Jun 27, 2025

AI Dapat Memicu Inflasi dan Tantangan Finansial, Kata Bank of Canada

Default Featured Image

Adopsi kecerdasan buatan (AI) dalam dunia bisnis dan keuangan tampaknya bukan hanya soal peningkatan efisiensi. Bank of Canada mengingatkan bahwa perkembangan AI yang pesat juga dapat memicu tantangan baru dalam ekonomi global, termasuk potensi tekanan inflasi dan masalah stabilitas finansial.

Gubernur Bank of Canada, Tiff Macklem, memperingatkan bahwa investasi besar dalam AI, meskipun membawa berbagai keuntungan, dapat memberikan dampak negatif dalam jangka pendek.

Inflasi dan Penetapan Harga yang Lebih Cepat

Menurut Macklem, salah satu efek utama dari penerapan AI adalah pengaruhnya terhadap cara perusahaan menetapkan harga produk mereka. Perusahaan yang lebih intensif dalam menggunakan teknologi digital cenderung lebih cepat dan sering menyesuaikan harga dibandingkan dengan perusahaan yang lebih tradisional.

Ini menambah tantangan bagi bank sentral yang bertanggung jawab menjaga inflasi tetap rendah dan stabil.

“Bank sentral harus memperhatikan secara serius bagaimana AI memengaruhi inflasi, baik secara tidak langsung melalui permintaan dan penawaran, maupun secara langsung melalui perilaku penetapan harga,” ujar Macklem.

Adopsi AI yang semakin luas, menurutnya, dapat meningkatkan permintaan lebih cepat daripada peningkatan produktivitas, yang pada gilirannya menambah tekanan inflasi dalam jangka pendek.

Dampak Terhadap Stabilitas Keuangan

Selain tekanan inflasi, Macklem juga menyoroti potensi risiko terhadap stabilitas keuangan yang dapat diakibatkan oleh AI. Bank dan institusi keuangan saat ini berinvestasi besar dalam AI untuk meningkatkan layanan pelanggan, manajemen risiko, dan pengelolaan likuiditas.

Namun, investasi ini juga datang dengan sejumlah risiko operasional.

Macklem memperingatkan bahwa ketergantungan pada penyedia layanan pihak ketiga yang mengelola infrastruktur AI dapat menjadi titik lemah. “Jika terjadi masalah operasional di salah satu penyedia layanan ini, dampaknya bisa cepat menyebar ke seluruh sistem keuangan,” katanya.

Hal ini dapat memperburuk krisis pasar, terutama di masa volatilitas tinggi, karena AI mempercepat proses transaksi dan pengambilan keputusan.

Risiko Ketenagakerjaan dan Produktivitas

Di sisi lain, AI juga berpotensi mengubah wajah dunia kerja. Sementara optimis melihat AI dapat menggantikan pekerjaan berproduktivitas rendah dan membebaskan pekerja untuk mengisi posisi yang lebih bernilai tinggi, Macklem mengakui bahwa ada kekhawatiran yang besar.

Ada kemungkinan bahwa AI bisa menghancurkan lebih banyak pekerjaan daripada yang diciptakannya, terutama jika pengembangan lapangan kerja baru tidak bisa mengimbangi kecepatan otomatisasi.

Hal ini menjadi perhatian utama bagi Bank of Canada karena hilangnya pekerjaan dalam jumlah besar dapat menambah masalah sosial dan ekonomi. “Orang-orang yang kehilangan pekerjaannya karena otomatisasi mungkin kesulitan menemukan peluang baru, dan ini adalah tantangan bagi kita semua,” tambah Macklem.

Menggunakan AI untuk Mengelola Risiko Inflasi

Menariknya, di tengah kekhawatiran akan dampak AI, Bank of Canada sendiri menggunakan teknologi ini untuk memprediksi inflasi, memantau aktivitas ekonomi, dan meningkatkan efisiensi operasional.

Dengan ketersediaan data yang sangat besar dan terperinci, AI memberikan potensi besar dalam memahami perilaku konsumen dan perusahaan. Teknologi ini juga membantu memantau sentimen di sektor-sektor ekonomi utama dan mengelola risiko di dalam sistem keuangan.

Namun, Macklem mengakui bahwa meskipun potensi AI sangat besar, masih ada banyak ketidakpastian tentang dampak jangka panjangnya terhadap ekonomi. “Kita perlu memahami lebih baik bagaimana AI akan memengaruhi produktivitas, ketenagakerjaan, penetapan harga, dan inflasi. Ini akan membutuhkan waktu,” ujar Macklem.

Sambil menunggu hasil riset yang lebih mendalam, ia menyarankan untuk menggunakan skenario-skenario yang lebih terinformasi untuk membantu mengelola ketidakpastian ini.

Perbandingan Global AI dan Kebijakan Ekonomi

Pernyataan dari Bank of Canada ini mencerminkan perhatian global terhadap dampak AI di berbagai negara. Sejumlah bank sentral di seluruh dunia juga sedang mengamati bagaimana adopsi teknologi ini dapat memengaruhi ekonomi dan kebijakan moneter.

Dalam hal inflasi, misalnya, AI dapat mempercepat inovasi teknologi yang diharapkan meningkatkan produktivitas. Namun, adopsi yang terlalu cepat tanpa manajemen yang tepat bisa berujung pada ketidakseimbangan ekonomi.

Di luar Kanada, negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa juga mulai mempertimbangkan dampak AI terhadap kebijakan ekonomi mereka. Banyak ekonom memperdebatkan apakah AI pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang atau justru menciptakan ketimpangan yang lebih besar di pasar kerja.

AI dan Tantangan di Masa Depan

Macklem mengakhiri pernyataannya dengan menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap dampak AI terhadap ekonomi. Sementara banyak potensi yang ditawarkan teknologi ini untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tantangan yang muncul dari inflasi, stabilitas finansial, dan ketenagakerjaan tidak bisa diabaikan.

“AI akan terus berkembang dan memengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan ekonomi kita. Meskipun kita tidak bisa memprediksi semua dampaknya dengan tepat, memahami lebih dalam mengenai risikonya akan sangat penting dalam mengelola ketidakpastian dan menjaga stabilitas ekonomi di masa depan,” tutup Macklem.

Dengan AI yang semakin berperan dalam ekonomi global, jelas bahwa tantangan baru akan terus muncul, dan bank sentral serta institusi keuangan harus siap menghadapinya dengan kebijakan yang adaptif dan proaktif.

AI Dapat Memicu Inflasi dan Tantangan Finansial, Kata Bank of Canada
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan