Jun 30, 2025

Harga SOL Bisa Naik 21%? Pola Megaphone dan Data On-Chain Dorong Target $210

Default Featured Image

Satu minggu terakhir, dunia kripto menyaksikan lonjakan aktivitas di jaringan Solana (SOL) yang menghidupkan kembali semangat investor. Dengan kombinasi antara kinerja teknikal yang menjanjikan dan fundamental jaringan yang semakin solid, Solana kini kembali mengancam posisi puncak dalam daftar blockchain paling aktif dan efisien.

Namun yang membuat para trader lebih tertarik bukan hanya sekadar data on-chain. Saat ini, formasi megaphone yang muncul di grafik 4 jam menjadi perbincangan hangat di komunitas teknikal.

Formasi ini, walau sering membingungkan, bisa menjadi sinyal ledakan harga—ke atas atau ke bawah.

Pola Megaphone Bisa Dorong Harga ke $210

Solana sempat mencoba menembus resistensi kuat di $180, namun gagal mempertahankan posisi di atasnya. Meskipun demikian, harga SOL masih bertahan di atas level psikologis $170. Sejak 14 Mei, harga sudah terkoreksi sekitar 5,65%, namun koreksi ini justru memperjelas pola megaphone yang sedang berkembang.

Dalam analisis teknikal, pola megaphone (atau “broadening formation”) adalah struktur harga yang mencerminkan volatilitas yang meningkat, dengan puncak dan lembah yang makin melebar.

Saat ini, garis atas dari pola tersebut berada di sekitar $185, selaras dengan resistensi jangka pendek di $180. Jika breakout terjadi dan dikonfirmasi dengan volume besar, maka target harga berikutnya adalah $210, atau sekitar 21% lebih tinggi dari posisi saat ini.

Namun, seperti semua pola teknikal, megaphone juga punya sisi gelap. Kegagalan menembus $180 bisa memicu penurunan menuju EMA 100 hari di $161, bahkan menyentuh area support kuat di $150.

Oleh karena itu, volume dan momentum menjadi indikator kunci untuk validasi arah pergerakan berikutnya.

Aktivitas Jaringan Meledak, Kapitalisasi Terealisasi Naik $4 Miliar

Di luar analisa grafik, Solana juga mencatat lonjakan performa jaringan yang mengesankan. Menurut data dari Glassnode, arus modal 30 hari Solana meningkat antara 4% hingga 5%, menyamai lonjakan XRP.

Yang lebih mencolok, kapitalisasi terealisasi (realized cap) indikator akumulasi riil dari nilai pembelian terakhir setiap token naik sebesar $4 miliar, mencapai $78,5 miliar per 14 Mei.

Data ini menjadi sinyal kuat bahwa bukan hanya spekulan jangka pendek yang tertarik, tapi juga investor institusional yang mulai masuk kembali ke jaringan ini setelah beberapa bulan didominasi arus keluar.

731 Juta Transaksi dalam Seminggu Solana Jadi Blockchain Paling Aktif Kedua

Laporan mingguan dari Top 7 ICO menyebutkan bahwa Solana mencatat 731 juta transaksi hanya dalam tujuh hari terakhir, menjadikannya blockchain dengan transaksi terbanyak kedua di dunia, hanya kalah dari Hyperliquid (1,79 miliar transaksi).

Sebagai perbandingan, Base, blockchain Layer-2 milik Coinbase, hanya mencatat 77,1 juta transaksi dalam periode yang sama.

Ini menguatkan narasi bahwa kecepatan, biaya rendah, dan kestabilan jaringan Solana berhasil menarik pengguna aktif lebih banyak dari proyek-proyek Layer-2 besar lainnya.

Apakah SOL Akan Lolos dari “Kutukan Volatilitas”?

Bagi para trader harian, momentum ini sangat menggoda. Namun Solana punya sejarah volatilitas ekstrem yang sudah beberapa kali menggagalkan upaya reli jangka panjang. Kebangkitan saat ini tetap membutuhkan dukungan sentimen pasar yang kondusif, termasuk kebijakan suku bunga global, arah Bitcoin pasca-halving, dan tentunya, kelancaran teknis dari jaringan itu sendiri.

Selain itu, dengan semakin banyaknya proyek DeFi dan NFT yang bermigrasi ke Solana karena efisiensi transaksi, ekosistem ini mulai membangun reputasi baru sebagai **“Ethereum killer” versi 2025 yang lebih matang dan terbukti”.

Target $210 Bukan Fantasi, Tapi Masih Perlu Validasi

Kombinasi analisa teknikal dan metrik jaringan menjadikan target harga $210 untuk SOL bukan lagi sekadar harapan. Tapi semua mata kini tertuju pada satu hal: apakah breakout di atas $180 akan dikonfirmasi dengan volume tinggi dan pembelian berkelanjutan?

Jika ya, maka Solana mungkin akan kembali ke masa kejayaannya bukan sebagai pesaing Ethereum semata, tapi sebagai infrastruktur utama keuangan terdesentralisasi generasi berikutnya.

Harga SOL Bisa Naik 21%? Pola Megaphone dan Data On-Chain Dorong Target $210
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan