Apr 3, 2024

Harga Bitcoin Turun Saat AS Mentransfer $2B BTC Silk Road yang Disita, Kebetulan?

Spekulasi sedang marak di pasar aset kripto karena pemerintah Amerika Serikat baru-baru ini mengambil langkah signifikan terkait Bitcoin (BTC) yang disita dari pasar gelap Silk Road yang terkenal. Peristiwa ini terjadi pada saat kritis bagi harga Bitcoin, yang menghadapi kesulitan untuk tetap berada di atas level $70.000 setelah mencapai rekor tertinggi saat ini (ATH) sebesar $73.700 pada 14 Maret.

Ketika aset kripto terbesar mengalami koreksi harga lagi, pergerakan dana yang disita ini telah memicu spekulasi intens tentang kemungkinan penjualan oleh pemerintah Amerika Serikat.

Bitcoin (BTC) Yang Terkait dengan Silk Road Disita Bergerak

Berdasarkan data on-chain, sebuah dompet yang terhubung dengan pemerintah Amerika Serikat baru-baru ini melakukan pemindahan 30.175 Bitcoin, yang telah disita dari pasar gelap Silk Road.

Pemindahan ini mengikuti penyitaan sebelumnya atas lebih dari 50,000 Bitcoin dari James Zhong, yang secara ilegal memperoleh mata uang kripto tersebut dari Silk Road pada tahun 2012. Tindakan penyitaan dana ini oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) menjadi tindakan penyitaan yang terbesar dalam sejarahnya.

Pemerintah Amerika Serikat sebelumnya telah melakukan transfer Bitcoin yang diperoleh dari tindakan kriminal pada bulan Maret 2022, di mana sejumlah besar Bitcoin dijual dengan rencana untuk menjual lebih banyak lagi. Namun, pemindahan terbaru sebesar 30,175 BTC dari alamat terkait Silk Road menimbulkan pertanyaan tentang nasib dana tersebut dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi harga Bitcoin.

Benjamin Skew, seorang ahli data on-chain, membagikan wawasannya melalui media sosial. Benjamin Skew menjelaskan bahwa meskipun ada kekhawatiran seputar penjualan Bitcoin Silk Road yang akan dilakukan melalui Coinbase, penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa sebagian besar dana telah dipindahkan ke dompet baru yang masih tidak aktif.

Namun, Skew mengungkapkan bahwa sekitar 2,000 BTC dari total jumlahnya telah dipindahkan ke dompet Coinbase, yang diduga digunakan untuk tujuan yang tidak dijelaskan, sementara sisanya telah dikirim ke dompet yang baru dibuat yang masih tidak aktif.

 

Harga Bitcoin Turun Saat AS Mentransfer $2B BTC Silk Road yang Disita, Kebetulan?
by Rendy Andriyanto

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan