Apa Itu Overvalued?
Saham yang dinilai overvalued memiliki harga saat ini yang tidak sesuai dengan prospek pendapatannya, yang dikenal sebagai proyeksi laba, atau rasio harga-pendapatan price earning ratio (P/E). Oleh karena itu, para analis dan pakar ekonomi lainnya memperkirakan harga saham tersebut akan turun pada akhirnya.
Overvalued dapat terjadi akibat peningkatan perdagangan emosional, atau pengambilan keputusan yang tidak logis dan berdasarkan naluri yang secara artifisial menaikkan harga pasar saham. Overvalued juga dapat terjadi karena memburuknya fundamental dan kekuatan finansial perusahaan. Calon investor berusaha menghindari pembayaran lebih untuk saham.
Sekelompok kecil ahli teori pasar percaya bahwa pasar pada dasarnya adalah efisien sempurna. Mereka berpendapat bahwa analisis fundamental suatu saham adalah kegiatan yang sia-sia karena pasar saham itu maha tahu.
Oleh karena itu, saham tidak mungkin benar-benar undervalued atau overvalued. Sebaliknya, analis fundamental sangat yakin bahwa selalu ada peluang untuk menemukan saham yang undervalued dan overvalued karena pasar tidak rasional seperti para pesertanya.
Saham-saham yang overvalued sangat ideal bagi investor yang ingin mengambil posisi jual. Ini berarti menjual saham untuk mengambil untung dari penurunan harga yang diantisipasi. Investor juga dapat memperdagangkan saham yang dinilai terlalu tinggi dengan harga premium karena merek, manajemen yang unggul, atau faktor lain yang meningkatkan nilai pendapatan satu perusahaan dibandingkan perusahaan lain.
Cara Menemukan Saham Overvalued
Analisis laba relatif adalah cara paling umum untuk mengidentifikasi saham overvalued. Metrik ini membandingkan laba dengan beberapa nilai pasar yang sebanding, seperti harga. Perbandingan yang paling populer adalah rasio P/E, yang menganalisis harga saham perusahaan relatif terhadap pendapatannya.
Analis yang mencari saham untuk dijual mungkin mencari perusahaan yang dinilai terlalu tinggi dengan rasio P/E yang tinggi, terutama jika dibandingkan dengan perusahaan lain di sektor yang sama atau kelompok sejenis.
Sebagai contoh, asumsikan sebuah perusahaan memiliki harga saham $100 dan laba per saham $2. Perhitungan rasio P/E ditentukan dengan membagi harga dengan laba ($100/$2 = 50). Jadi, dalam contoh ini, sekuritas diperdagangkan dengan harga 50 kali pendapatan.
Jika perusahaan yang sama memiliki tahun yang sama dan menghasilkan EPS sebesar $10, rasio P/E yang baru adalah $100 dibagi $10, atau 10 kali ($100/$10 = 10). Kebanyakan orang akan menganggap perusahaan tersebut dinilai overvalued pada P/E 50, tetapi mungkin dinilai terlalu rendah pada P/E 10.
Meskipun, menurut definisi, sebuah saham dinilai overvalued hanya berdasarkan pendapat seorang analis, situs web The Motley Fool tidak pernah ragu-ragu untuk menimbang. Contohnya, mereka menganggap raksasa farmasi Eli Lilly and CompanyEly Lilly sebagai saham yang terlalu mahal karena valuasi perusahaan mencapai “tingkat yang tidak dapat dipertahankan setelah kenaikan meteorik perusahaan selama akhir tahun 2019 dan awal tahun 2020.”
Menurut The Motley Fool, pada Januari 2020, saham perusahaan ini merupakan yang termahal kedua di antara perusahaan-perusahaan sejenis di industri ini, dan Eli Lilly mungkin akan kesulitan untuk menghasilkan pertumbuhan yang diharapkan secara konsisten.
Tanda Saham Overvalued
Sangat penting bagi investor untuk mengetahui tanda-tanda bahwa suatu saham terlalu mahal atau terlalu berharga. Semakin cepat investor mengetahui bahwa saham tersebut overvalued, semakin mudah bagi mereka untuk menghindari kerugian dalam investasi mereka. Tanda-tanda saham yang overvalued, antara lain:
- Saham memiliki nilai rasio harga/pendapatan (PER) yang lebih tinggi daripada rata-rata PER saham secara historis.
- Rasio pertumbuhan harga/pendapatan price earning growth (PEG) saham lebih dari satu atau lebih tinggi daripada rata-rata PEG saham di industrinya.
- Rasio Price to Book Value (PBV) saham lebih besar daripada PBV saham rata-rata di industri serupa.
- Dividen yield saham berada di titik terendah jika dibandingkan dengan rata-rata dividen yield saham secara historis.
Cara Mengetahui Saham Overvalued
Menilai apakah suatu saham overvalued atau tidak melibatkan analisis berbagai faktor terkait kinerja perusahaan, valuasi, dan kondisi pasar. Berikut adalah beberapa cara untuk menilai apakah suatu saham mungkin overvalued:
- Rasio Price-to-Earnings (P/E):
-
-
- P/E ratio adalah perbandingan antara harga saham dan laba bersih per saham. Jika P/E ratio suatu saham jauh di atas rata-rata industri atau historis, ini bisa menjadi indikator bahwa saham tersebut mungkin overvalued.
-
- Rasio Price-to-Earnings to Growth (PEG):
-
-
- PEG ratio memperhitungkan pertumbuhan laba bersih per saham. Jika PEG ratio lebih dari 1, saham mungkin dianggap overvalued, terutama jika nilai P/E ratio juga tinggi.
-
- Rasio Price-to-Book (P/B):
-
-
- P/B ratio membandingkan harga saham dengan nilai buku per saham. Jika P/B ratio tinggi, ini mungkin menunjukkan bahwa saham diperdagangkan di atas nilai buku dan mungkin overvalued.
-
- Analisis Fundamental:
-
-
- Evaluasi faktor-faktor fundamental seperti pendapatan, laba bersih, pertumbuhan perusahaan, dan prospek masa depan. Jika harga saham tidak sebanding dengan kinerja fundamental perusahaan, saham tersebut mungkin overvalued.
- Dividend Yield:
- Jika saham membayar dividen, perhatikan dividend yield. Jika harga saham meningkat secara signifikan tanpa peningkatan dividen yang sesuai, saham tersebut mungkin dihargai terlalu tinggi.
-
- Perbandingan dengan Industri dan Sektor:
-
-
- Bandingkan valuasi saham dengan rata-rata industri atau sektor yang relevan. Jika valuasi lebih tinggi dari rata-rata sektoral, itu bisa menjadi pertanda bahwa saham overvalued.
-
- Analisis Teknikal:
-
-
- Tinjau grafik harga saham dan gunakan analisis teknikal untuk mengidentifikasi sinyal potensial dari pergerakan harga yang berlebihan.
-
- Evaluasi Sentimen Pasar:
-
-
- Perhatikan sentimen pasar terhadap saham tersebut. Jika terjadi euforia atau kepanikan yang tidak didukung oleh fundamental, saham mungkin overvalued.
-
- Analisis Komparatif dengan Pesaing:
-
-
- Bandingkan valuasi saham dengan pesaing dalam industri yang sama. Jika saham memiliki valuasi yang jauh lebih tinggi tanpa alasan yang jelas, itu dapat menjadi tanda overvaluation.
-
- Kondisi Pasar Makro:
-
- Tinjau kondisi pasar makroekonomi dan pengaruhnya terhadap valuasi saham secara keseluruhan.
Penting untuk diingat bahwa analisis ini tidak selalu memberikan jawaban yang pasti, dan keputusan investasi sebaiknya didasarkan pada kombinasi analisis fundamental dan teknikal, serta pemahaman mendalam tentang perusahaan dan kondisi pasar. Selalu bijak dalam mengelola risiko dan pertimbangkan diversifikasi portofolio.
0 comments