Jul 24, 2025

Laporan Keuangan JPM, Citi, dan Wells Fargo Tunjukkan Konsumen AS Masih Tangguh di Tengah Gejolak Ekonomi

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, ancaman tarif baru, dan inflasi yang mulai merangkak lagi, laporan keuangan kuartal kedua dari tiga bank raksasa AS JPMorgan Chase, Citigroup, dan Wells Fargo justru memberikan kejutan positif: konsumen Amerika Serikat ternyata masih “baik-baik saja.”

Ini bukan klaim tanpa data. Ketiga bank menunjukkan bahwa pendapatan dari divisi perbankan konsumen meningkat, didorong oleh naiknya saldo pinjaman kartu kredit. Tapi yang paling menarik: tingkat keterlambatan pembayaran (delinkuensi 90+ hari) tetap stabil, bahkan jumlah pinjaman yang gagal bayar (net charge-offs) tidak melonjak signifikan.

Dalam konteks ekonomi pasca-pandemi, ini adalah sinyal ketahanan.

Konsumen Berutang Lebih Banyak, Tapi Tetap Bayar Tepat Waktu

Menurut Jeremy Barnum, CFO JPMorgan, “The consumer seems to be fine.” Kalimat ini bukan hanya refleksi dari data internal, tapi juga semacam ringkasan kondisi makro AS saat ini di mana inflasi memang mulai naik kembali, tapi pasar tenaga kerja tetap kuat dengan tingkat pengangguran hanya 4,1%.

Data JPMorgan menunjukkan:

  • Net charge-offs hanya naik 1% di divisi konsumen

  • Delinkuensi tetap flat year-on-year

  • Wells Fargo justru mencatat penurunan 10% dalam pinjaman yang harus dihapuskan

Citigroup bahkan naik 3% di pasar saham setelah laporan keuangan dirilis, sebaliknya JPMorgan turun tipis 0,4%, dan Wells Fargo anjlok lebih dari 5% karena pendapatan bunga tidak sesuai harapan dan adanya pemangkasan proyeksi pendapatan bunga tahunan.

Konsumen Kelas Atas Jadi Fokus Baru

Meski konsumen secara umum terlihat solid, strategi bank besar mulai bergeser ke segmen premium. JPMorgan, misalnya, menaikkan biaya tahunan kartu kredit premium Chase Sapphire Reserve menjadi $795, naik drastis dari sebelumnya $550, dengan janji peningkatan layanan dan fitur.

Citigroup tak mau kalah, mengumumkan peluncuran kartu premium “Strata Elite” untuk konsumen dengan daya beli tinggi, meski rincian biaya dan manfaatnya belum diumumkan.

Di sisi lain, JPMorgan juga membangun 14 kantor cabang eksklusif untuk nasabah dengan saldo minimal $750.000 termasuk di kawasan elite seperti Palm Beach, Florida dan Madison Avenue, New York.

Artinya: bank-bank besar kini berlomba menarik pelanggan kaya yang tetap kuat di tengah ketidakpastian.

Risiko Masih Ada, Tapi Tidak Mendominasi

Meskipun tekanan ekonomi terasa mulai dari kenaikan harga kebutuhan pokok, potensi perang tarif, hingga kekhawatiran resesi global ringan data perbankan menunjukkan bahwa lapisan bawah ekonomi AS memang lebih rentan, tapi belum pada titik krisis.

Barnum menyatakan bahwa tekanan finansial memang lebih terasa di kalangan berpendapatan rendah, namun selama pasar tenaga kerja kuat, risiko sistemik terhadap kredit konsumen tetap minim.

Inflasi memang mencatat kenaikan pada bulan Juni, namun masih lebih moderat dibanding lonjakan pasca-pandemi tahun 2021–2022. Dalam kondisi ini, bank menilai bahwa konsumen masih sanggup beradaptasi, terutama karena tidak terjadi lonjakan PHK besar-besaran.

Konsumen Bertahan, Bank Fokus Naik Kelas

Dari sisi mikro, laporan keuangan ini memberikan gambaran jernih tentang perilaku ekonomi masyarakat AS saat ini: konsumen meminjam lebih banyak, tetap membayar, dan bank memanfaatkan situasi ini dengan memfokuskan layanan ke segmen premium.

Dari sisi makro, ini bisa dibaca sebagai indikator penting bagi The Fed dan investor bahwa pelonggaran moneter drastis belum diperlukan, dan pemangkasan suku bunga mungkin akan ditunda lebih lama dari ekspektasi pasar.

Dengan Bank of America, Goldman Sachs, dan PNC akan merilis laporan keuangan dalam waktu dekat, sorotan terhadap sektor perbankan belum akan mereda. Tapi satu hal tampaknya jelas: konsumen AS, sejauh ini, masih mampu bertahan di tengah guncangan ekonomi yang terus datang bergelombang.

Utang meningkat, tekanan naik, tapi angka tidak berbohong: untuk saat ini, konsumen Amerika masih bisa menahan gelombang.

 

Laporan Keuangan JPM, Citi, dan Wells Fargo Tunjukkan Konsumen AS Masih Tangguh di Tengah Gejolak Ekonomi
by Kiki A. Ramadhan

0 comments


Artikel lainnya

Jul 24, 2025
0 Comments

Penurunan Harga SOL ke $180 Akan Menjadi Entri Bagus Sebelum Reli ke Level Tertinggi Baru

Solana (SOL) anjlok 9,5% pada Rabu, turun dari $205 menjadi $186, dan berpotensi membentuk pola bearish engulfing di grafik harian. Jika harga ditutup di bawah $190, ini akan menjadi penurunan harian terbesar sejak 3 Maret, ketika SOL sempat jatuh lebih dari 20%. Di pasar derivatif, futures SOL terkoreksi tajam setelah posisi long senilai $30 juta terlikuidasi, menyusul open interest (OI) yang mencetak rekor $12 miliar. Meskipun harganya masih 36% lebih rendah dari puncak sepanjang masa, tingginya OI menunjukkan banyak trader mulai menutup posisi long dan mengamankan keuntungan. Sejumlah indikator on-chain juga mengisyaratkan potensi koreksi. Net taker volume beralih ke sisi jual, menandakan lebih banyak transaksi agresif dilakukan oleh penjual. Hal ini diperkuat oleh penurunan aggregated spot cumulative volume delta (CVD), yang mengukur dominasi aktivitas beli atau jual, mengindikasikan banyak holder mengambil profit di kisaran $200. Menariknya, aggregated futures CVD terus menurun meskipun harga sempat naik, menunjukkan pelaku pasar futures secara bertahap menambah posisi jual, sebuah divergensi bearish yang menjadi sinyal awal penurunan. Selain itu, funding rate mencapai level tertinggi dalam tiga bulan terakhir, menandakan perdagangan long terlalu padat. Kombinasi OI yang besar dan biaya pendanaan tinggi menciptakan kond

Penurunan Harga SOL ke $180 Akan Menjadi Entri Bagus Sebelum Reli ke Level Tertinggi Baru
byAlbert Agung