Jun 30, 2025

Kenaikan Bitcoin Menargetkan Level Tertinggi Baru Sepanjang Masa Pada Minggu Depan Karena Arus Masuk Modal Melonjak

Default Featured Image

Bitcoin terus menunjukkan kekuatan tren naik yang solid, didorong oleh aliran dana baru yang masuk ke pasar. Hal ini meningkatkan ekspektasi bahwa harga Bitcoin bisa mencapai level tertinggi baru dalam waktu dekat. Menurut data dari Glassnode, Realized Cap Bitcoin — yaitu total nilai Bitcoin berdasarkan harga saat terakhir kali berpindah tangan — meningkat sebesar $30 miliar sejak 20 April. Kenaikan ini terjadi dengan laju sekitar 3% sepanjang bulan Mei, sehingga nilai Realized Cap kini mencapai $900 miliar.

Meskipun laju pertumbuhan tersebut lebih lambat dibandingkan lonjakan sebesar 8% yang terjadi pada akhir 2024 saat harga Bitcoin mencapai $93.000, peningkatan ini tetap menjadi sinyal positif. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan investor tetap tinggi, dan pasar terus menerima aliran modal baru, baik dari investor ritel maupun institusional.

Glassnode juga mengungkapkan adanya perubahan penting dalam struktur pasar. Rata-rata pergerakan sederhana (Simple Moving Average/SMA) selama tujuh hari dari Spot Volume Delta Bitcoin berubah menjadi positif dan mencapai puncaknya mendekati $5 miliar pada 13 Mei. Fenomena ini menunjukkan bahwa permintaan beli di pasar spot meningkat secara signifikan — sebuah pola yang hanya terjadi beberapa kali sepanjang tahun ini. Meningkatnya tekanan beli di pasar spot ini memperlihatkan bahwa reli harga Bitcoin saat ini lebih banyak digerakkan oleh permintaan nyata, bukan sekadar perdagangan dengan leverage.

Meski pertumbuhan Realized Cap kali ini tidak sebesar lonjakan $50 miliar pada akhir tahun lalu, suasana pasar masih cenderung optimistis. Sejak mencapai titik terendah di sekitar $74.500 pada awal April, Bitcoin mengalami pola konsolidasi yang berulang. Setiap kali harga mencapai titik penting, ia akan bergerak mendatar (sideways) sebelum melanjutkan kenaikan ke kisaran harga yang lebih tinggi.

Pola ini telah terjadi dua kali, dan saat ini Bitcoin memasuki fase konsolidasi ketiga. Dalam pola tersebut, harga membentuk kisaran atas dan bawah yang lebih tinggi dari fase sebelumnya. Area bawah biasanya diuji sekali sebelum harga kembali menembus ke atas. Indikator Relative Strength Index (RSI) mendukung pola ini, menunjukkan level jenuh beli saat harga mencapai puncak baru, lalu turun ke area netral saat konsolidasi.

Saat ini, harga Bitcoin bergerak antara $100.678 dan $105.700. Jika pola ini bertahan, Bitcoin diperkirakan akan menguji kembali level $100.000–$102.000 sebelum kemungkinan besar menembus ke atas $110.000. Namun, jika harga turun di bawah $102.000 dan gagal pulih dengan cepat, tren naik bisa terancam.

Kenaikan Bitcoin Menargetkan Level Tertinggi Baru Sepanjang Masa Pada Minggu Depan Karena Arus Masuk Modal Melonjak
by Albert Agung


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan