Apr 30, 2024

Tesla Akan Menginvestasikan $10 Miliar di Bidang AI Untuk Tahun 2024

Direktur Utama Tesla (TSLA), Elon Musk, baru-baru ini mengumumkan rencana investasi besar-besaran sebesar 10 miliar dolar Amerika dalam ranah kecerdasan buatan (AI) selama tahun ini. Tujuan utama dari alokasi dana ini adalah untuk meningkatkan kapasitas teknologi, khususnya pada teknologi kendaraan otonom dan robotaksi yang dimiliki perusahaan. Rencana investasi ini terfokus pada dua aspek utama yakni pelatihan AI dan inferensi AI, dengan penekanan khusus pada pengembangan mobil otonom.

Dalam sebuah pengumuman yang disampaikan melalui platform media sosial ‘X’, Musk menjelaskan bahwa upaya finansial seperti ini sangat krusial bagi setiap perusahaan yang ingin tetap berada di garis depan kompetisi di industri otomotif. Menurutnya, perusahaan yang tidak mengalokasikan investasi pada skala yang sama dan melaksanakannya dengan efisiensi tinggi tidak akan mampu bersaing dalam persaingan yang ketat.

Pernyataan Musk ini diperkuat oleh CEO Ark Invest, Cathie Wood, yang menyebut Tesla sebagai salah satu proyek AI terbesar di dunia yang dipimpin oleh Musk. Wood memproyeksikan bahwa inisiatif Tesla dalam mengembangkan platform taksi otonom berpotensi mendominasi pasar kecerdasan buatan dengan potensi menghasilkan pendapatan antara 8 sampai 10 triliun dolar Amerika pada tahun 2030. Menurut Wood, kemajuan yang dicapai Tesla dalam teknologi kendaraan dan integrasi AI akan memposisikan perusahaan itu sebagai pemimpin pasar yang tidak tertandingi.

Inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk memperkuat posisi Tesla di pasar, tetapi juga diharapkan untuk menggeser paradigma dalam industri otomotif, menandai era baru dalam persaingan yang berfokus pada pengembangan AI. Investasi yang dilakukan oleh Tesla diharapkan akan menetapkan standar baru dalam inovasi teknologi kendaraan otonom, dan memicu perusahaan lain untuk mengikuti jejak langkah mereka dalam investasi dan pengembangan di bidang yang sama.

Dengan rencana ambisius ini, Tesla tampaknya bertekad untuk tidak hanya memperkuat teknologi canggih yang mereka kembangkan, tetapi juga untuk menunjukkan komitmen serius dalam memajukan keseluruhan industri otomotif melalui inovasi AI.

Tesla Akan Menginvestasikan $10 Miliar di Bidang AI Untuk Tahun 2024
by Albert Agung

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan