Nama Palantir Technologies Inc. (NASDAQ: PLTR) kembali menjadi sorotan pasar modal setelah melaporkan hasil kuartal kedua 2025 yang kokoh, ditopang oleh kontrak besar dengan militer AS dan NATO, serta penetrasi yang kian dalam ke lembaga pemerintahan non-militer dan sektor komersial.
Saham Palantir kini diperdagangkan di level US$156,71 per lembar (29 Agustus 2025), dengan kapitalisasi pasar mencapai US$371,7 miliar. Angka ini menandai lonjakan 397,81% dalam 52 minggu terakhir, meski sempat terkoreksi -2,46% dalam sebulan terakhir.
Palantir: Dari Intelijen ke Korporasi Global
Awalnya, Palantir dikenal sebagai penyedia perangkat lunak analitik data untuk komunitas intelijen Amerika Serikat. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan yang dipimpin oleh CEO Alex Karp ini sukses memperluas jejaknya ke:
- Militer & Pertahanan: Kontrak multi-miliar dolar dengan Departemen Pertahanan AS dan NATO.
- Pemerintah Non-Militer: Solusi AI untuk lembaga sipil, dari kesehatan hingga keamanan publik.
- Sektor Komersial: Program bootcamp AI yang memperlihatkan use-case nyata di perusahaan besar, mendorong adopsi AI secara masif.
Dengan langkah ini, Palantir bertransformasi dari “kontraktor teknologi pertahanan” menjadi pemain kunci ekosistem AI global.
Kinerja Saham: Lonjakan Luar Biasa, Tapi Ada Risiko
Meski saham PLTR melesat hampir 400% dalam setahun, beberapa manajer investasi memilih untuk mengambil keuntungan. Contohnya, ClearBridge Mid Cap Growth Strategy memutuskan keluar dari posisi Palantir pada kuartal kedua 2025.
Namun sebaliknya, Carillon Eagle Mid Cap Growth Fund justru menyoroti potensi Palantir dalam portofolionya. Hingga akhir Q2 2025, tercatat 78 hedge fund masih memegang saham Palantir, naik tipis dari 77 pada kuartal sebelumnya.
Artinya, meski ada aksi ambil untung, sebagian besar investor institusional tetap percaya pada prospek jangka panjang Palantir.
Palantir dalam Konteks Industri AI
Ledakan AI dalam 2 tahun terakhir membuat Palantir berada dalam posisi unik. Tidak seperti banyak startup AI yang masih “membakar uang”, Palantir justru sudah mengantongi kontrak jangka panjang bernilai besar.
- Kelebihan: Revenue stabil dari kontrak pemerintah + potensi ekspansi di sektor komersial.
- Kekurangan: Konsentrasi pendapatan pada klien besar membuat Palantir masih rentan jika terjadi pemotongan anggaran militer atau regulasi AI yang lebih ketat.
Selain itu, valuasi saham yang sudah melambung menimbulkan pertanyaan: apakah PLTR masih layak dikoleksi, atau sudah overpriced?
Analisis Investor: Momentum atau Bubble?
Beberapa poin penting yang kini jadi perhatian investor:
- Momentum positif: AI semakin dibutuhkan dalam pertahanan dan dunia korporasi → prospek revenue berkelanjutan.
- Valuasi tinggi: Dengan kapitalisasi pasar US$371 miliar, Palantir kini sejajar dengan perusahaan teknologi mapan, meski skala revenue masih kalah jauh dari raksasa seperti Microsoft atau Google.
- Risiko volatilitas: Lonjakan harga yang ekstrem berpotensi menciptakan bubble, terutama jika kontrak besar tidak berlanjut di masa depan.
Pertanyaan untuk Investor
- Apakah Palantir bisa mempertahankan pertumbuhan eksponensialnya, atau ini hanya “fase euforia AI”?
- Bagaimana dampak kebijakan geopolitik dan anggaran militer terhadap kontrak Palantir?
- Apakah ekspansi komersial cukup kuat untuk mengimbangi ketergantungan pada sektor pertahanan?
Kisah Palantir Technologies di 2025 adalah gambaran nyata bagaimana AI bukan lagi sekadar tren, melainkan kebutuhan strategis global. Dari Pentagon hingga perusahaan swasta, semua mulai mengandalkan solusi berbasis data dan kecerdasan buatan.
Bagi investor, Palantir adalah saham dengan daya tarik luar biasa namun penuh risiko. Potensi jangka panjang terbuka lebar, tapi volatilitas harga membuat setiap keputusan investasi harus disertai manajemen risiko yang ketat.