Jun 30, 2025

Meteora DEX Digugat: Skandal Pump and Dump M3M3 Rug Pull $69 Juta di Solana

Default Featured Image

New York kembali menjadi saksi drama besar di industri kripto. Kali ini, sorotan tertuju pada decentralized exchange (DEX) berbasis Solana, Meteora, yang digugat dalam sebuah class action lawsuit dengan tuduhan mengatur skema pump-and-dump terhadap peluncuran token meme kontroversial mereka, M3M3.

Nilai kerugian yang dipermasalahkan? Tak tanggung-tanggung, $69 juta.

Gugatan ini diajukan oleh beberapa investor, termasuk Jonathan Clarke dan Rodrigo Ferreira Da Cruz Vogt, yang menuduh Meteora, pendirinya Benjamin Chow, serta firma ventura Kelsier Ventures, telah bersama-sama merancang dan menjalankan sebuah penipuan sistematis terhadap komunitas kripto.

Inti tuduhannya: peluncuran M3M3 dilakukan secara tertutup dan terkonsentrasi untuk mengontrol mayoritas pasokan, menaikkan harga secara artifisial, lalu menjual ke investor publik dengan harga tinggisebuah strategi klasik rug pull.

Di Balik Layar Manipulasi Token yang Terkamuflase

Menurut isi gugatan, peluncuran token M3M3 tidak se-transparan yang diumumkan ke publik. Meski disebut sebagai proyek “komunitas” dalam blog Meteora pada Desember lalu, kenyataannya M3M3 disebut sebagai hasil kolaborasi tertutup antara Meteora, Chow, dan Kelsier Ventures yang dikelola oleh keluarga Davis (ayah dan dua anaknya).

Dalam waktu hanya 20 menit setelah peluncuran, para terdakwa diduga berhasil merebut kontrol atas 95% dari total pasokan token, menggunakan setidaknya 150 dompet internal. Skema ini dilakukan melalui proses yang disebut sebagai “membekukan” dan “mencairkan” pool peluncuran teknik yang memungkinkan mereka menyiasati distribusi publik yang seharusnya adil.

M3M3 Dari Harapan Menjadi Hancur

M3M3 sempat mencuri perhatian karena menjadi token pertama dalam platform staking MEME milik Meteora. Platform ini menawarkan insentif bagi pengguna untuk mempertaruhkan token dan mendapat bagian dari biaya transaksi sebuah inovasi yang tampaknya menjanjikan bagi investor ritel.

Namun kenyataannya pahit. Harga token yang sempat menyentuh $0.186 pada 12 Desember kini telah merosot lebih dari 98%, dan hanya diperdagangkan di kisaran $0.003. Kejatuhan ini terjadi bersamaan dengan meningkatnya tekanan hukum atas Meteora, terutama sejak keterlibatan mereka dalam skandal LIBRA token yang sebelumnya mengguncang pasar dan bahkan melibatkan Presiden Argentina, Javier Milei.

Dimensi Internasional Dari New York ke Buenos Aires

Perlu dicatat bahwa ini bukan pertama kalinya Chow dan Kelsier Ventures terlibat dalam masalah hukum. Firma hukum Burwick Law yang kini mewakili para penggugat juga mengajukan gugatan terhadap pihak yang sama atas peluncuran LIBRA.

Kasus LIBRA bahkan telah menimbulkan dampak politik, di mana Presiden Milei disebut mempromosikan token tersebut sebelum harganya anjlok drastis. Kini, jaksa di Argentina bahkan telah meminta bantuan Interpol untuk menangkap Hayden Davis, salah satu terdakwa utama.

Konsekuensi Regulasi SEC dan Pertarungan Masa Depan

Gugatan ini bukan hanya tentang kerugian investor, tetapi juga menjadi alarm keras bagi regulasi kripto di AS. Dalam dokumen pengadilan, disebutkan bahwa para terdakwa seharusnya mematuhi aturan pengungkapan dan pendaftaran efek (securities) yang berlaku di bawah hukum federal.

Ketidakpatuhan terhadap regulasi inilah yang membuka celah untuk terjadinya skema manipulatif seperti ini.

Jika terbukti bersalah, kasus ini bisa menjadi preseden penting dan menjadi landasan bagi SEC untuk memperketat pengawasan terhadap peluncuran token di masa depan terutama token meme yang belakangan makin sering digunakan sebagai alat spekulasi ekstrem.

Kapan Komunitas Belajar?

Dunia kripto memang menyimpan potensi besar, tetapi juga penuh jebakan yang membahayakan investor awam. Kasus Meteora ini seakan mempertegas fakta bahwa meski teknologi berkembang pesat, sifat dasar keserakahan manusia tetap sama.

Kini, komunitas dan regulator dituntut untuk tidak hanya bereaksi, tetapi juga bertindak proaktif. Investor ritel, terutama yang tergiur hype meme coin, harus lebih kritis: siapa di balik proyek ini, bagaimana distribusi token dilakukan, dan apakah ada transparansi yang bisa dipercaya?

Karena di dunia kripto, bukan hanya soal teknologi tapi siapa yang memegang kendali di balik layar.

Meteora DEX Digugat: Skandal Pump and Dump M3M3 Rug Pull $69 Juta di Solana
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan