Di tengah hiruk-pikuk spekulasi konsolidasi besar di industri hiburan global, Netflix kembali mengambil posisi yang tak biasa: berdiri di luar arus. Co-CEO Netflix, Ted Sarandos, menegaskan bahwa perusahaan tidak memiliki ketertarikan sedikit pun untuk membeli atau mengakuisisi jaringan media tradisional seperti Warner Bros.
Discovery (WBD) yang kini tengah mengeksplorasi opsi strategis, termasuk potensi penjualan seluruh perusahaannya.
“Kami sudah sangat jelas sejak dulu: kami tidak tertarik memiliki jaringan media warisan (legacy media networks). Tidak ada perubahan di sana,” ujar Sarandos dalam earnings call kuartal ketiga Netflix, Selasa waktu setempat.
Pernyataan itu muncul hanya beberapa jam setelah WBD mengumumkan tinjauan strategis akibat adanya “minat tak diminta” dari berbagai pihak. Rumor pun langsung berhembus kencang: nama Netflix, Paramount Skydance (PSKY), hingga Comcast (CMCSA) muncul sebagai calon potensial pembeli.
Namun Sarandos cepat menepis isu tersebut mempertegas bahwa Netflix tetap berada di jalur mandiri, bukan merger.
Netflix Pilih Bangun daripada Beli
Sikap Sarandos mencerminkan DNA Netflix yang selama ini dikenal sebagai builder, not buyer.
“Secara historis, kami lebih suka membangun ketimbang membeli. Kami yakin masih punya ruang tumbuh yang luas tanpa harus mengubah cara main kami,” tegasnya.
Meski demikian, bukan berarti Netflix menutup pintu terhadap semua peluang akuisisi. Perusahaan tetap menilai setiap kesempatan dengan sangat selektif hanya jika langkah itu benar-benar memperkuat portofolio hiburan atau mempercepat pencapaian target strategis jangka panjang.
“Tidak ada yang benar-benar must-have bagi kami untuk mencapai tujuan bisnis,” tambah Sarandos. “Kami akan tetap selektif.”
Industri Hiburan di Ambang Konsolidasi Baru
Langkah hati-hati Netflix datang di tengah gelombang konsolidasi baru di industri hiburan. Dari Disney yang mengakuisisi Fox, Amazon membeli MGM, hingga merger Discovery dan Warner Bros. seluruhnya menandai era baru persaingan dalam konten dan teknologi.
Namun menurut Co-CEO Netflix lainnya, Greg Peters, semua merger itu “tidak secara fundamental mengubah lanskap kompetitif.”
“Kami sudah melewati berbagai gelombang konsolidasi, dan semuanya tidak mengubah esensi tantangan yang dihadapi para pesaing kami,” ujarnya. “Tantangan sebenarnya bukan soal seberapa besar, tapi seberapa kuat Anda membangun kemampuan di lapangan dari produksi konten global hingga pemanfaatan teknologi seperti AI.”
AI Sebagai Senjata Baru Netflix di Balik Layar
Peters menekankan bahwa fokus utama Netflix kini bukan pada akuisisi, melainkan pada kapabilitas internal termasuk integrasi artificial intelligence (AI) dan generative AI. Teknologi ini disebut akan memainkan peran besar dalam efisiensi produksi, personalisasi pengalaman pengguna, dan bahkan profitabilitas jangka panjang.
Netflix baru-baru ini mengkonfirmasi penggunaan AI generatif dalam produksi serial original Argentina berjudul “El Eternauta”, untuk mempercepat proses efek visual. Namun Sarandos menegaskan, AI bukan pengganti manusia.
“AI tidak otomatis membuat Anda menjadi pencerita hebat kalau memang bukan. Kami tidak khawatir AI menggantikan kreativitas, justru kami bersemangat karena AI bisa menciptakan alat untuk mendukung kreativitas,” kata Sarandos.
Antara Teknologi dan Narasi
Dengan valuasi pasar yang terus berubah dan tekanan kompetisi yang meningkat dari Disney+, Amazon Prime, hingga Apple TV+, Netflix kini memposisikan dirinya bukan hanya sebagai platform hiburan, tetapi juga perusahaan teknologi global.
Mereka menaruh investasi besar pada sistem rekomendasi berbasis AI, pengalaman pengguna personal, serta efisiensi biaya produksi langkah-langkah yang membuat Netflix tetap memimpin meski pertumbuhan pelanggan mulai melambat.
Secara finansial, Netflix sempat mencatat penurunan saham sekitar 6% dalam perdagangan after hours usai meleset dari ekspektasi pendapatan dan laba Wall Street pada kuartal III. Namun perusahaan optimistis menatap akhir tahun dengan proyeksi pendapatan hingga $45,2 miliar batas atas dari panduan sebelumnya.
Strategi “Tidak Membeli” yang Mungkin Lebih Cerdas
Di era ketika konglomerasi besar dianggap sebagai jalan tercepat memperluas kekuasaan, keputusan Netflix untuk menolak akuisisi besar justru bisa menjadi langkah paling rasional.
Dengan fokus pada efisiensi, inovasi, dan penajaman diferensiasi produk berbasis teknologi, Netflix berupaya mempertahankan keunggulan kompetitif tanpa harus terjebak dalam kompleksitas struktur perusahaan besar seperti Disney atau Warner Bros.
Dan bila AI benar-benar menjadi game changer berikutnya di industri hiburan, Netflix tampaknya sudah menempatkan diri jauh di depan.



