Ford Motor Company resmi melakukan perubahan besar dalam strategi kendaraan listriknya. Produsen otomotif asal Amerika Serikat ini memutuskan untuk mengurangi fokus pada kendaraan listrik murni dan beralih ke kombinasi kendaraan hybrid serta extended-range electric vehicle (EREV). Pergeseran strategi ini membuat Ford harus membukukan biaya restrukturisasi yang sangat besar, mencapai US$19,5 miliar.
Langkah tersebut mencerminkan perubahan kondisi pasar global, di mana adopsi EV tidak berkembang secepat proyeksi awal. Ford juga mengonfirmasi pembatalan pengembangan pickup listrik F-150 Lightning dalam format saat ini, serta mengalihkan sebagian kapasitas produksi baterainya ke segmen lain yang dinilai lebih menjanjikan.
CEO Ford, Jim Farley, menegaskan bahwa perusahaan kini lebih selektif dalam mengalokasikan modal. Fokus investasi akan diarahkan ke lini bisnis dengan potensi margin dan pertumbuhan yang lebih tinggi, seperti Ford Pro untuk segmen komersial, truk dan van unggulan, kendaraan hybrid, serta bisnis baru di bidang penyimpanan energi berbasis baterai.
Dalam pengembangan EV di Amerika Utara, Ford akan memusatkan upaya pada Universal EV Platform, sebuah platform baru yang lebih fleksibel dan berbiaya rendah. Platform ini ditujukan untuk kendaraan listrik yang lebih kecil dan efisien, sehingga dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Model pertama dari platform ini adalah pickup ukuran menengah yang sepenuhnya terhubung, dengan rencana produksi dimulai pada 2027 di pabrik Louisville.
Sementara itu, generasi berikutnya dari F-150 Lightning akan beralih ke arsitektur EREV, yaitu kendaraan listrik yang dilengkapi mesin bensin sebagai generator pengisi daya baterai. Produksi versi EREV ini akan dilakukan di Rouge Electric Vehicle Center, Michigan. Ford juga telah menghentikan produksi F-150 Lightning generasi saat ini dan mengalihkan tenaga kerja ke pabrik lain untuk meningkatkan produksi truk berbahan bakar bensin dan hybrid.
Restrukturisasi juga mencakup fasilitas manufaktur Ford di berbagai wilayah. Tennessee Electric Vehicle Center akan diubah menjadi pabrik truk berbahan bakar bensin mulai 2029, sementara Ohio Assembly Plant akan menjadi pusat produksi kendaraan komersial Ford Pro, termasuk van bensin dan hybrid.
Dari sisi portofolio global, Ford menargetkan pada 2030 sekitar 50% volume penjualannya berasal dari hybrid, EREV, dan EV penuh, naik signifikan dibandingkan 17% pada 2025. Namun, perusahaan belum merinci porsi masing-masing kategori secara spesifik.
Di luar otomotif, Ford juga memperluas bisnis ke sektor battery energy storage system dengan memanfaatkan pabrik baterai yang ada. Bisnis ini menyasar pelanggan komersial seperti perusahaan utilitas dan pusat data, sekaligus membuka peluang penggunaan baterai skala kecil untuk kebutuhan rumah tangga.
Strategi ini menunjukkan bahwa di tengah transisi energi global, fleksibilitas model bisnis menjadi kunci. Bagi investor, langkah Ford menjadi contoh bagaimana perusahaan besar menyesuaikan arah pertumbuhan di tengah perubahan teknologi dan dinamika pasar yang cepat.






