Jun 30, 2025

Microsoft Hasilkan $9,7 Miliar untuk Investor, Cloud & AI Jadi Mesin Uang Baru

Default Featured Image

Satu hal yang tampaknya masih bisa diandalkan dalam dunia korporasi yang diguncang geopolitik dan inflasi global adalah: kekuatan cloud dan AI Microsoft. Dalam laporan keuangan kuartal ketiga fiskal 2025, raksasa teknologi ini sekali lagi membuktikan bahwa transformasi digital bukan lagi tren ia telah menjadi tulang punggung ekonomi perusahaan modern.

Kinerja yang Mengalahkan Ekspektasi

Microsoft (NASDAQ: MSFT) mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 13% dan lonjakan laba per saham (EPS) sebesar 18%, dua angka yang melampaui ekspektasi analis di Wall Street.

Tapi sorotan utamanya tak lain adalah unit cloud computing mereka: Azure dan layanan terkait naik 33% secara tahunan.

Ini adalah sinyal kuat bahwa permintaan terhadap infrastruktur AI dan layanan cloud tetap tinggi, bahkan di tengah ketidakpastian ekonomi global.

“Cloud dan AI adalah input esensial bagi setiap bisnis untuk memperbesar output, menekan biaya, dan mempercepat pertumbuhan,” ujar Satya Nadella, CEO Microsoft.
 “Kami berinovasi dari infrastruktur hingga aplikasi untuk mendukung pelanggan kami di setiap lapisan.”

Microsoft 365, Windows, dan Xbox Tak Ketinggalan

* Microsoft 365 Commercial tumbuh 11%
 
* Microsoft 365 Consumer naik 10%
 
* Windows OEM & Devices tumbuh 3%
 
* Xbox mencatat kenaikan pendapatan 8%

Kenaikan di lini Windows dipicu oleh siklus penyegaran perangkat keras menjelang penghentian dukungan untuk Windows 10 yang akan berlangsung Oktober mendatang. Bisnis mulai beralih ke perangkat baru yang menjalankan Windows 11, dan Microsoft mengambil untung dari momentum ini.

Investor Menyambut Buyback dan Dividen Capai $9,7 Miliar

Selama kuartal ini, Microsoft menggelontorkan $9,7 miliar untuk pembelian kembali saham (buyback) dan dividen. Langkah ini mempertegas komitmen perusahaan terhadap para pemegang sahamnya, dan menjadi sinyal kepercayaan diri dalam pertumbuhan jangka panjang.

Pasar langsung merespons. Harga saham Microsoft naik sekitar 6% dalam perdagangan after-hours, menghapus sebagian kerugian yang sempat dialami awal tahun ini.

Tapi Jangan Terlalu Nyaman Tantangan Masih Ada

Meski laporan keuangan solid, Microsoft tidak memberikan panduan (guidance) resmi dalam laporannya. Perusahaan menunda pembahasan proyeksi ke konferensi pendapatan yang dijadwalkan Rabu malam (waktu setempat).

Hal ini wajar, mengingat ketidakpastian makroekonomi yang meningkat sejak April. Di antaranya:

* Kekhawatiran tarif baru AS-Tiongkok
 
* Potensi pelemahan belanja cloud dari kalangan bisnis
 
* Penundaan pembelian PC oleh konsumen dan perusahaan
 
* Pelemahan pasar tenaga kerja yang bisa menghantam LinkedIn

Meskipun portofolio Microsoft sangat terdiversifikasi—dari software enterprise hingga layanan profesional dan gaming paparan terhadap berbagai segmen ekonomi tetap membuatnya rentan.

Refleksi Nano AI & Cloud Bukan Sekadar Produk, Tapi Strategi Bertahan Hidup

Apa yang dilakukan Microsoft lebih dari sekadar menciptakan produk digital. Mereka membangun infrastruktur ekonomi modern yang menopang hampir setiap lapisan aktivitas bisnis global.

Cloud dan AI bukan hanya alat bantu, tapi sudah menjadi bagian dari DNA operasional perusahaan masa kini.

Dalam konteks ini, pertumbuhan 33% di Azure bukan sekadar angka ia adalah refleksi dari pergeseran struktur ekonomi dunia. Bisnis yang belum mengadopsi strategi digital kini tidak lagi hanya tertinggal, mereka mungkin akan tergilas.

Rangkuman Kinerja Q3 2025 Microsoft:

Kategori Pertumbuhan YoY
Total Pendapatan +13%
Laba per Saham (EPS) +18%
Azure & Cloud Services +33%
Microsoft 365 (Korporat) +11%
Microsoft 365 (Konsumen) +10%
Windows OEM & Devices +3%
Xbox +8%
Dividen + Buyback $9,7 miliar
Reaksi Saham (After-Hours) +6%
Microsoft Hasilkan $9,7 Miliar untuk Investor, Cloud & AI Jadi Mesin Uang Baru
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan