dokumen pengadilan, para penggugat menyatakan bahwa Nike menjual NFT yang seharusnya dikategorikan sebagai sekuritas tidak terdaftar, karena nilai aset tersebut bergantung pada keberhasilan Nike dalam memasarkan dan membesarkan platform tersebut.

“Nike menggunakan kekuatan merek ikoniknya untuk menghipnotis konsumen, mempromosikan NFT tanpa pendaftaran yang seharusnya diwajibkan,” bunyi kutipan dari gugatan tersebut.

Menurut para penggugat, investor membeli NFT berbasis ekspektasi bahwa nilainya akan melonjak seiring dengan bertambahnya popularitas proyek, sebuah karakteristik yang memenuhi kriteria “investment contract” di bawah hukum sekuritas AS mirip dengan uji Howey yang biasa digunakan SEC.

Gugatan tersebut menambahkan bahwa pengadilan tidak perlu langsung menetapkan status hukum NFT sebagai sekuritas untuk dapat memproses tuduhan pelanggaran perlindungan konsumen dan hukum persaingan tidak sehat di berbagai negara bagian.

Harga NFT RTFKT Anjlok Drastis Dari Ribuan Dolar ke Belasan Dolar

RTFKT yang diakuisisi Nike pada 2021 awalnya dikenal dengan kreasi sneaker virtual berteknologi blockchain. NFT dari koleksi “CryptoKick” milik Nike sempat diperdagangkan seharga 3,5 Ether (sekitar $8.000) pada masa peluncurannya di April 2022.

Namun, pasca penutupan platform RTFKT dan merosotnya pasar NFT global, harga NFT tersebut kini hanya diperdagangkan di kisaran 0,009 Ether (sekitar $16), berdasarkan data dari OpenSea per 21 April 2025.

Penutupan RTFKT juga menghilangkan akses pengguna terhadap “challenges” dan “quests” yang semula dijanjikan sebagai fitur utama untuk meningkatkan nilai NFT mereka salah satu alasan utama banyak orang membelinya.

Korelasi Dengan Runtuhnya Pasar NFT Global

Peristiwa ini terjadi di tengah penurunan tajam nilai pasar NFT secara keseluruhan. Laporan menunjukkan bahwa total penjualan NFT selama kuartal pertama 2025 anjlok 63% dibandingkan tahun sebelumnya, hanya mencapai $1,5 miliar, turun dari $4,1 miliar pada periode yang sama tahun 2024.

Turunnya minat terhadap NFT mendorong banyak proyek besar untuk meninjau ulang model bisnis mereka, dan dalam kasus Nike, keputusan untuk menutup RTFKT mungkin dipicu oleh tekanan pasar tersebut meski di sisi lain membuka ruang bagi gugatan hukum yang sekarang mengancam reputasi mereka.

Sampai berita ini ditulis, Nike belum memberikan komentar resmi atas gugatan tersebut.

Apa Dampaknya Bagi Dunia NFT Korporasi?

Gugatan ini menjadi ujian penting, bukan hanya untuk Nike, tetapi juga untuk definisi hukum NFT di Amerika Serikat. Jika pengadilan memutuskan bahwa NFT yang dijual berbasis janji pertumbuhan nilai dari pihak promotor adalah sekuritas, maka implikasinya akan merambat ke banyak perusahaan besar lain yang kini bermain di ranah Web3.

Sementara itu, gugatan terhadap Nike memperkuat narasi bahwa adopsi NFT oleh korporasi besar belum imun dari tuntutan regulasi dan ekspektasi perlindungan konsumen yang ketat.

Investor dan pengamat kini menunggu:
 Apakah kasus ini akan menjadi preseden hukum baru dalam pengaturan NFT di Amerika Serikat?

Nike Digugat $5 Juta Atas Penutupan Platform NFT RTFKT, Tuduhan Rug Pull Mengemuka
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan