Jun 29, 2025

Microsoft Batalkan Sewa Pusat Data, Investor Khawatirkan Perlambatan AI

Default Featured Image

Catatan analis yang menyoroti kemungkinan perlambatan Microsoft (MSFT.O) dalam menyewa kapasitas pusat data menarik perhatian pasar pada hari Senin. Hal ini semakin memperkuat skeptisisme di kalangan investor yang khawatir bahwa lonjakan saham yang didorong oleh AI mungkin mulai kehilangan momentum.

Dalam catatan yang dirilis pada hari Jumat, analis TD Cowen menyebutkan bahwa raksasa teknologi tersebut telah membatalkan penyewaan kapasitas pusat data dalam jumlah besar di Amerika Serikat. Ini mengisyaratkan kemungkinan kelebihan pasokan di tengah ekspansi infrastruktur kecerdasan buatan yang sedang dibangun Microsoft.

> Berdasarkan pemeriksaan rantai pasokannya, TD Cowen menyatakan bahwa Microsoft telah membatalkan kontrak sewa dengan total “beberapa ratus megawatt” kapasitas di setidaknya dua operator pusat data swasta, menurut tim analis yang dipimpin oleh Michael Elias.

Seorang juru bicara Microsoft menegaskan bahwa rencana perusahaan untuk menginvestasikan lebih dari $80 miliar dalam kapasitas AI dan cloud pada tahun fiskal ini tetap berjalan sesuai rencana. “Meskipun kami mungkin menyesuaikan atau mengatur ulang infrastruktur kami secara strategis di beberapa area, kami akan terus tumbuh dengan kuat di semua wilayah,” tambah juru bicara tersebut.

Dampak ke Pasar Saham dan Skeptisisme Investor

Saham Microsoft sendiri tidak terlalu terpengaruh, hanya turun 1% pada hari Senin, tetapi perusahaan terkait mengalami penurunan cukup signifikan. Saham perusahaan Jerman Siemens Energy (ENR1n.DE) dan perusahaan Prancis Schneider Electric (SCHN.PA) masing-masing turun 7% dan 4%.

Perusahaan utilitas AS yang memasok listrik untuk pusat data seperti Constellation Energy (CEG.O) dan Vistra (VST.N) juga mengalami penurunan saham masing-masing sebesar 5,9% dan 5,1%. Saham perusahaan teknologi utama lainnya juga ikut merosot dalam penurunan yang lebih luas di Nasdaq.

Skeptisisme investor terhadap miliaran dolar yang telah diinvestasikan perusahaan teknologi AS dalam infrastruktur AI semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh lambatnya hasil investasi tersebut serta terobosan dari startup China DeepSeek yang berhasil menunjukkan teknologi AI dengan biaya jauh lebih rendah dibandingkan pesaingnya di Barat.

TD Cowen juga menyebutkan bahwa Microsoft telah menghentikan konversi “statement of qualifications” yang merupakan langkah awal sebelum kontrak sewa formal dan menambahkan bahwa perusahaan teknologi lain termasuk Meta Platforms (META.O) sebelumnya telah melakukan langkah serupa untuk mengurangi belanja modal.

Indikasi Penurunan Permintaan atau Penyesuaian Strategis

Pembatalan sewa ini akan menjadi perubahan signifikan bagi Microsoft yang sebelumnya menggelontorkan miliaran dolar untuk pusat data guna mengatasi kendala pasokan yang membatasi kemampuannya memenuhi permintaan AI.

Analis Bernstein Mark Moelder mengatakan bahwa berita ini bisa menjadi indikasi adanya penurunan permintaan terutama setelah hasil kuartalan yang kurang memuaskan dari perusahaan cloud besar. Namun hal ini juga mencerminkan ekspansi kapasitas yang telah dilakukan Microsoft dalam beberapa tahun terakhir.

> “Microsoft harus memenuhi permintaan dan mengalami kesulitan besar dalam menemukan kapasitas yang cukup. Manajemen mungkin menyewa pusat data dan kapasitas GPU dengan harga tinggi serta menegosiasikan lebih banyak kesepakatan untuk kapasitas masa depan daripada yang sebenarnya mereka butuhkan,” tambah Moelder.

Microsoft Batalkan Sewa Pusat Data, Investor Khawatirkan Perlambatan AI
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan