Persaingan dominasi kecerdasan buatan (AI) global kembali memanas. Anthropic, startup AI yang menjadi rival utama OpenAI, dikabarkan tengah bernegosiasi dengan Google untuk mengamankan kesepakatan besar penyediaan daya komputasi berbasis cloud senilai “puluhan miliar dolar,” menurut laporan Bloomberg News pada Selasa (29/10).
Jika kesepakatan ini terealisasi, kolaborasi tersebut bisa menjadi salah satu perjanjian infrastruktur AI terbesar dalam sejarah industri teknologi modern mempertegas arah baru di mana cloud computing menjadi fondasi utama kekuatan kecerdasan buatan.
Kesepakatan Raksasa di Balik Layar AI
Menurut laporan Bloomberg yang dikutip Yahoo Finance, kesepakatan tersebut belum difinalisasi, namun mencakup penyediaan layanan Google Cloud untuk menopang infrastruktur komputasi Anthropic.
Sumber internal menyebut nilai kontrak itu bisa mencapai “tens of billions of dollars,” mengingat besarnya kebutuhan daya pemrosesan untuk melatih dan menjalankan model AI berukuran besar seperti Claude, chatbot andalan Anthropic yang kini menjadi pesaing terdekat Chat GPT milik OpenAI.
Pasca berita ini, saham Alphabet (GOOG) induk perusahaan Google naik sekitar 2,3% dalam perdagangan setelah jam bursa, menandakan optimisme investor terhadap potensi ekspansi pasar AI enterprise melalui layanan cloud.
Google, Investor Sekaligus Penyokong Infrastruktur
Hubungan antara Google dan Anthropic sebenarnya bukan hal baru. Google merupakan salah satu investor utama di Anthropic, bersama Amazon.com, yang juga telah berkomitmen menyediakan dukungan komputasi melalui layanan Amazon Web Services (AWS) senilai hingga $4 miliar pada 2023 lalu.
Jika kesepakatan baru ini tercapai, Google akan memperkuat posisinya bukan hanya sebagai investor, tetapi juga sebagai infrastruktur backbone bagi Anthropic memperdalam sinergi antara pengembangan AI generatif dan bisnis cloud computing.
Langkah ini juga memperlihatkan strategi ganda Google: tidak hanya bersaing melalui model AI-nya sendiri seperti Gemini, tetapi juga memonetisasi kekuatan infrastrukturnya melalui kolaborasi lintas ekosistem AI.
Naik Daun Sebagai “AI untuk Perusahaan”
Anthropic, yang didirikan oleh mantan peneliti OpenAI termasuk Dario Amodei, kini menjadi salah satu pemain paling agresif di pasar AI enterprise. Melalui seri chatbot Claude 1, 2, dan 3, perusahaan ini menargetkan pasar korporat dengan model AI yang lebih aman, transparan, dan mudah disesuaikan dengan kebutuhan bisnis.
Menurut laporan Reuters, Anthropic menargetkan mencapai $9 miliar annualized revenue run rate pada akhir 2025, dengan proyeksi pendapatan yang bisa lebih dari dua kali lipat pada tahun depan berkat adopsi cepat produk AI-nya di sektor korporat.
Capaian ini akan menempatkan Anthropic di jajaran atas perusahaan AI dengan pertumbuhan tercepat di dunia, menyaingi bahkan beberapa divisi AI internal milik Amazon dan Microsoft.
Cloud sebagai Amunisi Strategis di Perang AI
Kesepakatan potensial antara Google dan Anthropic menegaskan satu hal penting: AI tidak hanya soal algoritma, tetapi juga soal infrastruktur. Dalam konteks ini, daya komputasi cloud menjadi medan pertempuran baru antara raksasa teknologi global.
- Microsoft mendukung OpenAI melalui investasi besar di Azure Cloud.
- Amazon memperkuat posisi melalui dukungan ke Anthropic via AWS.
- Kini, Google tampaknya memperluas pengaruhnya lewat kerja sama langsung dengan startup yang berpotensi menjadi salah satu pengembang AI paling berpengaruh di masa depan.
Dengan begitu, setiap raksasa teknologi kini memiliki “kuda” di arena AI global, dan Anthropic adalah kartu penting bagi Google dalam mempertahankan pangsa pasarnya di bisnis cloud enterprise yang nilainya mencapai lebih dari $500 miliar per tahun.
Dari Kompetisi ke Ko-Evolusi
Jika OpenAI dan Microsoft melambangkan model integrasi penuh antara pengembang dan penyedia infrastruktur, maka kerja sama Anthropic–Google menunjukkan paradigma baru: co-evolution partnership di mana pengembang AI dan penyedia cloud tumbuh bersama, saling menguatkan kapabilitas teknologi dan bisnis.
Namun, bagi pasar, ini juga memunculkan pertanyaan besar: apakah dominasi AI akan terkonsentrasi di tangan segelintir perusahaan dengan sumber daya infrastruktur raksasa?
Dan jika ya, bagaimana nasib startup kecil yang tak memiliki akses ke kekuatan komputasi miliaran dolar?
Pertanyaan itu menjadi semakin relevan di tengah meningkatnya biaya pelatihan model AI besar, yang kini bisa mencapai lebih dari $1 miliar per model. Dalam lanskap seperti ini, kemitraan strategis seperti Anthropic–Google bukan hanya soal bisnis, melainkan tentang siapa yang akan menguasai masa depan kecerdasan buatan dunia.



