Jun 27, 2025

Nvidia dan AMD Pimpin Kenaikan Saham Teknologi

Default Featured Image

Saham teknologi kembali melejit setelah Federal Reserve memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin, dan dua raksasa chip AI, Nvidia (NVDA) dan Advanced Micro Devices (AMD), menjadi pendorong utama dalam rally ini. Saham Nvidia melonjak lebih dari 5%, sementara AMD naik hingga 7% sebelum terkoreksi ringan menjelang penutupan perdagangan Kamis sore.

Kenaikan ini menunjukkan bahwa investor percaya pada pesan dari Ketua Fed Jerome Powell bahwa ekonomi AS masih berada dalam kondisi yang “baik”. 

Indeks Nasdaq yang didominasi oleh saham teknologi memimpin kenaikan pasar, melonjak 2,5%, disusul oleh S&P 500 yang naik 1,7% dan Dow Jones yang bertambah 1,3%. Saham-saham teknologi besar lainnya, yang disebut sebagai Magnificent Seven, juga mengalami kenaikan signifikan, termasuk Meta (META) yang naik 4%, serta Apple (AAPL) yang melompat 3,7%.

### Nvidia dan AMD: Pemimpin Kenaikan di Sektor Semikonduktor

Di antara berbagai subsektor teknologi, industri semikonduktor mencatatkan kenaikan paling signifikan, dengan PHLX Semiconductor Sector Index (SOX) melonjak hampir 5%. 

Untuk investor Nvidia, ini adalah kabar baik setelah saham perusahaan tersebut mengalami perjalanan yang penuh gejolak dalam beberapa minggu terakhir. Meski sempat turun pasca laporan keuangan kuartal kedua pada Agustus yang sebenarnya mengalahkan ekspektasi Wall Street, Nvidia tetap menghadapi tekanan karena menurunkan proyeksi margin kotor tahunannya. 

Saham Nvidia juga sempat jatuh lebih dalam ketika Departemen Kehakiman AS mengirimkan subpoena terkait penyelidikan antitrust yang melibatkan perusahaan tersebut.

Namun, saham Nvidia kembali bangkit setelah CEO Jensen Huang meyakinkan investor tentang potensi return on investment (ROI) yang besar dari sektor AI dalam sebuah konferensi Goldman Sachs. 

Nama besar seperti Elon Musk dan Larry Ellison bahkan dikabarkan “memohon” lebih banyak chip AI dari Nvidia, menunjukkan besarnya permintaan terhadap produk ini. Meskipun harga saham Nvidia masih turun 12% dibandingkan tiga bulan lalu, saham ini tetap melonjak 172% dari posisi yang sama tahun lalu, berkat booming AI yang terbukti lebih dari sekadar hype.

### AMD Menyusul di Gelombang Inovasi AI

Meskipun Nvidia mendominasi pasar perangkat keras AI, AMD juga ikut meraih keuntungan dari lonjakan inovasi AI. Meskipun harga saham AMD sempat bergejolak sepanjang tahun ini dan menurun dari rekor tertingginya pada Maret, saham AMD masih naik hampir 55% dibandingkan tahun lalu. 

Pada akhir Juni, AMD melaporkan kenaikan laba kuartal kedua sebesar 20% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dan investor kini menantikan laporan kuartal ketiga perusahaan yang akan dirilis pada akhir Oktober.

Meskipun rally ini memberikan angin segar bagi investor, ketidakpastian politik, terutama terkait kebijakan perdagangan AS terhadap China, masih menjadi tantangan besar bagi perusahaan chip AS seperti Nvidia dan AMD. 

Kedua kandidat presiden AS diperkirakan akan mempertahankan sikap keras terhadap China, yang bisa berdampak buruk bagi industri semikonduktor. Pada 2022, pemerintahan Biden memperkenalkan kontrol ekspor ketat yang melarang perusahaan China membeli chip langsung dari Nvidia dan AMD. Nvidia saat ini bekerja untuk menciptakan chip khusus bagi pelanggan di China yang sesuai dengan batasan perdagangan yang ada.

Selain itu, analis memperingatkan bahwa laju kenaikan ini mungkin akan mulai melambat. Scott Chronert, kepala strategi ekuitas AS di Citi, menyarankan investor untuk menggunakan strategi barbell yang seimbang.

 “Meskipun kami melihat peningkatan besar di sektor ini, laju pertumbuhan dan ekspektasi pendapatan tahunan mulai melambat,” katanya.

Kendati demikian, dengan teknologi yang terus mendominasi pasar, rally saham semikonduktor seperti Nvidia dan AMD diperkirakan akan terus menjadi perhatian utama, terutama di tengah gelombang inovasi AI yang belum menunjukkan tanda-tanda melambat.

Nvidia dan AMD Pimpin Kenaikan Saham Teknologi
by Mohammad Alparidzy


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan