Pernahkah kamu mendengar istilah October Effect? Istilah yang juga populer dengan julukan Halloween Effect ini memang punya kesan “seram”.
Tapi, walau agak mengerikan bagi investor saham global, October Effect tetap dinantikan. Jadi, apa itu October Effect dalam pasar saham global?
October Effect adalah momen di mana harga saham global cenderung menurun. Momen ini mengerikan karena ada berbagai sejarah yang terjadi sepanjang bulan Oktober.
Tapi, momen ini dinantikan karena saatnya borong saham. October Effect menjadi momen “diskon” untuk hampir semua saham yang ada di bursa saham dunia.
Agar kamu bisa memanfaatkan October Effect untuk dapat cuan besar, yuk kenali sejarah dan alasannya October Effect dinantikan investor.
Cerita di balik Oktober Effect
Seperti yang sudah kita bahas di awal tadi, bahwa bulan Oktober identik dengan hal-hal yang berbau menyeramkan dan mengerikan. Karena bulan Oktober juga bertepatan dengan Halloween. Apakah dampaknya juga akan menyeramkan dalam pasar saham?
Sebenarnya, October Effect merupakan salah satu fenomena dari calendar effect, yang biasanya selalu terjadi berulang-ulang setiap tahun. October Effect adalah istilah yang digunakan untuk menyebut penurunan harga saham yang kerap kali terjadi dalam rentang waktu September-Oktober.
Dalam beberapa teori, October Effect biasanya akan membuat indeks bursa saham cenderung bergerak turun pada bulan Oktober. Hal ini juga sudah terbukti pada berbagai fenomena koreksi saham, seperti Black Monday, Black Tuesday, dan Black Thursday yang semuanya terjadi pada Oktober 1929.
Peristiwa itu kemudian diikuti oleh depresi ekonomi hebat di seluruh dunia yang dikenal dengan istilah Great Depression. Sehingga tidak heran, banyak sekali para investor yang menghubungkan fenomena ini dengan hari Halloween, dan menganggap bulan Oktober sebagai bulan yang menyeramkan.
Peristiwa Bersejarah October Effect dalam saham global
Berikut ini beberapa peristiwa yang terjadi pada Oktober di pasar saham global yang membuat mitos October Effect menjadi kepercayaan kalangan pelaku pasar saham dunia!
1. Oktober 1929 – Pasar mendadak jatuh
Pada 1920-an orang-orang hidup berkecukupan dan masa depan terasa begitu cerah. Istilah pada zaman ini dikenal dengan the Roaring 20’s. Horor perang dunia I telah berlalu dan hari-hari yang bahagia menanti di depan. Amerika Serikat (AS) mulai mengembangkan industri manufakturnya.
Efeknya, pola konsumsi yang berlebihan telah secara permanen mengubah wajah budaya negara itu. Produksi barang-barang mewah meningkat. Kulkas, telepon, dan mobil —semua barang yang diinginkan oleh orang— dibeli secara kredit.
Pada saat itu, pembelian secara kredit merupakan konsep baru. Bank dan sekuritas aktif meminjamkan dana dengan tingkat bunga rendah. Sebelumnya rakyat AS lebih memilih membeli barang secara tunai.
Indeks Dow Jones pada saat itu sumringah dan terus mengalami pertumbuhan, sehingga banyak warga yang menginvestasikan uangnya ke pasar modal. Harga saham naik pesat dan di tengah euforia pasar saham, tepatnya Oktober 1929, pasar tiba-tiba jatuh.
Peristiwa yang dikenal dengan istilah Black Tuesday membuat Wall Street terpuruk karena investor menukar 16,4 juta lembar saham di New York Stock Exchange (NYSE) dalam satu hari.
Aksi panic selling ini membuat Indeks Dow Jones terus merosot hingga 90 persen!
Miliaran dolar hilang, menghapus ribuan investor. Akibat dari Black Tuesday, Amerika Serikat dan seluruh dunia industri berputar ke bawah menuju Great Depression (1929-1939), penurunan ekonomi terdalam dan terpanjang dalam sejarah dunia industri Barat.
Ribuan bank pun mengalami kebangkrutan. Hal ini berdampak besar terhadap industri dan pengangguran terjadi di mana-mana, dan masa depresi pun dimulai.
2. Oktober 1973 – Crash bursa di beberapa negara
Pada Oktober 1973, pasar saham mengalami yang namanya crash dan terjadi di beberapa negara. Diawali dengan bursa AS yang merosot hingga 45 persen akibat kenaikan harga minyak dunia.
Kenaikan harga minyak ini membuat negara-negara pengimpor minyak mengalami krisis pasokan energi, dan menyebabkan perekonomian mereka melambat.
3. Oktober 1987 – Crash kembali mengejutkan pasar saham AS
Empat belas tahun kemudian, tepatnya memasuki Oktober 1987, bursa AS kembali jatuh secara mengejutkan. Hanya dalam waktu satu hari, bursa Amerika Serikat merosot sejauh 20 persen. Sepanjang satu minggu sesudahnya, saham masih terus turun hingga lebih dari 30 persen.
Salah satu pemicu stock market crash adalah banyaknya kesalahan yang terjadi dari sistem komputer trading yang baru saja dikembangkan. Dan secara kebetulan, pada 1987 itu Negeri Paman Sam tengah mengalami berbagai gejolak ekonomi makro.
Dampaknya sangat negatif dan berpotensi merusak kepercayaan investor, seperti terjadinya defisit APBN AS hingga kegagalan pemerintah dalam membayar obligasi.
4. Oktober 2008 – Lehman Brothers kolaps
Pada 2008, salah satu bank investasi terbesar di Amerika Serikat, Lehman Brothers, mengalami kolaps hingga bangkrut. Akibatnya, bursa saham Amerika Serikat terguncang dan bursa-bursa di negara lain ikut terkena imbasnya.
Penyebab anjlok, tapi October Effect tetap dinanti
Meski membuat jantung pelaku pasar berdegup kencang, October Effect tetap dinantikan. Hal ini wajar saja, lantaran biasanya memasuki bulan Oktober, pasar saham kerap kali mencapai level bottom-nya. Hal ini tentunya sangat dinantikan oleh para investor, untuk memborong saham di harga bawah.
Apalagi, usai bulan Oktober, biasanya harga saham akan mulai mengalami rally, yang didukung dengan berbagai fenomena positif lainnya, seperti santa claus rally, window dressing, Desember Effect, dan January Effect.
Keempat fenomena tersebut merupakan fenomena positif yang sangat bagus untuk pergerakan saham global. Apalagi pada umumnya menjelang akhir tahun, para pengelola dana (fund managers) akan melakukan window dressing supaya laporan tahunan mereka ke investor tampak lebih cantik dari biasanya.
Hal ini dilakukan dengan menjual saham yang berkinerja buruk, dan membeli saham yang memiliki fundamental bagus, terutama saham blue chips dan big caps yang sudah terdiskon cukup besar beberapa bulan terakhir.
Jadi, October Effect dalam saham global tidak semengerikan sejarahnya ya. Secara historis, kejatuhan bursa saham AS dan global tetap bangkit lagi dan justru kian meroket. Hal ini didukung kinerja emiten atau perusahaan-perusahaan dalam mengelola bisnisnya.
Sudah siap hadapi October Effect? Jadikan peluang saja untuk borong saham-saham bagus yang lagi “sale”!
0 comments