Transformasi Oracle: Dari Skeptis Cloud ke Raja Baru AI
Pada 2008, Larry Ellison pendiri sekaligus chairman Oracle menyebut cloud computing sebagai “omong kosong.” Kini, justru layanan cloud Oracle menjadi penyelamat yang mengangkat valuasi perusahaan dan mendongkrak posisi Ellison menjadi orang terkaya nomor dua di dunia.
Dorongan utama perubahan ini datang dari ledakan industri kecerdasan buatan (AI). Lonjakan kebutuhan komputasi dan penyimpanan data membuat infrastruktur cloud menjadi tulang punggung ekosistem AI. Oracle, yang dulu kesulitan menemukan ceruk bisnisnya di cloud, kini masuk ke liga besar dengan pelanggan kelas dunia: OpenAI, Nvidia, TikTok, hingga Elon Musk dengan xAI.
Kontrak Raksasa: OpenAI, Nvidia, hingga xAI
- OpenAI: Oracle baru saja menandatangani kontrak yang disebut sebagai deal cloud terbesar sepanjang sejarah. Proyek ini melibatkan pembangunan data center skala gigawatt di Texas, yang didesain khusus untuk melatih dan menjalankan model AI.
- Nvidia: Sang raksasa chip AI menggunakan Oracle Cloud Infrastructure (OCI) untuk menggerakkan layanan internal dan cloud AI miliknya, dengan pusat data besar di Jepang dan Batam, Indonesia.
- xAI (Elon Musk): Dari pusat data di Utah, Oracle menjadi tulang punggung riset Musk dalam menantang dominasi OpenAI.
Kombinasi kontrak ini bukan hanya soal kapasitas komputasi, tetapi juga reputasi. Oracle, yang dulu dipandang ketinggalan zaman, kini menjadi alternatif serius bagi dominasi AWS (Amazon), Microsoft Azure, dan Google Cloud.
Harga Mahal: Arus Kas Negatif & Pertaruhan Energi
Kemenangan besar ini bukan tanpa konsekuensi. Untuk pertama kalinya sejak 1990, Oracle mencatat arus kas negatif tahunan.
- Oracle harus menggelontorkan puluhan miliar dolar untuk membangun pusat data skala raksasa.
- Salah satunya, situs di Shackleford County, Texas, akan menghabiskan lebih dari $1 miliar per tahun hanya untuk listrik, bahkan menggunakan generator gas alih-alih menunggu sambungan utilitas resmi.
- Biaya material dan tenaga kerja juga melonjak akibat tingginya permintaan global serta hambatan regulasi.
Pertanyaan besarnya: apakah margin bisnis cloud Oracle bisa bertahan, atau justru perusahaan akan terbebani oleh investasi agresif ini?
TikTok: Batu Loncatan Menuju AI
Sebelum OpenAI, Oracle sudah mencatat “game changer” melalui kontrak dengan TikTok.
Ketika ByteDance ditekan oleh pemerintah AS terkait keamanan data, Oracle hadir sebagai solusi dengan janji keamanan nasional. Pada 2022, TikTok resmi mengalihkan semua trafik pengguna AS ke server Oracle. Pendapatan tahunan dari TikTok bahkan menembus $1 miliar, menjadikannya pelanggan terbesar OCI di periode awal.
Pengalaman mengelola infrastruktur AI untuk TikTok inilah yang membuka jalan Oracle untuk memenangkan kontrak OpenAI dan Nvidia.
Pertarungan di Pasar Cloud Global
Pasar cloud dunia saat ini bernilai hampir $100 miliar per kuartal, tumbuh sekitar 25% per tahun. Oracle memang masih jauh tertinggal dari tiga besar:
- Amazon Web Services (AWS)
- Microsoft Azure
- Google Cloud
Namun, analis menilai Oracle punya peluang emas. Strateginya berbeda: fokus pada bare metal server yang memberi privasi penuh bagi pengguna sesuatu yang sangat disukai perusahaan AI. Ditambah lagi, harga agresif Oracle membuatnya semakin kompetitif.
Visi Ellison: “Microsoft Moment” untuk Oracle?
Banyak pengamat menyamakan langkah Oracle saat ini dengan transformasi Microsoft di bawah Satya Nadella satu dekade lalu. Bedanya, Oracle melakukannya dengan kecepatan lebih tinggi dan risiko lebih besar.
“Kami percaya margin akan pulih dan arus kas akan kembali kuat setelah fase investasi ini,” ujar Mark Moerdler, analis Bernstein.
Bila strategi ini berhasil, Oracle bisa bertransformasi dari pemain lama yang hampir ditinggalkan, menjadi kekuatan baru dalam infrastruktur AI global bahkan mungkin menantang dominasi AWS dan Azure di masa depan.
Taruhan Besar, Masa Depan AI
Kisah Oracle adalah ironi teknologi: dari skeptis cloud menjadi jantung AI. Namun jalan menuju dominasi masih panjang. Tantangan terbesar ada pada biaya energi, arus kas, dan persaingan brutal dengan raksasa mapan.
Apakah Oracle akan benar-benar memanfaatkan momentum AI untuk menjadi “Microsoft berikutnya,” atau justru tenggelam dalam utang investasi besar-besaran?
Satu hal yang pasti: di era AI, Oracle tak lagi bisa dipandang sebelah mata.