Jun 30, 2025

Ethereum Siap Meledak? Indikator Bullish Ini Pernah Picu Reli 90% ETH

Default Featured Image

Harga Ethereum (ETH) tampaknya sedang menyusun langkah untuk potensi lonjakan besar berikutnya. Berdasarkan analisis teknikal terbaru, indikator yang pernah memicu reli 90% pada 2023 kembali menunjukkan sinyal bullish.

Namun, jalan menuju $3.600 tidak semudah menancapkan panji di puncak lama karena lanskap pasar penuh dengan resistensi psikologis dan potensi koreksi.

Bull Flag: Sinyal Klasik Kembali Muncul

Dalam grafik harian ETH/USD, pola bull flag kini terlihat jelas. Pola ini terbentuk setelah lonjakan tajam dari $1.900 ke $2.730 (dikenal sebagai flagpole), diikuti oleh fase konsolidasi harga antara $2.400 hingga $2.750 membentuk “bendera” dari tren.

Jika Ethereum berhasil menembus level $2.600 secara meyakinkan, target proyeksi teknikal berada di kisaran $3.600, hasil dari penambahan tinggi flagpole ke titik breakout.

Namun, ada satu rintangan besar di depan: zona resistensi krusial $3.000–$3.100, yang secara historis menjadi “dinding kuat” bagi ETH untuk mendaki lebih tinggi.

EMA 200 Hari dan RSI Mulai Netral

Di sisi lain, tren jangka menengah menunjukkan dukungan dari Exponential Moving Average (EMA) 200 hari, yang menjaga ETH tetap di atas ambang bawahnya. Indikator Relative Strength Index (RSI) yang sempat mendekati zona overbought kini sudah mendingin, memberikan ruang bagi potensi pergerakan naik berikutnya tanpa tekanan jual berlebihan.

Kondisi ideal bagi para bull adalah breakout yang disertai dengan RSI naik dan volume tinggi kombinasi yang sering kali menandai dimulainya tren naik baru.

Jejak Historis yang Menjanjikan (dan Menegangkan)

Pada 20 Mei, ETH mencoba merebut kembali garis tengah Gaussian Channel indikator tren dua mingguan yang menyesuaikan dengan volatilitas harga. Dalam sejarahnya, saat ETH berhasil menembus garis tengah channel ini, hasilnya seringkali dramatis.

* Pada 2023, ETH melonjak 93% ke $4.000 usai crossover.
 
* Pada 2020, ETH bahkan melonjak 1.820%, memicu gelombang altcoin season yang legendaris.

Namun tidak semua kisah berakhir indah. Di Agustus 2022, sinyal serupa berakhir dengan invalidasi akibat koreksi pasar besar-besaran. Ini menjadi peringatan bagi siapa pun yang terlalu mengandalkan indikator tunggal.

Golden Cross, Tapi di Timeframe yang Lemah?

Trader kripto Merlijn menunjukkan adanya golden cross persilangan antara rata-rata pergerakan 50 hari dan 200 hari (SMA) dalam chart 12 jam. Sinyal ini biasanya dianggap bullish, namun sayangnya tidak sekuat golden cross di timeframe harian atau mingguan.

Artinya, meski menandakan momentum, reli jangka panjang masih perlu konfirmasi lebih kuat.

Skenario Konsolidasi Bisa Berkepanjangan

Tidak semua analis sependapat dengan prospek bullish dalam waktu dekat. Trader populer XO menyebut bahwa ETH masih “terkunci” di bawah resistensi yang kuat di $2.800 dan kemungkinan akan membentuk konsolidasi berkepanjangan.

“Saya melihat harga akan membentuk lingkungan sideways selama beberapa minggu atau lebih lama, sebelum kembali menarik minat beli,” ujarnya.

Selain itu, analisis Fibonacci juga menunjukkan bahwa ETH saat ini berkutat di antara level 0.5 hingga 0.618 retracement zona yang kerap menandai koreksi jangka pendek. Jika penurunan terjadi, dukungan kuat berada di sekitar $2.150 dan $1.900.

Momentum atau Fatamorgana?

Ethereum saat ini berada di persimpangan jalan: di satu sisi, sinyal teknikal klasik seperti bull flag, Gaussian Channel, dan golden cross mengindikasikan peluang besar untuk reli. Namun di sisi lain, pasar belum sepenuhnya meyakinkan dan pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa euforia teknikal bisa segera berubah menjadi jebakan jika volume dan sentimen makro tidak mendukung.

Bagi investor jangka panjang, ini bisa menjadi titik masuk yang menjanjikan. Tapi bagi trader harian, saatnya bermain dengan ketat: amati breakout, perhatikan RSI dan volume, serta jangan lupa bahwa pasar kripto bisa sevolatile emosimu saat membaca grafik candlestick tanpa kopi pagi.

Ethereum Siap Meledak? Indikator Bullish Ini Pernah Picu Reli 90% ETH
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan