Jun 30, 2025

Mata Uang Kripto Yang Didukung Emas Melonjak di Tengah Ketidakpastian Perdagangan Global

Default Featured Image

Lonjakan Kripto Berbasis Emas di Tengah Ketegangan Perdagangan Global

Nilai aset kripto yang didukung oleh emas mengalami peningkatan tajam seiring dengan memanasnya konflik perdagangan global setelah Presiden AS Donald Trump menetapkan tarif baru pada 2 April.

Tether Gold (XAUT) dan Paxos Gold (PAXG), dua kripto utama berbasis emas, berhasil mencetak rekor harga tertinggi pada 22 April. Tether Gold mencapai $3.529, sementara Paxos Gold menembus angka $3.520, berdasarkan data dari CoinMarketCap.

Dua aset berbasis emas lainnya, yakni Quorium (QGOLD) dan Kinesis Gold (KAU), juga menunjukkan penguatan masing-masing sebesar 8,5% dan 7,6% dalam 30 hari terakhir. Secara keseluruhan, keempat token tersebut telah mengalami kenaikan harga lebih dari 40% dalam setahun terakhir menurut data dari CoinGecko.

Tether melaporkan bahwa peningkatan permintaan terhadap XAUT dipicu oleh kondisi makroekonomi global, termasuk meningkatnya ketidakpastian ekonomi, konflik geopolitik, dan kebutuhan akan aset yang tahan terhadap inflasi.

Seiring dengan kembali memanasnya perang dagang, harga emas turut meroket. Pada saat pengumuman tarif baru yang disebut Trump sebagai “Hari Pembebasan,” harga emas berada di level $3.115 per ons. Hingga 28 April, harga tersebut naik menjadi $3.335 — mengalami kenaikan sekitar 7% dalam kurun waktu kurang dari satu bulan.

Emas memang dikenal sebagai aset pelindung nilai saat kondisi ekonomi tidak menentu. Hal yang sama juga berlaku pada Bitcoin, yang sering dijuluki sebagai “emas digital,” yang turut melonjak sekitar 14% dalam periode yang sama.

Pertumbuhan Pasar Aset Dunia Nyata (RWA)

Pasar tokenisasi aset dunia nyata (real-world asset/RWA) — yaitu proses membawa aset seperti logam mulia, obligasi, dan properti ke dalam ekosistem blockchain — menunjukkan pertumbuhan signifikan. Data dari RWA.xyz mencatat bahwa kapitalisasi pasar token RWA (tidak termasuk stablecoin) telah mencapai $21,6 miliar, meningkat 8,6% dalam 30 hari terakhir.

Tether Gold dan Paxos Gold merupakan contoh konkret dari tokenisasi RWA. Setiap token dari kedua produk ini diklaim memiliki dukungan satu ons troy emas fisik. Tether menyimpan cadangannya di Swiss, sedangkan Paxos menyimpannya di London. Popularitas token emas sebagai instrumen kripto terus meningkat sepanjang 2025, bahkan mencatatkan volume perdagangan tertinggi dalam dua tahun terakhir pada 10 April.

Dibandingkan dengan instrumen investasi emas tradisional, token emas memiliki sejumlah keunggulan. Salah satunya adalah proses transaksi yang instan sehingga mempermudah aktivitas jual beli. Selain itu, beberapa token emas dapat langsung digunakan untuk membayar barang dan jasa, berbeda dengan instrumen tradisional yang umumnya hanya dapat diuangkan dalam bentuk tunai.

Mata Uang Kripto Yang Didukung Emas Melonjak di Tengah Ketidakpastian Perdagangan Global
by Albert Agung


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan