Jul 1, 2024

21Shares Ajukan ETF Solana ke SEC, Mengikuti Jejak VanEck

Pada akhir Juni 2024, dunia investasi kripto diramaikan dengan kabar terbaru dari Wall Street mengenai pengajuan ETF Solana oleh 21Shares. Dalam perkembangan yang menarik ini, 21Shares mengajukan permohonan kepada Securities and Exchange Commission (SEC) untuk meluncurkan “21Shares Core Solana ETF”. Langkah ini mengikuti pengajuan serupa dari VanEck sehari sebelumnya, menandakan ketertarikan yang semakin besar terhadap Solana di kalangan institusi investasi.

Pengajuan ini menandai aplikasi kedua yang diajukan kepada SEC untuk ETF Solana, menunjukkan Solana (SOL) sebagai aset kripto yang semakin menarik perhatian di tengah perkembangan pasar ETF yang sebelumnya didominasi oleh Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH). 

Setelah keberhasilan persetujuan ETF Bitcoin dan pengajuan ETF Ethereum yang akan datang, Solana kini muncul sebagai kandidat berikutnya untuk mengadopsi format ETF, yang dirancang untuk menarik modal institusional.

Namun, beberapa ahli dan pemimpin industri, termasuk CEO Wintermute Evgeny Gaevoy, memprediksi bahwa peluncuran ETF Solana berbasis spot mungkin akan sulit terealisasi hingga tahun depan. Gaevoy juga mencatat bahwa arus modal yang rendah ke dalam ETF Ethereum berbasis spot dapat mengurangi minat investor terhadap produk investasi kripto lainnya.

Dalam pengajuannya, 21Shares tidak memasukkan opsi staking untuk SOL, mengikuti tren umum di kalangan ETF kripto belakangan ini. Ini mencerminkan pendekatan yang diambil oleh penerbit ETF lain yang berfokus pada aspek komoditas dari aset kripto. 

Sebagai contoh, VanEck, dalam penelitiannya, mengkategorikan SOL sebagai komoditas digital yang serupa dengan Bitcoin dan Ether, berfungsi sebagai fasilitas biaya transaksi dan mata uang pembayaran untuk layanan komputasi blockchain.

Matthew Sigel, kepala penelitian aset digital VanEck, menjelaskan bahwa tidak ada entitas tunggal yang mengendalikan jaringan SOL, yang semakin memperkuat statusnya sebagai komoditas digital yang terdesentralisasi. 

Jaringan Solana mendukung berbagai aplikasi dan layanan, mulai dari keuangan terdesentralisasi (DeFi) hingga NFT, yang menegaskan utilitas dan nilai SOL sebagai komoditas digital.

Menurut dokumen yang diajukan, ETF 21Shares Core Solana akan diperdagangkan di Cboe BZX Exchange, dengan Coinbase bertindak sebagai kustodian untuk aset Solana yang dimiliki oleh dana tersebut. 

Aset dalam dana ini akan disimpan dalam dompet terpisah di blockchain Solana dan diasuransikan secara pribadi. Nilai intraday saham akan dihitung setiap 15 detik, sementara nilai harian SOL dalam dana akan ditentukan pada pukul 16:00 ET (21:00 UTC).

Dengan pengalaman sebelumnya dalam meluncurkan ETF kripto, termasuk ETF berjangka Ether dan Bitcoin di AS, 21Shares merupakan pionir dalam teknologi keuangan kripto. Bersama ARK Invest, 21Shares juga menawarkan ETF yang berinvestasi dalam futures BTC dan ETH serta ekuitas publik dari perusahaan yang terlibat dalam industri blockchain dan ekonomi digital.

Harga SOL melonjak dari $139 menjadi $150 setelah berita pengajuan VanEck, dan diperdagangkan sekitar $141 pada pukul 12:00 ET menurut CoinMarketCap. Ini menunjukkan reaksi positif pasar terhadap berita ETF, yang bisa menjadi indikator kuat bahwa minat institusional terhadap Solana semakin meningkat.

Meskipun blockchain Solana sering dikritik karena sering mengalami pemadaman dan pemrosesan yang lambat saat padat, hal ini tampaknya tidak mengurangi minat investor. Sebagai kripto terbesar kelima berdasarkan kapitalisasi pasar, Solana terus menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan di masa depan.

Pengajuan ETF Solana oleh 21Shares dan VanEck menunjukkan langkah penting menuju penerimaan institusional yang lebih luas terhadap aset kripto, membuka jalan bagi investasi yang lebih aman dan terstruktur dalam ekosistem kripto. 

Dengan perkembangan ini, Solana berpotensi menjadi pemain utama di pasar ETF kripto, menarik lebih banyak modal institusional dan memperkuat posisinya di dunia investasi digital.

21Shares Ajukan ETF Solana ke SEC, Mengikuti Jejak VanEck
by Nurina Muawanah

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan