Apr 4, 2024

BIS dan 7 Bank Sentral Mengembangkan Proyek Tokenisasi Aset

Bank for International Settlements (BIS) dan lembaga keuangan swasta dikabarkan telah berkolaborasi dengan tujuh bank sentral dari 7 negara seperti Prancis, Jepang, Korea Selatan, Meksiko, Swiss, Inggris, dan Federal Reserve Bank Amerika Serikat telah dalam eksplorasi tokenisasi aset melalui proyek Agora. 

Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi sistem moneter melalui pengembangan platform terpusat untuk pembayaran CBDC lintas batas dan transfer uang yang tertokenisasi.

Proyek Agora tersebut akan mencakup beberapa mata uang besar, seperti USD, Euro, GBP, dan Yen. Kolaborasi dengan pihak lembaga keuangan swasta dilakukan dengan Institute of International Finance (IIF) yang mengatur koordinasi pelaksanaannya.

BIS mengusulkan untuk mengemmbangkan proyek berdasarkan konsep buku besar terpadu dengan mengidentifikasi bagaimana deposito bank komersial yang telah ditokenisasi dapat diintegrasikan dengan uang tunai bank sentral grosir yang juga ditokenisasi .

Tokenisasi tersebut yang melibatkan pencatatan aset di blockchain dengan menggabungkan elemen pesan dan penyelesaian pembayaran dalam satu transaksi. 

Dengan sistem tersebut, dapat mengakibatkan meningkatkan kecepatan transaksi dan meningkatkan keamanan dan integritas pembayaran internasional.

Mengutip penjelasan yang diberikan oleh BIS, hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan fungsi sistem moneter dan memberikan solusi baru penggunaan smart contract dan sistem pemrograman dengan tetap mempertahankan struktur dua tingkatnya. 

Sementara itu, Cecilia Skingsley, kepala BIS Innovation Hub, mengungkapkan bahwa proyek ini memungkinkan sistem pembayaran, buku besar akuntansi, dan registrasi data untuk beroperasi secara terintegrasi di seluruh mata uang digital.

Tindakan tersebut menandakan jika BIS telah menunjukkan minat yang besar dalam inovasi aset kripto dan teknologi sentralisasi keuangan. 

Pada 23 Januari lalu, BIS Innovation Hub juga menambahkan enam proyek baru untuk dikembangkan sebagai upaya untuk mengatasi masalah keamanan Siber, memerangi kejahatan keuangan, dan pengembangan mata uang digital bank sentral.

Meskipun proyek Agora menawarkan potensi revolusi dalam pembayaran lintas negara, beberapa pihak menilai masih terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah masalah kepatuhan terhadap peraturan yang berbeda di berbagai pemangku kepentingan.

Tidak hanya itu, tantangan proses adopsi juga perlu diatasi, mengingat kompleksitas dalam mengubah infrastruktur pembayaran lintas negara yang sudah ada.

Namun, disamping itu semua adanya kerja sama yang erat antara bank sentral dan sektor swasta serta pemanfaatan teknologi blockchain menggambarkan jika proyek ini memiliki potensi besar untuk membentuk masa depan sistem moneter global yang lebih efisien, transparan, dan terdesentralisasi. 

 

BIS dan 7 Bank Sentral Mengembangkan Proyek Tokenisasi Aset
by Mohammad Alparidzy

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan