Jun 26, 2025

Peluncuran iPhone 16: Akankah Berpengaruh pada Kenaikan Harga Saham Apple?

Default Featured Image

Apple (APPL) akan mengadakan peluncuran iPhone 16 pada hari Senin 9 September, tidak hanya memperkenalkan generasi baru dari smartphone, tetapi juga Apple Watch dan AirPods baru. Apakah teknologi baru ini bisa memberikan nafas baru bagi saham Apple?

Presiden TECHnalysis Research, dan Kepala Analis Bob O’Donnell, bergabung dengan Market Domination untuk membahas acara teknologi mendatang dari Apple. Apa artinya bagi raksasa teknologi tersebut di kuartal mendatang hingga 2025, dan apakah siklus pembaruan iPhone dapat menghidupkan kembali sahamnya?

“Saya rasa ini akan baik-baik saja.” Orang-orang tidak lagi antusias tentang pembaruan iPhone sebagian besar karena semuanya terlihat sama, dan cukup mirip. “Sulit untuk membedakan generasi terbaru. Dan pada akhirnya, saya rasa, Apple juga akan membuat ponsel lipat seperti yang telah kita lihat dengan Samsung (005930.KS) dan Google (GOOG, GOOGL),” kata O’Donnell kepada Yahoo Finance. “Tapi, sementara itu, saya rasa mereka akan baik-baik saja.” “Tapi fokus kali ini akan kepada software dibandingkan hardware.”

Saham Apple (AAPL) kemungkinan akan menjadi perhatian menjelang acara di tanggal 9 September, di mana raksasa teknologi tersebut diperkirakan akan meluncurkan iPhone 16 dengan kemampuan Artificial Intelligence (AI), serta versi baru dari Apple Watch dan AirPods.

Meskipun saham Apple di trading hanya 4% dibawah rekor tertingginya, raksasa teknologi ini menghadapi persaingan yang ketat di pasar smartphone dengan Samsung (SSNFL) dan Google milik Alphabet (GOOGL), yang keduanya baru saja mengumumkan perangkat yang terintegrasi AI dengan spesifikasi tinggi lainnya.

Sejak mencatat rekor tertinggi pada pertengahan Juli, saham Apple turun 17% sebelum menemukan minat beli di dekat garis tren atas dari segitiga naik yang luas, sebuah pola grafik yang memproyeksikan kelanjutan dari tren naik jangka panjang saham tersebut.

Setelah melewati titik terendah awal bulan ini, harga telah pulih sekitar 16% dan berhasil mengambil kembali rata-rata pergerakan pergerakan 50 hari, meskipun sebagian besar pergerakan terjadi dengan volume di bawah rata-rata, yang mungkin menunjukkan kurangnya keyakinan dari pemain pasar yang lebih besar. Para investor sudah seharusnya memperhatikan beberapa level harga penting pada grafik Apple.

Pengambilan keuntungan pada level saat ini dapat membuat saham turun sekitar $218, dan kemungkinan akan mengalami penurunan lebih lanjut di level $207.

Momentum bullish yang terus berlanjut dapat mendorong saham ke $233, di mana mereka mungkin akan menghadapi tekanan jual dari atas di sekitar beberapa titik harga yang berada tepat di bawah rekor tertinggi saham tersebut. 

Untuk memprediksi target harga di atas rekor tertinggi All Time High (ATH) Apple, investor dapat menggunakan prinsip pengukuran. Untuk melakukan ini, kita menghitung jarak antara garis tren bawah dan atas dari segitiga naik di dekat titik terlebar mereka dan menambahkan jumlah itu ke area breakout. Misalnya, kita menambahkan $70 ke $197, yang menghasilkan target sebesar $267.

Saham Apple turun 0,3% menjadi $226.50 setelah jam kerja pada hari Senin.

Peluncuran iPhone 16: Akankah Berpengaruh pada Kenaikan Harga Saham Apple?
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan