Jun 27, 2025

Larangan Pembelian Chip oleh Tiongkok Akibatkan Saham Nvidia Tertekan?

Default Featured Image

Saham Nvidia (NVDA) mengalami penurunan hingga 2,8% dalam perdagangan prapasar pada hari Senin (30/9/2024), setelah kabar bahwa regulator Tiongkok diduga mendorong perusahaan-perusahaan lokal untuk menghindari pembelian chip kecerdasan buatan (AI) dari Nvidia. 

Meskipun saham sempat mengurangi kerugiannya, tetap terpantau turun 1,4% menjadi sekitar $120 pada pembukaan pasar. Laporan dari Bloomberg pada Jumat lalu mengungkapkan bahwa Beijing mengarahkan perusahaan-perusahaan lokal untuk lebih memilih chip buatan dalam negeri di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat.

Tekanan ini datang di tengah upaya AS yang terus memperketat kontrol ekspor terhadap chip AI ke Tiongkok sejak akhir 2022, dalam upaya untuk menghambat kemajuan teknologi Tiongkok dalam “perlombaan senjata AI.” 

Bagi Nvidia, dampaknya cukup signifikan, karena penjualan ke Tiongkok menyumbang sekitar 14% dari pendapatan pusat datanya selama tahun fiskal yang berakhir 28 Januari 2024, turun dari 19% pada tahun sebelumnya.

### Chip AI Nvidia Terus Berjuang di Tengah Hambatan Ekspor

Nvidia berusaha mengatasi pembatasan ini dengan mengembangkan versi khusus chip untuk pasar Tiongkok, yang sesuai dengan peraturan ekspor yang lebih ketat. Salah satu produk baru yang diluncurkan untuk pasar Tiongkok, chip “H20” Hopper, diperkirakan akan menghasilkan pendapatan sebesar $12 miliar tahun ini. 

Selain itu, Nvidia juga tengah bersiap untuk meluncurkan versi terbaru dari chip Blackwell, yang disebut “B20” untuk Tiongkok, meskipun tanggal rilisnya belum ditentukan.

Di sisi lain, pasar gelap untuk chip Nvidia di Tiongkok dilaporkan terus berkembang, dengan penjualan di Tiongkok mulai pulih dalam beberapa kuartal terakhir. 

Menurut perkiraan Bloomberg, pendapatan dari penjualan di Tiongkok pada kuartal yang berakhir 28 Juli mencapai $3,7 miliar, naik 33,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Saham Nvidia sendiri telah naik 144% sejak awal tahun ini.

### Dampak pada Pasar dan Proyeksi Masa Depan

Selain Nvidia, indeks semikonduktor PHLX (^SOX) juga turun 1,2% pada Senin pagi. Beberapa rival Nvidia juga ikut terdampak, seperti saham Advanced Micro Devices (AMD) yang turun 0,6% dan Intel (INTC) yang jatuh hampir 2%. Sementara itu, produsen chip memori dan mitra Nvidia, Micron (MU), mengalami penurunan 3,4%.

Gil Luria, analis senior di D.A. Davidson, mengingatkan bahwa jika AS semakin ketat dalam memberlakukan pembatasan ekspor chip ke Tiongkok dan Tiongkok semakin ketat dalam mengawasi perusahaan lokalnya, dampaknya bisa sangat merugikan Nvidia.

Meski demikian, para analis tetap optimis terhadap Nvidia. Sekitar 90% analis Wall Street masih merekomendasikan pembelian saham ini dan memproyeksikan harga saham bisa naik hingga $147,61 dalam 12 bulan ke depan, menurut konsensus Bloomberg. CEO Moor Insights & Strategy, Patrick Moorhead, mengatakan, “Kecuali ekonomi runtuh atau kita terlibat perang, Nvidia masih kuat untuk 12 bulan ke depan.”

Daniel Newman, CEO Futurum Group, juga menyatakan ada “optimisme kuat” dari para pemimpin di sektor semikonduktor meskipun volatilitas di pasar, terutama setelah pemecahan saham Nvidia dengan rasio 10-for-1 pada bulan Juni lalu.

Meskipun Nvidia menghadapi tantangan signifikan terkait ketegangan perdagangan dengan Tiongkok dan ketatnya kontrol ekspor, optimisme di kalangan analis tetap tinggi. Pengembangan chip khusus untuk pasar Tiongkok dan upaya perusahaan untuk mengatasi kendala peraturan dapat memberikan ruang bagi Nvidia untuk terus tumbuh.

Larangan Pembelian Chip oleh Tiongkok Akibatkan Saham Nvidia Tertekan?
by Mohammad Alparidzy


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan