Jun 29, 2025

Mendag AS, Howard Lutnick: Trump Bisa Saja Kurangi Tarif Mexico dan Canada

Default Featured Image

Presiden Donald Trump bersikukuh untuk menerapkan tarif pada Canada dan Mexico dalam pidato gabungannya di Kongres pada Selasa malam. 

Tetapi Menteri Perdagangan, Howard Lutnick, mengatakan bahwa Presiden dapat mengurangi tarif tersebut sambil menunggu lebih banyak kerja sama dari kedua negara.

Pada hari Selasa, Trump mengenakan pajak 25% untuk impor Mexico dan Canada. Ia juga menggandakan tarif 10% yang ia terapkan pada China.

> “Akan ada tarif, mari kita perjelas,” kata Lutnick di Bloomberg TV pada hari Rabu. “Tapi… dia akan mempertimbangkan untuk memberikan keringanan sampai kita sampai pada tanggal 2 April.”

Trump berencana untuk mengumumkan apa yang ia sebut sebagai tarif “resiprokal” pada tanggal tersebut.

Kemudian pada hari Rabu, Trump memberikan pengecualian satu bulan pada tarif untuk produsen mobil Amerika Serikat setelah berbicara dengan para Pemimpin Ford, General Motors dan Stellantis.

Trump juga mengatakan bahwa dia mengatakan kepada para Kepala Eksekutif Produsen Mobil, bahwa mereka harus memindahkan produksi ke AS dari Canada dan Mexico, menurut Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt.

Dampak Tarif Trump Terhadap Ekonomi

Trump mengatakan bahwa ia memberlakukan tarif karena aliran fentanil ke Amerika Serikat. Ia juga mengatakan bahwa tarif adalah untuk menghilangkan defisit perdagangan AS dengan negara lain.

Meskipun pengumuman tarif pada hari Selasa menyebabkan pasar saham jatuh dan membuat beberapa konsumen khawatir, Trump membela mereka dalam pidatonya.

“Tarif adalah tentang membuat Amerika kaya lagi dan membuat Amerika hebat lagi,” katanya kepada Anggota Parlemen. 

> “Dan itu sedang terjadi, dan akan terjadi dengan cepat. Akan ada sedikit gangguan, tetapi kami tidak mempermasalahkannya. Tidak akan banyak.”

Canada dan China melakukan tindakan pembalasan. Perdana Menteri Canada, Justin Trudeau, menyebut tarif Trump “bodoh” meskipun ia berbicara dengan Presiden pada Rabu pagi.

“Justin Trudeau, dari Canada, menelepon saya untuk menanyakan apa yang dapat dilakukan mengenai tarif. Saya mengatakan kepadanya bahwa banyak orang telah meninggal akibat fentanil yang masuk melalui perbatasan Canada dan Mexico dan tidak ada yang meyakinkan saya bahwa hal tersebut telah berhenti,” kata Trump pada hari Rabu di Truth Social. 

> “Dia mengatakan bahwa keadaan sudah membaik, tetapi saya berkata, ‘Itu tidak cukup baik’.”

Namun, Trump mengatakan bahwa panggilan telepon itu berakhir dengan “agak” bersahabat.

Para Pejabat Mexico berencana untuk mengumumkan tanggapan tarif mereka pada hari Minggu.

Mendag AS, Howard Lutnick: Trump Bisa Saja Kurangi Tarif Mexico dan Canada
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan