Jun 28, 2025

OpenAI Meluncurkan Divisi Perangkat Keras Konsumen Yang Dipimpin Oleh Mantan Meta AR

Default Featured Image

Meta menunjuk Caitlin Kalinowski, mantan kepala tim perangkat keras augmented reality mereka, untuk memimpin tim baru di OpenAI yang berfokus pada pengembangan perangkat keras konsumen. 

Kalinowski, yang sebelumnya memimpin pengembangan kacamata augmented reality “Orion” dari Meta, memiliki pengalaman luas sebagai desainer dan insinyur, termasuk perannya di Apple. Berdasarkan laporan dari TechCrunch, ia telah menghabiskan lebih dari sepuluh tahun di bidang realitas virtual dan metaverse, menciptakan produk yang mendorong batas teknologi terkini.

Proyek terakhirnya di Meta, yaitu kacamata augmented reality Orion, dikembangkan sebagai bagian dari ambisi Meta untuk memperluas ruang digital dalam metaverse. Namun, di OpenAI, peran Kalinowski diperkirakan akan beralih lebih ke pengembangan perangkat keras yang berfokus pada robotika konsumen. 

Hal ini bisa menjadi terobosan besar bagi OpenAI yang selama ini dikenal sebagai perusahaan perangkat lunak kecerdasan buatan. Masuknya Kalinowski sebagai pemimpin di bidang ini menunjukkan langkah strategis OpenAI untuk merambah ke industri perangkat keras, yang akan memungkinkan mereka menjangkau lebih banyak pengguna melalui produk fisik yang terintegrasi dengan AI.

Dalam unggahannya di X, Kalinowski menyatakan rasa antusiasnya bergabung dengan OpenAI untuk “memimpin divisi robotika dan perangkat keras konsumen.” Ia belum mengungkapkan jabatan resminya, tetapi divisi ini akan menjadi inisiatif pertama OpenAI dalam sektor perangkat keras konsumen. Keahlian dan pengalamannya di perusahaan besar seperti Meta dan Apple diharapkan akan membawa wawasan berharga untuk mengatasi tantangan dalam mengembangkan perangkat keras yang canggih namun terjangkau bagi konsumen.

Teknologi kecerdasan buatan mengalami lonjakan sejak OpenAI memperkenalkan ChatGPT pada tahun 2023. Perusahaan-perusahaan teknologi seperti Nvidia dan TSMC mengalami perkembangan pesat di bidang perangkat keras AI, tetapi produk perangkat keras AI untuk konsumen masih belum mencapai titik popularitas besar yang dikenal sebagai “momen iPhone.” OpenAI kini berharap bisa mempercepat adopsi AI di kalangan konsumen melalui inovasi perangkat keras yang lebih mudah diakses.

Beberapa produk yang mengintegrasikan AI di dunia nyata, seperti perangkat AI “pin” dari Humane atau speaker pintar dari Google dan Amazon, telah menarik minat publik dengan berbagai hasil. Namun, hingga kini, perangkat keras berbasis AI canggih seperti ChatGPT dari OpenAI belum mampu menembus pasar massal. 

Divisi perangkat keras konsumen OpenAI diharapkan mempercepat adopsi dengan melisensikan teknologi tertentu kepada perusahaan besar, alih-alih memproduksi perangkat sendiri. Strategi ini memungkinkan mereka memanfaatkan model AI andalan dan keahlian Kalinowski yang telah terbukti, serta memfasilitasi kolaborasi dengan produsen perangkat keras berskala besar seperti Meta dan Apple.

OpenAI Meluncurkan Divisi Perangkat Keras Konsumen Yang Dipimpin Oleh Mantan Meta AR
by Albert Agung


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan