Jun 30, 2025

ETF Spot Bitcoin Mengalami Arus Keluar $772 Juta Karena Investor Bersiap Menghadapi Inflasi Yang Disebabkan Oleh Tarif

Default Featured Image

ETF Bitcoin Spot Tertekan di Tengah Ketidakpastian Perang Dagang

Dana ETF Bitcoin spot mengalami tekanan besar akibat ketidakpastian yang dipicu oleh memanasnya perang dagang global. Dari 28 Maret hingga 8 April, tercatat arus keluar bersih mencapai $595 juta berdasarkan data Farside Investors. Meskipun pemerintah AS sempat menangguhkan sebagian besar tarif impor pada 9 April, dana ETF tersebut tetap mencatat penarikan dana tambahan sebesar $127 juta.

Hal ini memunculkan keraguan di kalangan investor, terutama mengapa kenaikan harga Bitcoin hingga $82.000 pada tanggal tersebut tidak mampu mengembalikan kepercayaan mereka terhadap ETF berbasis Bitcoin.

Risiko Kredit Meningkat, Investor Beralih ke Aset Aman

Menurunnya minat terhadap Bitcoin sebagian dipengaruhi oleh meningkatnya kekhawatiran akan resesi ekonomi. Michael Weidner dari Lazard Asset Management menyebutkan bahwa likuiditas di sektor kredit mulai mengering. Akibatnya, banyak investor mulai mengamankan dana mereka ke aset yang lebih stabil seperti obligasi pemerintah dan simpanan tunai, yang berpotensi memicu krisis kredit.

Krisis kredit merujuk pada penurunan tajam dalam ketersediaan pinjaman, yang bisa menghambat investasi dan konsumsi. Fenomena ini bisa terjadi bahkan saat imbal hasil obligasi pemerintah tetap, karena persepsi risiko peminjam yang tinggi dapat membatasi distribusi kredit.

Ross Mayfield dari RW Baird menambahkan bahwa meskipun Bank Sentral AS (The Fed) memangkas suku bunga untuk meredam gejolak ekonomi, perusahaan masih akan menghadapi tekanan biaya utang yang meningkat, terutama di tengah kondisi stagflasi akibat tarif impor.

Selisih antara imbal hasil obligasi korporasi dan obligasi pemerintah juga melebar secara signifikan—pelebatan tertinggi sejak krisis perbankan regional Maret 2023. Ini menunjukkan meningkatnya risiko yang dirasakan investor saat membeli obligasi perusahaan.

Perang Dagang Hambat Minat Terhadap Bitcoin

Di sisi lain, pemangkasan suku bunga oleh The Fed dipandang belum cukup untuk mengembalikan optimisme pasar. Bahkan laporan CPI AS bulan Maret yang menunjukkan inflasi hanya 2,8%—terendah dalam empat tahun terakhir—tidak mampu mendorong pasar saham. Ekonom Joe Brusuelas memperkirakan data ini bisa menjadi yang terakhir sebelum inflasi terdorong kembali akibat tarif.

Para pelaku pasar tampaknya menunggu pemulihan di sektor obligasi korporasi sebelum kembali tertarik pada ETF Bitcoin. Selama kekhawatiran resesi belum mereda, aset seperti obligasi pemerintah dan uang tunai masih menjadi pilihan utama. Untuk membalikkan tren ini, dibutuhkan perubahan persepsi besar terhadap keunggulan Bitcoin seperti kebijakan moneter tetap dan ketahanan terhadap sensor. Namun, hal ini kemungkinan baru akan terjadi dalam jangka panjang.

ETF Spot Bitcoin Mengalami Arus Keluar $772 Juta Karena Investor Bersiap Menghadapi Inflasi Yang Disebabkan Oleh Tarif
by Albert Agung


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan