Jun 29, 2025

Bitcoin Bangkit dari “Bear Market” Teknis, Naik 10% di Tengah Ketidakpastian Regulasi

Default Featured Image

Setelah mengalami bulan Februari yang brutal, Bitcoin (BTC) akhirnya bangkit, mencatat kenaikan 10% dan diperdagangkan di level $94.003 pada 2 Maret 2025. Kenaikan ini menandai keluarnya Bitcoin dari bear market teknis, di mana harga sempat anjlok lebih dari 20% dari level tertinggi sepanjang masa.

Sementara itu, altcoin juga ikut reli XRP melonjak 37% ke $2,94, Ethereum (ETH) naik 13% ke $2.504, dan Solana (SOL) menguat 23% dalam 24 jam terakhir. Namun, meskipun lonjakan ini memberikan harapan bagi investor, pasar masih dihantui oleh ketidakpastian regulasi dan kebijakan ekonomi global.

Februari: Bulan Terburuk Bitcoin Sejak 2022

Februari 2025 menjadi bulan yang paling menyakitkan bagi Bitcoin sejak Juni 2022. Saat itu, harga BTC turun dari $101.000 ke sekitar $84.350, bahkan sempat menyentuh $78.867 pada 28 Februari penurunan bulanan terbesar sejak kehancuran ekosistem Terra-LUNA.

Penurunan ini juga mendorong Bitcoin masuk ke bear market teknis, yang didefinisikan sebagai koreksi lebih dari 20% dari level tertinggi sepanjang masa. BTC sebelumnya mencapai $109.021 pada 20 Januari 2025, bertepatan dengan pelantikan kembali Donald Trump sebagai Presiden AS.

Meski mengalami pemulihan di awal Maret, sentimen pasar masih rapuhBitcoin Fear & Greed Index menunjukkan bahwa ketakutan masih mendominasi pasar, dengan euforia pasca-kemenangan Trump di pemilu November 2024 kini mulai memudar.

Apa yang Memicu Penurunan Bitcoin?

Beberapa faktor utama berkontribusi terhadap aksi jual besar-besaran Bitcoin di Februari:

1. Gejolak Ekonomi Global & Ancaman Perang Dagang

Salah satu penyebab utama ketidakstabilan pasar adalah kebijakan ekonomi agresif Trump. Baru-baru ini, Trump mengancam akan memberlakukan tarif baru pada impor dari Kanada, Meksiko, dan China, yang meningkatkan ketegangan perdagangan global dan memicu volatilitas di pasar keuangan.

Pasar saham Wall Street juga mengalami koreksi besar, sementara nilai dolar AS melemah, memaksa investor untuk menghindari aset berisiko seperti kripto.

2. Regulasi Kripto yang Masih Tidak Pasti

Meskipun Trump menjanjikan kebijakan pro-kripto, belum ada langkah konkret yang benar-benar mengubah lanskap regulasi. Investor masih menunggu kejelasan tentang regulasi stablecoin, ETF Bitcoin spot tambahan, serta peran SEC dan CFTC dalam mengawasi industri ini.

Menurut Susannah Streeter, Kepala Pasar di Hargreaves Lansdown, “tanpa langkah konkret dari Trump, ketidakpastian akan terus membayangi pasar.”

3. Serangan Siber Bybit Senilai $1,5 Miliar

Selain faktor makroekonomi, sentimen pasar juga terpukul oleh serangan siber besar-besaran terhadap bursa kripto Bybit, yang mengakibatkan hilangnya $1,5 miliar aset digital. Insiden ini menambah kekhawatiran investor terhadap keamanan platform perdagangan kripto.

Trump dan Janji-Janjinya yang Belum Terpenuhi

Trump telah menunjukkan sikap pro-kripto, dengan menunjuk pejabat yang lebih ramah terhadap industri blockchain, termasuk perubahan kepemimpinan di SEC. Bahkan, regulator keuangan AS baru saja mencabut gugatan terhadap Coinbase, menandai perubahan sikap yang lebih positif terhadap industri ini.

Trump juga kembali menegaskan rencananya untuk membentuk Crypto Reserve AS, dengan Bitcoin dan Ethereum sebagai inti utama cadangan—bersama XRP, Solana, dan Cardano.

Namun, banyak tokoh industri yang masih skeptis. CEO Custodia Bank, Caitlyn Long, menyatakan bahwa belum ada perubahan nyata dalam kebijakan pemerintah terkait akses bank terhadap industri kripto, menunjukkan bahwa janji Trump masih sebatas wacana.

Prediksi Bitcoin: Bisa Tembus $500.000?

Meski pasar kripto masih dalam fase pemulihan, beberapa analis tetap optimistis. Geoff Kendrick, analis dari Standard Chartered, percaya bahwa Bitcoin bisa mencapai $500.000 sebelum akhir masa jabatan kedua Trump.

Kendrick menilai bahwa deregulasi yang lebih besar, masuknya modal institusional, serta adopsi Bitcoin oleh pemerintah bisa menjadi faktor pendorong utama. Namun, agar skenario ini terjadi, pemerintahan Trump harus memberikan sinyal kebijakan yang lebih jelas kepada pasar.

Pemulihan Bitcoin, Tapi Risiko Masih Mengintai

Kenaikan Bitcoin sebesar 10% memberi harapan baru bagi investor, tetapi pasar masih berada dalam fase ketidakpastian.

Jika Trump dan administrasinya gagal memberikan regulasi yang mendukung, serta jika ketegangan ekonomi global terus meningkat, pemulihan Bitcoin bisa berubah menjadi volatilitas baru.

Apakah ini awal dari reli besar menuju level tertinggi baru, atau hanya pemantulan sesaat sebelum penurunan lebih dalam? Semua mata kini tertuju pada kebijakan Gedung Putih dan reaksi pasar dalam beberapa minggu ke depan.

Bitcoin Bangkit dari “Bear Market” Teknis, Naik 10% di Tengah Ketidakpastian Regulasi
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan