Jun 26, 2025

Dell Raih Kenaikan Saham 25% dalam Sepekan, AI Jadi Katalis Utama

Default Featured Image

Dell Technologies (DELL) mencatat lonjakan saham yang mengesankan selama pekan terakhir, dengan harga sahamnya naik 25%.

Pada Kamis, saham Dell naik 7% dan ditutup pada $110,21, menambah reli kuat yang telah mendorong harga sahamnya naik 44% sejak awal tahun.

Pendorong utama kenaikan ini adalah masuknya Dell dalam “Analyst Focus List” dari J.P. Morgan, yang menyoroti potensi besar perusahaan ini dalam meraih keuntungan jangka panjang dari teknologi kecerdasan buatan (AI).

Optimisme Analis Terhadap AI dan Valuasi Menarik

J.P. Morgan baru-baru ini menaikkan target harga saham Dell menjadi $160 dari $155, mencerminkan pandangan optimis mereka terhadap peluang AI yang bisa diraih oleh perusahaan ini.

Menurut para analis, saham Dell menawarkan titik masuk yang menarik dari perspektif valuasi, terutama setelah koreksi harga yang terjadi sebelumnya.

Dengan lebih dari tiga perempat analis yang melacak Dell melalui Visible Alpha memberikan peringkat “beli”, target konsensus harga saham Dell mencapai $152,44 sekitar 38% di atas harga penutupan pada Kamis.

Namun, optimisme ini bukan tanpa tantangan. Pada bulan Mei lalu, saham Dell sempat anjlok setelah laporan hasil kuartal pertama menunjukkan penurunan dua digit pada pendapatan operasional, meskipun permintaan untuk server AI tetap kuat.

Kekhawatiran muncul terkait tekanan margin dan persaingan di pasar server AI, di mana Dell bersaing dengan pemain besar lainnya.

AI: Peluang dan Tantangan untuk Dell

Menurut J.P. Morgan, meski ada kekhawatiran terkait margin dan persaingan, pasar server AI masih berada pada tahap awal, yang memberikan peluang besar bagi Dell untuk meraih pertumbuhan pendapatan terkait AI.

Produk server AI yang ditawarkan Dell kepada pelanggan enterprise bisa menjadi pendorong utama pertumbuhan perusahaan di masa depan. Namun, tekanan untuk memperbaiki margin tetap menjadi tantangan yang harus diatasi.

Analis dari Melius menekankan bahwa paruh pertama tahun fiskal 2025 harus menjadi titik terendah bagi margin Dell, dengan harapan adanya perbaikan margin pada paruh kedua. 

Untuk mencapai hal ini, Dell mungkin perlu mengambil langkah-langkah tegas dalam pemotongan biaya, mirip dengan langkah yang diambil oleh perusahaan teknologi besar lainnya seperti Intel (INTC) dan Cisco (CSCO).

Pandangan ke Depan: Laporan Pendapatan Q2 sebagai Penentu

Para investor kini menantikan laporan pendapatan Dell untuk kuartal kedua yang akan dirilis pada 29 Agustus mendatang. Laporan ini akan menjadi penentu apakah Dell berhasil mengatasi tantangan yang dihadapi, terutama dalam hal margin dan pertumbuhan terkait AI. 

Jika Dell mampu menunjukkan peningkatan margin dan pertumbuhan AI yang solid, ini bisa menjadi katalis tambahan untuk reli saham yang lebih lanjut.

Dalam lanskap teknologi yang semakin berfokus pada AI, Dell memiliki kesempatan besar untuk menonjolkan diri sebagai pemain utama.

Namun, keberhasilan dalam memanfaatkan peluang ini akan sangat bergantung pada strategi perusahaan dalam mengelola persaingan dan meningkatkan efisiensi operasional.

Dengan optimisme yang membayangi, investor menunggu untuk melihat apakah Dell mampu memenuhi ekspektasi tinggi yang telah terbentuk.

Dell Raih Kenaikan Saham 25% dalam Sepekan, AI Jadi Katalis Utama
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan