Meta Platforms Inc. (NASDAQ: META) tidak hanya berbicara soal masa depan mereka sudah menjalankannya. Di balik layar, perusahaan yang dahulu hanya dikenal sebagai “Facebook” ini telah memantapkan diri sebagai pemimpin infrastruktur AI global.
Dalam laporan kuartal II 2025 yang dirilis Longriver Investment Partners, Meta disebut berhasil mengubah kecerdasan buatan menjadi mesin pencetak laba, bukan sekadar wacana ambisius.
Fund yang berbasis pada prinsip investasi jangka panjang ini mencatat bahwa Meta memberikan kejutan positif dalam bentuk pertumbuhan pendapatan dan ekspansi margin yang melampaui ekspektasi.
Dan investor pun tidak tinggal diam. Hingga akhir kuartal I 2025, tak kurang dari 273 portofolio hedge fund memiliki saham META naik dari 262 portofolio di kuartal sebelumnya.
Fakta ini menempatkan Meta sebagai salah satu dari tiga saham terpopuler di antara hedge fund global.
Laba Nyata dari Infrastruktur AI
Laporan menyebut Meta telah mengembangkan infrastruktur AI kelas dunia yang kini mendukung bisnis intinya: iklan berbasis personalisasi tinggi, layanan otomatisasi konten, hingga pengembangan metaverse secara diam-diam namun signifikan.
Semua ini berkontribusi terhadap pendapatan Q1 2025 yang mencapai $42,3 miliar, naik 16% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Saham META sendiri mencatatkan kenaikan 42,93% dalam 12 bulan terakhir, ditutup di harga $732,78 per lembar saham per 9 Juli 2025, dan mengerek valuasi perusahaan ke angka $1,842 triliun.
Dalam waktu satu bulan saja, return saham Meta menyentuh 5,69%, mengindikasikan momentum teknikal dan sentimen institusional yang solid.
Stabilitas dalam Volatilitas
Ketika sebagian perusahaan teknologi masih terjebak antara investasi besar dalam AI dan hasil jangka panjang yang belum jelas, Meta justru berhasil mengeksekusi monetisasi secara konsisten.
Ini menjadi pembeda utama dibandingkan kompetitornya.
Namun, dalam surat investor yang sama, Longriver tetap memberikan catatan hati-hati. Mereka menyebut bahwa meskipun META adalah investasi yang solid, ada saham-saham AI lain yang menawarkan upside lebih besar dengan risiko yang lebih terbatas.
Terutama di tengah dinamika geopolitik seperti kembalinya kebijakan tarif dari pemerintahan Trump yang mendorong tren onshoring dan insentif industri dalam negeri AS.
Strategi Meta: Inovasi dan Eksekusi
CEO Mark Zuckerberg tidak hanya bertaruh besar pada AI, ia juga menaruh strategi monetisasi secara bertahap termasuk dalam unit Reality Labs dan iklan berbasis machine learning.
Meta kini juga memimpin dalam integrasi AI ke dalam produk konsumen, seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, dan Quest.
Sementara perusahaan seperti Nvidia, Amazon, atau Alphabet banyak dipuji atas kapabilitas AI mereka, Meta tampil sebagai satu dari sedikit pemain yang sudah membuktikan hasil bukan sekadar potensi.
Meta Masih Layak Dipertaruhkan
Meta mungkin telah berubah nama, tetapi strateginya tetap konsisten: dominasi lewat inovasi. Dan kini, strategi itu telah mulai berbuah. Dengan rekam jejak kinerja yang kuat dan dukungan hedge fund besar, Meta tak hanya bertahan dalam era AI ia sedang memimpinnya.
Bagi investor yang mencari keseimbangan antara pertumbuhan agresif dan eksekusi realistis, META bisa jadi bukan sekadar saham teknologi melainkan tolok ukur era AI berikutnya.
0 comments