Ketika Prioritas Berubah, Truk Listrik Ford Digeser ke Pinggir Jalur Produksi
Ford Motor Company (NYSE: F) tengah menghadapi salah satu ujian paling berat tahun ini. Setelah kebakaran besar melanda pabrik pemasok aluminium utama Novelis di Oswego, New York, produsen otomotif asal Detroit itu terpaksa melakukan restrukturisasi prioritas produksi.
Akibatnya, produksi truk listrik F-150 Lightning yang semula menjadi simbol transformasi Ford menuju era kendaraan listrik (EV) ditangguhkan sementara. Sebaliknya, Ford kini fokus meningkatkan produksi truk F-Series bertenaga bensin dan hibrida, yang dinilai lebih menguntungkan dan efisien dalam penggunaan aluminium.
Kebakaran Novelis Ganggu Pasokan Aluminium Global
Insiden yang terjadi pada 16 September 2025 di pabrik Novelis, salah satu pemasok aluminium terbesar dunia, telah mengacaukan rantai pasokan bahan baku untuk Ford. Kebakaran tersebut menghancurkan fasilitas “hot mill” utama, komponen penting dalam pemrosesan aluminium yang digunakan pada bodi truk-truk Ford, termasuk F-150 Lightning.
Novelis memperkirakan fasilitas itu baru bisa beroperasi kembali pada Desember 2025, membuat Ford kehilangan sebagian besar pasokan aluminium berkualitas tinggi selama lebih dari tiga bulan.
Dampak finansialnya cukup signifikan: Ford memperkirakan kerugian akibat gangguan produksi ini mencapai hingga US$2 miliar hanya untuk kuartal keempat tahun ini. Ditambah tekanan biaya dari tarif impor yang meningkat sekitar US$1 miliar, Ford pun menurunkan proyeksi laba tahunannya dari US$6,5 miliar menjadi US$6 miliar.
Gas dan Hybrid Lebih Menguntungkan dari EV
Keputusan Ford untuk menghentikan sementara produksi F-150 Lightning bukan tanpa alasan. Dalam laporan resminya, perusahaan menyebut bahwa truk F-Series konvensional (bensin dan hybrid) memiliki margin keuntungan yang jauh lebih besar dibandingkan model listrik. Selain itu, model tersebut mengonsumsi lebih sedikit aluminium, bahan yang kini menjadi langka dan mahal pasca-kebakaran Novelis.
Ford menjual 545.522 kendaraan selama kuartal ketiga 2025, dengan 207.732 unit berasal dari lini F-Series tulang punggung profitabilitas perusahaan. Sebaliknya, penjualan F-150 Lightning hanya 10.005 unit, meski tumbuh 39,7% secara tahunan.
Sepanjang 2025, total penjualannya mencapai 23.034 unit, atau hanya sekitar 1% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dengan data itu, Ford tampaknya lebih memilih strategi realistis: memaksimalkan kapasitas produksi pada model yang paling menguntungkan sambil menjaga persediaan Lightning tetap mencukupi di dealer.
“Kami memiliki stok F-150 Lightning yang cukup dan akan menghidupkan kembali pabrik Rouge Electric Vehicle Center pada waktu yang tepat,” ujar juru bicara Ford, Ian Thibodeau, tanpa menyebutkan tanggal pasti.
Tambah Shift dan 1.000 Pekerja Baru
Untuk menutup kerugian akibat gangguan pasokan, Ford menyiapkan rencana agresif mempercepat produksi F-Series. Mulai 2026, perusahaan berencana menambah shift ketiga di pabrik Dearborn Truck Plant, yang akan meningkatkan kapasitas produksi lebih dari 50.000 truk tambahan per tahun.
Langkah ini juga akan menciptakan 1.000 lapangan kerja baru, sementara seluruh karyawan dari Rouge Electric Vehicle Center (REVC) akan dipindahkan sementara untuk membantu produksi di fasilitas Dearborn.
Dengan strategi ini, Ford berharap dapat memulihkan margin laba dan memperkuat posisi pasar di segmen truk sektor yang selama ini menjadi jantung keuntungan perusahaan.
Sinyal Koreksi Strategi Ford
Keputusan Ford untuk menghentikan sementara produksi F-150 Lightning menimbulkan pertanyaan baru di industri otomotif: apakah ini tanda bahwa pasar EV sedang melambat, atau hanya penyesuaian taktis jangka pendek?
Data penjualan menunjukkan bahwa meskipun permintaan kendaraan listrik masih tumbuh, margin profit di segmen EV tetap tipis dibandingkan model konvensional. Di sisi lain, biaya produksi yang tinggi dan ketergantungan terhadap rantai pasokan global membuat produsen seperti Ford harus lebih hati-hati dalam menjaga keseimbangan finansial.
Namun analis menilai, langkah Ford ini bukan kemunduran, melainkan penyesuaian strategis. Dengan memprioritaskan produk yang paling menguntungkan di tengah krisis pasokan, perusahaan menunjukkan disiplin operasional yang kuat sesuatu yang jarang dilakukan di tengah euforia elektrifikasi.
Ford Menjaga Realisme di Tengah Krisis Pasokan
Di tengah krisis pasokan aluminium global dan tekanan margin, Ford memilih strategi konservatif tapi rasional: memperkuat bisnis yang paling menghasilkan sambil menunggu kondisi stabil untuk melanjutkan produksi EV.
Langkah ini mungkin mengecewakan sebagian penggemar kendaraan listrik, tapi bagi investor, strategi ini menunjukkan manajemen risiko yang sehat dan fokus pada profitabilitas jangka panjang.
Selama Ford mampu menjaga keseimbangan antara inovasi dan efisiensi, masa depan F-150 Lightning dan transformasi EV Ford secara keseluruhan masih sangat cerah.
Investasi di Tengah Strategi Perubahan Industri Otomotif
Peralihan ke era kendaraan listrik bukan perjalanan yang mulus, tapi penuh peluang bagi investor cerdas. Pantau pergerakan saham otomotif global dan mulai investasimu di Nanovest.
Mulai dari Rp 5.000, kamu bisa memiliki potongan saham Ford, Tesla, hingga General Motors dan jadi bagian dari masa depan mobilitas dunia.



