Jun 30, 2025

Harga Bitcoin Dapat Menguat Bahkan Ketika Perang Dagang Global

Default Featured Image

Ketegangan Perdagangan AS-Tiongkok Ganggu Pasar, Bitcoin Kembali Diuji di Tengah Tekanan Ekonomi

Para pelaku pasar kripto dan saham sempat menaruh harapan pada adanya solusi cepat guna menghindari rencana pemerintah Amerika Serikat menerapkan tarif impor hingga 104% terhadap barang-barang dari Tiongkok. Namun, harapan tersebut pupus setelah Gedung Putih menegaskan bahwa kebijakan tarif tersebut akan tetap diberlakukan mulai 9 April. Situasi pasar semakin tertekan setelah penasihat perdagangan Presiden Donald Trump, Peter Navarro, menyatakan bahwa tarif itu “bukan untuk dinegosiasikan.”

Sebagai dampaknya, indeks S&P 500 ditutup melemah 1,6% pada 8 April, membalikkan kenaikan sebelumnya sebesar 4%. Koreksi ini membuat pelaku pasar bertanya-tanya apakah Bitcoin mampu mempertahankan tren positifnya di tengah ketidakpastian makroekonomi yang terus memburuk.

Masalah Utang AS Bisa Jadi Pemicu Kenaikan Bitcoin

Selama periode 2–7 April, S&P 500 mencatat penurunan tajam sebesar 14,7%, memicu kepanikan di kalangan investor kripto dan mendorong harga Bitcoin untuk kembali menguji level $75.000—angka terendah dalam lebih dari lima bulan.

Saat menghadiri acara bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada 7 April, Presiden Trump mengatakan ingin “mengatur ulang sistem perdagangan.” Ia juga menyebut bahwa tarif bisa bersifat permanen, namun tetap membuka peluang negosiasi untuk kebutuhan lainnya. Di tengah ketidakpastian ini, banyak proses IPO dan merger tertunda, serta aktivitas pendanaan seperti pinjaman dengan leverage dan penjualan obligasi ikut terganggu.

Sejumlah ekonom memperingatkan bahwa kebijakan tarif tersebut dapat memicu inflasi dan meningkatkan risiko resesi ekonomi. Meski demikian, dampaknya terhadap harga Bitcoin masih sulit diprediksi. Beberapa investor menganggap sistem keuangan Bitcoin yang terbatas justru menjadi pelindung dari inflasi akibat pencetakan uang fiat yang tak terkendali.

Korelasi Jangka Pendek Jadi Tantangan, Tapi Suku Bunga Bisa Jadi Pemicu Rebound

Dalam waktu dekat, Bitcoin diperkirakan masih akan bergerak seiring dengan arah pasar saham. Meski begitu, tantangan fiskal pemerintah AS membuka ruang pertumbuhan bagi Bitcoin. Pada 8 April, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik ke 4,28%, setelah sebelumnya sempat menyentuh 3,90% sehari sebelumnya. Kenaikan ini menandakan bahwa investor mulai meminta imbal hasil lebih tinggi untuk menahan obligasi pemerintah.

Beban utang pemerintah sebesar $9 triliun yang jatuh tempo dalam 12 bulan ke depan diperkirakan akan memperburuk neraca fiskal dan menekan nilai tukar dolar AS. Indeks Dolar (DXY) pun turun ke 103,0 pada 8 April dari 104,2 pada akhir Maret. Situasi ini dinilai bisa memberikan angin segar bagi pergerakan harga Bitcoin, sebagaimana disampaikan oleh CEO BlackRock, Larry Fink, dalam suratnya kepada investor.

Michael Gapen, Kepala Ekonom AS dari Morgan Stanley, dalam laporannya pada 8 April menyebut bahwa The Fed kemungkinan akan mempertahankan suku bunga pada kisaran 4,25%–4,50% hingga Maret 2026. Menurutnya, hanya resesi yang bisa mengubah arah kebijakan, dan jika itu terjadi, pemangkasan suku bunga mungkin akan dilakukan lebih awal dan dalam skala besar.

Dengan semakin terbatasnya ruang gerak The Fed untuk mencegah resesi tanpa memicu inflasi, Bitcoin bisa kembali menarik minat investor. Meskipun waktu pemulihan belum bisa dipastikan, ketidakpastian yang berkepanjangan soal perang dagang bisa mendorong investor untuk beralih ke aset yang lebih langka seperti Bitcoin, terutama di tengah kekhawatiran terhadap potensi pelemahan nilai dolar AS.

Harga Bitcoin Dapat Menguat Bahkan Ketika Perang Dagang Global
by Albert Agung


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan