Jul 14, 2025

Meta Rekrut Eks Insinyur AI Apple dengan Gaji USD 200 Juta, Perang Talenta Makin Panas

Dalam langkah yang mengejutkan dan mengguncang lanskap perekrutan talenta di Silicon Valley, Meta Platforms Inc. (META) dilaporkan merekrut Ruoming Pang, mantan insinyur senior Apple yang memimpin tim model AI perusahaan tersebut.

Tak tanggung-tanggung, Pang menerima paket kompensasi bernilai lebih dari USD 200 juta, menjadikannya salah satu perekrutan paling mahal dalam sejarah industri teknologi.

Langkah agresif ini merupakan bagian dari dorongan ambisius Meta untuk membangun tim “superintelligence” unit elit yang bertugas mengembangkan sistem kecerdasan buatan yang mampu menyamai, bahkan melampaui, kemampuan manusia dalam menyelesaikan berbagai tugas.

Lebih dari Sekadar Perekrutan: Ini Tentang Dominasi AI

Menurut sumber yang mengetahui struktur gaji tersebut, paket kompensasi Pang terdiri dari gaji dasar, bonus penandatanganan (signing bonus), dan saham Meta dengan bobot terbesar ada pada saham perusahaan.

Meta memang dikenal menggunakan strategi ini: membayar mahal di muka, tetapi dengan skema vesting jangka panjang dan syarat performa ketat yang membuat karyawan harus bertahan dan berkontribusi secara signifikan untuk bisa mencairkan total nilai penuh.

Sebagai perbandingan, CEO bank-bank besar dunia pun jarang mendapat paket gaji sebesar ini. Namun di era kompetisi AI, nilai uang bukan lagi sekadar upah, melainkan senjata utama dalam perang perebutan otak terbaik.

Apple Tak Mau Bersaing, OpenAI Kecewa

Menariknya, Apple disebut tidak berusaha untuk menyamai tawaran Meta, karena nilai tersebut jauh di atas struktur kompensasi internal mereka, bahkan untuk posisi setingkat VP atau direktur senior.

Ini memperlihatkan dua hal: batasan budaya gaji di Apple yang masih konservatif, dan kepercayaan diri bahwa loyalitas masih bisa diandalkan.

Sementara itu, OpenAI juga menjadi “korban” dari strategi agresif Meta. CEO OpenAI, Sam Altman, dalam wawancara podcast baru-baru ini, mengungkap bahwa Meta menawarkan bonus penandatanganan hingga USD 100 juta kepada beberapa stafnya namun banyak dari mereka menolak karena percaya pada budaya inovasi OpenAI.

Meski begitu, kenyataannya lebih dari 10 peneliti OpenAI telah berpindah ke Meta, bersama sejumlah nama top dari Anthropic, Google, hingga berbagai startup AI.

Struktur Gaji: Bayaran Besar, Tapi Tak Semua Cair

Perlu dicatat, kompensasi jumbo ini tidak cair langsung seperti gaji biasa. Meta menempatkan metrik performa pada kontrak misalnya, pertumbuhan saham Meta di atas persentase tertentu per tahun dan masa vesting yang melampaui standar 4 tahun.

Dalam beberapa kasus, apabila talenta tersebut meninggalkan startup yang menjanjikan saham besar, Meta menaikkan signing bonus untuk mengompensasi potensi ekuitas yang ditinggalkan.

Artinya, meskipun headline menyebut USD 200 juta, nilai riil yang bisa dikantongi sangat tergantung pada kinerja jangka panjang dan loyalitas terhadap Meta.

Zuckerberg vs. Altman: “Cold War” AI Dimulai?

Situasi ini semakin dramatis karena hubungan antara CEO Meta, Mark Zuckerberg, dan CEO OpenAI, Sam Altman, tampaknya membeku. Altman mengaku belum berbicara langsung dengan Zuckerberg sejak “pembajakan” talenta ini dimulai.

Namun, Altman menambahkan bahwa ia akan menghadiri konferensi Allen & Co. di Sun Valley, Idaho, pekan ini, dan “menantikan” pertemuan dengan Zuckerberg. Apakah ini akan menjadi momen rekonsiliasi atau justru eskalasi? Waktu yang akan menjawab.

Meta Superintelligence Lab: Laboratorium Uang dan Ambisi

Selain Pang, Meta juga merekrut Nat Friedman (eks GitHub) dan Daniel Gross (founder startup AI) ke dalam tim superintelligence-nya. Bahkan, Meta menunjuk Alexandr Wang, co-founder Scale AI, sebagai Chief AI Officer, dengan mengakuisisi 49% saham perusahaannya senilai USD 14,3 miliar langkah yang setara dengan merger strategis terselubung.

Dengan jajaran talenta ini, Meta secara diam-diam membangun tim yang bisa menyaingi kekuatan riset OpenAI, Anthropic, bahkan Google DeepMind semua dengan satu tujuan: menguasai fase berikutnya dari revolusi kecerdasan buatan.

Meta Tak Lagi Bermain di Pinggiran AI Mereka Sedang Membentuk Intinya

Di saat perusahaan lain masih berbicara soal use-case AI, Meta sudah bertindak. Mereka tidak hanya membeli infrastruktur mereka membeli masa depan, orang per orang, peneliti per peneliti.

Namun seperti biasa, pertanyaan besarnya bukan soal siapa yang membayar paling mahal. Tapi siapa yang bisa membangun AI yang benar-benar aman, berguna, dan diterima dunia.

Dalam ekosistem AI global saat ini, harga bukan sekadar nilai, melainkan juga sinyal kekuasaan. Dan Meta untuk saat ini telah mengirimkan sinyal terkeras: mereka tak mau tertinggal lagi.

“Ketika AI jadi senjata, maka talenta adalah amunisi. Dan Meta tampaknya sedang memborong gudang senjata.”

 

Meta Rekrut Eks Insinyur AI Apple dengan Gaji USD 200 Juta, Perang Talenta Makin Panas
by Kiki A. Ramadhan

0 comments


Artikel lainnya