Jun 28, 2025

Saham Nvidia Melonjak Jelang Laporan Pendapatan: Apa Penyebabnya?

Default Featured Image

Saham Nvidia (NVDA) melonjak hampir 5% pada Selasa, menyusul optimisme dari analis Wall Street yang memproyeksikan permintaan kuat untuk chip kecerdasan buatan (AI) menjelang laporan pendapatan kuartalan perusahaan pada Rabu sore. Sentimen ini semakin diperkuat oleh kabar bahwa salah satu pelanggannya, Nebius Group, telah memesan hingga 35.000 chip Nvidia untuk kluster GPU pertama mereka di Amerika Serikat.

Ruben Roy, analis Stifel, menaikkan target harga Nvidia dari $165 menjadi $180, seraya mencatat bahwa permintaan untuk infrastruktur AI dan chip terbaru Nvidia, Blackwell, terus meningkat. “Kami percaya Nvidia berada dalam posisi yang sangat baik di pasar dengan total peluang pendapatan yang bisa mencapai $1 triliun dalam jangka panjang,” tulis Roy dalam catatannya.

### Kesepakatan dan Tantangan Produksi

Pesanan Nebius Group untuk 35.000 chip setara dengan 4% dari total pengiriman chip AI Hopper Nvidia pada periode Oktober, menurut data Bloomberg. Meski demikian, Nvidia menghadapi laporan tentang masalah overheating pada server Blackwell-nya, yang sempat menyebabkan penundaan produksi hingga kuartal Januari.

Nvidia belum mengonfirmasi isu tersebut dan menyebut iterasi teknik sebagai bagian normal dari proses pengembangan. Truist Securities, salah satu perusahaan analis terkemuka, menyatakan bahwa masalah pasokan mungkin menjadi faktor di balik laporan ini, tetapi komentar positif dari mitra Nvidia, seperti Dell Technologies, menunjukkan optimisme kuat terhadap produk terbaru Nvidia, termasuk sistem AI PowerEdge dengan chip GB200 NVL72.

### Pendapatan AI dan Prospek China

Di sisi lain, KeyBanc mengadopsi pandangan yang lebih berhati-hati menjelang laporan pendapatan Nvidia. Mereka menurunkan proyeksi penjualan kuartal keempat Nvidia dari $40 miliar menjadi $37,7 miliar, dengan alasan penurunan permintaan dari hyperscaler di China karena tekanan untuk menggunakan solusi AI domestik.

Namun, mayoritas analis tetap optimis. Bloomberg mencatat bahwa sekitar 90% analis Wall Street merekomendasikan pembelian saham Nvidia, dengan ekspektasi kenaikan laba kuartalan hingga 85% dari periode yang sama tahun lalu menjadi $0,74 per saham, dan pendapatan melonjak 84% menjadi $33,2 miliar.

Dengan pasar AI yang terus berkembang pesat, Nvidia tetap menjadi pemimpin industri yang diandalkan, meskipun tantangan pasokan dan kompetisi pasar terus membayangi. Laporan pendapatan minggu ini akan menjadi momen krusial bagi investor untuk menilai seberapa jauh Nvidia dapat melanjutkan dominasinya.

Saham Nvidia Melonjak Jelang Laporan Pendapatan: Apa Penyebabnya?
by Mohammad Alparidzy


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan