Ketika sebagian besar saham teknologi sedang berusaha mengejar momentum baru pasca gelombang AI, Netflix Inc. (NASDAQ: NFLX) justru tampil solid. Dalam laporan kuartal II 2025 yang dirilis oleh RiverPark Large Growth Fund, saham Netflix dipuji karena berhasil menggabungkan pertumbuhan pelanggan yang sehat, profitabilitas yang meningkat, serta ekspansi kuat pada segmen iklan.
Namun, di tengah optimisme ini, sebuah narasi besar juga mencuat: dominasi AI yang mengintai sebagai pesaing naratif baru di pasar investasi. Akankah Netflix tetap relevan dalam portofolio pertumbuhan, atau justru tertelan hype AI?
Pertumbuhan Pelanggan Masih Kuat: 32 Juta Tambahan di Semester Pertama
Netflix mencatat 32 juta pelanggan baru secara global hanya dalam enam bulan pertama tahun 2025. Sebuah angka yang cukup impresif, bahkan bila dibandingkan dengan era pandemi ketika layanan streaming mengalami lonjakan ekstrem.
Yang lebih menarik, lebih dari 90 juta pengguna kini berasal dari paket ad-supported (berbasis iklan), menunjukkan pergeseran strategi Netflix dari sekadar langganan berbayar penuh ke model hybrid yang menjanjikan margin iklan besar.
Strategi ini memperluas basis pengguna, sekaligus menciptakan jalur monetisasi baru yang sebelumnya diabaikan oleh para pesaing.
Margin Naik, Valuasi Meroket
Netflix tidak hanya tumbuh dalam jumlah pelanggan mereka juga menjadi lebih efisien. Laporan RiverPark menyebut bahwa margin operasional perusahaan terus naik menuju “high-20s,” atau sekitar 27–29%.
Artinya, strategi penghematan biaya, optimalisasi produksi konten, dan efisiensi operasional mulai membuahkan hasil.
Per 1 Agustus 2025, harga saham Netflix ditutup di $1.158,60, membawa kapitalisasi pasarnya ke $492,3 miliar. Untuk konteks, angka ini hanya sedikit di bawah Alphabet (Google) beberapa tahun lalu ketika mereka belum masuk penuh ke pasar AI suatu pencapaian besar bagi sebuah perusahaan media streaming.
Katalis Tambahan: Live Programming dan Sports
Netflix mulai serius bermain di pasar live programming dan olahraga. Langkah ini mengikuti jejak Amazon (Prime Video dengan Thursday Night Football) dan Apple (dengan MLS dan MLB), tetapi dengan pendekatan unik: menggabungkan konten live dengan algoritma rekomendasi khas Netflix.
Hasilnya? Engagement melonjak. Pelanggan menghabiskan lebih banyak waktu menonton, yang artinya lebih banyak kesempatan monetisasi baik dari langganan maupun iklan.
Namun, AI Masih Jadi Ancaman Diam-Diam
Meski RiverPark tetap mempertahankan Netflix di dalam portofolio unggulan mereka, mereka juga mengingatkan investor: AI bisa menawarkan potensi upside yang lebih besar dengan risiko lebih rendah.
Netflix memang punya AI mereka menggunakannya untuk rekomendasi, optimasi subtitle, hingga analitik konten. Tapi, berbeda dengan perusahaan seperti Palantir, NVIDIA, atau bahkan startup AI generatif, Netflix tidak menjual AI sebagai produk inti. Mereka menggunakannya, bukan mengkomersilkannya.
RiverPark secara eksplisit menyebut bahwa untuk investor dengan strategi agresif, beberapa saham AI (yang menurut mereka diuntungkan dari tren onshoring dan kebijakan Trump-era seperti tarif impor) bisa menjadi alternatif yang lebih menarik.
Hedge Fund Masih Melirik Netflix
Netflix tetap menjadi saham populer di kalangan hedge fund. Data per akhir kuartal I 2025 menunjukkan ada 150 portofolio hedge fund yang memiliki Netflix, naik dari 144 di kuartal sebelumnya.
Ini memperlihatkan bahwa meskipun ada euforia AI, peluang defensif dan stabilitas pertumbuhan Netflix tetap dihargai.
Netflix Masih Tampil Prima, Tapi Harus Berinovasi Lebih Jauh
Netflix berhasil membuktikan diri sebagai raksasa yang belum selesai. Mereka punya pelanggan, profitabilitas, ekspansi iklan, dan pendekatan konten yang terus berkembang.
Namun, untuk tetap relevan di tengah era AI yang kian agresif, Netflix perlu menemukan cerita baru mungkin akuisisi teknologi AI, mungkin kolaborasi strategis, atau bahkan pivot sebagian ke arah platformisasi AI-driven content.
Dengan valuasi yang mendekati $500 miliar, pasar tampaknya masih percaya. Namun, investor cerdas tahu bahwa dalam pasar teknologi, percaya saja tidak cukup perlu inovasi terus-menerus.
Netflix mungkin sedang menikmati panggungnya, tapi babak selanjutnya bisa sangat berbeda dan mereka harus bersiap lebih dari sekadar membuat konten menarik. Mereka harus jadi bagian dari percakapan AI, atau perlahan akan ditinggalkan.