Jun 29, 2025

Litecoin (LTC) Meroket : Dampak Persetujuan ETF Spot Oleh SEC

Default Featured Image

Litecoin (LTC) menunjukkan performa yang kuat di tengah tren bearish pasar, dengan lonjakan harga sebesar 10% dalam sehari terakhir. Sebagai mata uang kripto peringkat ke-15 berdasarkan kapitalisasi pasar, LTC telah mengalami kenaikan 18,4% dalam seminggu terakhir dan berupaya menembus level tertinggi tahunan di atas $141.

Jika kenaikan berlanjut hingga 10% lagi, Litecoin berpotensi mencapai harga $150, yang merupakan level tertinggi dalam tiga tahun terakhir sejak Januari 2022.

SEC Mengakui Pengajuan ETF Spot Litecoin dari CoinShares

Dalam laporan yang dirilis pada 19 Februari 2025, Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) mengonfirmasi bahwa mereka telah menerima sejumlah pengajuan ETF baru, termasuk ETF spot Litecoin dan XRP dari CoinShares.

Nasdaq Stock Market LLC mengajukan permohonan ini atas nama CoinShares, sementara SEC membuka periode komentar publik selama 21 hari setelah pengajuan. Ini adalah pengajuan ETF spot Litecoin ketiga yang mendapat persetujuan awal dari SEC, setelah sebelumnya dilakukan oleh Canary Capital dan Grayscale.

Analis senior ETF Bloomberg, Eric Balchunas, menyatakan bahwa kemungkinan persetujuan ETF Litecoin pada 2025 mencapai 90%. Dengan proses evaluasi yang dapat berlangsung hingga 240 hari, keputusan akhir diperkirakan akan diumumkan sekitar September 2025.

Namun, analis Bloomberg lainnya, James Seyffart, berpendapat bahwa permintaan terhadap ETF spot Litecoin mungkin tidak akan terlalu besar.

Open Interest Litecoin Sentuh Rekor Tertinggi dalam 4 Tahun

Selain optimisme terhadap ETF, open interest (OI) Litecoin melonjak menjadi $758,9 juta pada 19 Februari, menandakan bahwa minat investor di pasar futures terhadap LTC semakin meningkat. Ini merupakan angka OI tertinggi sejak Mei 2021, yang menunjukkan antusiasme baru terhadap potensi reli Litecoin.

Dengan harga yang mendekati level resistensi di $140, analis teknikal Dom memprediksi bahwa LTC bisa mencapai $180 dalam beberapa minggu mendatang.

Menurut Dom, pola pergerakan harga saat ini tidak menunjukkan tanda-tanda puncak harga. Selama Litecoin tetap diperdagangkan di atas ATH VWAP, tren bullish masih berlaku, dengan titik invalidasi penuh jika harga turun di bawah $103.

Namun, data dari IntoTheBlock mengungkap bahwa trader Litecoin cenderung melakukan transaksi jual-beli cepat berdasarkan fluktuasi harga. Setiap kali LTC bergerak di sekitar level $135, para trader biasanya menjual terlebih dahulu sebelum kembali membeli di kisaran $100. Fenomena ini dapat menjelaskan penurunan harga tajam pada 3 Februari, di mana Litecoin sempat anjlok ke $80 sebelum akhirnya kembali ditutup di atas $100 karena adanya pesanan beli yang sudah terjadwal di order book.

Litecoin (LTC) Meroket : Dampak Persetujuan ETF Spot Oleh SEC
by Albert Agung


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan