Jun 29, 2025

Amazon Cetak Rekor Baru: Apakah Saham AMZN Masih Layak Dibeli di 2025?

Default Featured Image

Amazon Menutup Tahun 2024 dengan Rekor, AI dan Diversifikasi Jadi Kunci Pertumbuhan

Amazon (NASDAQ: AMZN) mengakhiri tahun 2024 dengan performa cemerlang, mencatatkan all-time high di $233 per saham, tumbuh 50% sepanjang tahun. 

Pencapaian ini jauh melampaui indeks acuan seperti S&P 500 yang naik 23%. Namun, pertanyaan utama adalah apakah Amazon dapat mempertahankan momentum ini di 2025. Dengan pertumbuhan bisnis berbasis AI, diversifikasi vertikal, dan arus kas yang kuat, jawabannya tampaknya adalah ya.

### Mesin Utama Pertumbuhan Amazon

Amazon Web Services (AWS) tetap menjadi pilar utama profitabilitas Amazon. Pada Q3 2024, penjualan AWS tumbuh 19,1% YoY menjadi $27,5 miliar, dengan margin operasional meningkat dari 30,3% menjadi 38,1%. Layanan berbasis AI mendorong lonjakan ini, termasuk pengembangan superkomputer dengan chip Trainium untuk bersaing dengan Nvidia.

!Amazon tidak berhenti di situ. Pada konferensi re:Invent 2024, perusahaan mengumumkan proyek baru dengan AI startup Anthropic, menunjukkan komitmennya terhadap inovasi berbasis teknologi generatif.

### E-Commerce Tetap Dominan di Pasar AS

Dalam e-commerce, Amazon mempertahankan dominasi dengan pangsa pasar lebih dari 30%, jauh di atas Walmart yang hanya mencatatkan pangsa pasar satu digit. Prime, dengan lebih dari 200 juta pelanggan global, menjadi tulang punggung bisnis ini. Pada Q3, segmen ritel Amerika Utara Amazon melaporkan peningkatan pendapatan 9% dan pertumbuhan laba operasional sebesar 31%.

Di luar ritel, iklan digital Amazon terus berkembang pesat. Pendapatan iklan naik 19% YoY di Q3, menyumbang lebih dari $50 miliar dalam 12 bulan terakhir.

### Strategi Baru di Bisnis Farmasi

Amazon juga serius mengembangkan layanan farmasi dengan ekspansi Same-Day Delivery ke hampir setengah populasi AS pada 2025. Dengan rencana membuka 20 lokasi farmasi baru, Amazon menunjukkan upaya agresif untuk masuk ke sektor kesehatan.

Meski mencatat pertumbuhan signifikan, saham Amazon dinilai masih undervalued. Dengan EV/EBITDA forward ratio di 16,9x, jauh di bawah rata-rata lima tahunnya di 19,8x, Amazon menawarkan potensi pertumbuhan yang menarik dibandingkan raksasa teknologi lain seperti Microsoft (11,3x P/S) dan Meta Platforms (9,2x P/S).

Dengan target harga rata-rata $248,35 dari analis Wall Street, saham Amazon diproyeksikan memiliki potensi kenaikan 13,2%. Dukungan ini mencerminkan optimisme terhadap pertumbuhan AWS, strategi AI, dan diversifikasi bisnis yang kokoh.

Amazon Cetak Rekor Baru: Apakah Saham AMZN Masih Layak Dibeli di 2025?
by Mohammad Alparidzy


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan