Jun 29, 2025

19 Triliun Transaksi Diselesaikan di Jaringan Bitcoin Pada Tahun 2024

Default Featured Image

Pada tahun 2024, total transaksi yang diselesaikan melalui jaringan Bitcoin mencapai lebih dari $19 triliun, meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan $8,7 triliun pada tahun 2023. Peningkatan ini mengakhiri tren penurunan volume transaksi yang berlangsung selama dua tahun sejak 2021.

Pierre Rochard, Wakil Presiden Riset di Riot Platforms, mengungkapkan bahwa volume transaksi Bitcoin pernah mencapai puncaknya pada masa pasar bullish tahun 2021 dengan nilai sekitar $47 triliun, tetapi kemudian menurun drastis pada 2022 dan 2023. Menurut Rochard, “Jaringan Bitcoin menyelesaikan lebih dari $19 triliun transaksi pada tahun 2024, membuktikan bahwa Bitcoin berfungsi sebagai penyimpan nilai dan alat tukar.”

Tahun 2024 menjadi momen penting bagi Bitcoin dengan adanya peluncuran ETF berbasis BTC di Amerika Serikat, peristiwa halving pada April, serta pencapaian harga tertinggi baru sekitar $108.000.

Rekor Hashrate Bitcoin pada Awal 2025

Hashrate Bitcoin, yang mewakili total kekuatan komputasi untuk mengamankan jaringan, mencatat rekor baru sebesar 1.000 exahash per detik (EH/s) pada 3 Januari 2024. Namun, data dari CryptoQuant menunjukkan bahwa hashrate tersebut segera turun menjadi sekitar 775 EH/s.

Pada tahun 2024, lebih dari 40% hashrate global berasal dari pool penambangan di Amerika Serikat. Dominasi hashrate, yang menunjukkan negara dengan penguasaan kekuatan komputasi terbesar di jaringan Bitcoin, terus menjadi topik diskusi.

TheMinerMag mencatat bahwa dua pool penambangan asal Amerika Serikat, Foundry USA dan MARA Pool, menyumbang lebih dari 38,5% dari total blok yang ditambang sepanjang tahun tersebut. Meskipun kekuatan hashing dari penambang AS meningkat, pool penambangan berbasis di China tetap menguasai sebagian besar hashrate Bitcoin.

Menentukan tingkat dominasi hashrate secara akurat cukup sulit karena penambangan Bitcoin bersifat anonim dan tersebar di berbagai wilayah. Pool penambangan bisa saja terdaftar di suatu negara, tetapi kontribusi kekuatan komputasi mereka sering kali berasal dari penambang individu di seluruh dunia.

Selain itu, penggunaan VPN memungkinkan penambang menyembunyikan lokasi asli mereka, membuat pelacakan geografis penambang menjadi semakin rumit.

19 Triliun Transaksi Diselesaikan di Jaringan Bitcoin Pada Tahun 2024
by Albert Agung


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan