Jun 29, 2025

Daya Tarik Kripto Tumbuh di Kota-Kota Kecil di India di Tengah Tantangan Ekonomi

Default Featured Image

Perdagangan Kripto di India Meledak, Didukung oleh Kota-Kota Kecil

Perdagangan kripto di India mengalami lonjakan besar, terutama di kota-kota kecil, karena investor mencari peluang baru di tengah pertumbuhan lapangan kerja yang lambat dan regulasi keuangan yang semakin ketat, menurut laporan Reuters pada 25 Februari.

Volume perdagangan di empat bursa kripto terbesar di India lebih dari dua kali lipat pada kuartal terakhir, mencapai $1,9 miliar, menurut data dari CoinGecko.

Pergeseran ini terjadi akibat pembatasan regulasi pada perdagangan opsi saham, yang mendorong investor ritel untuk beralih ke aset digital. Dengan hampir dua pertiga dari 1,4 miliar penduduk India berusia di bawah 35 tahun, semakin banyak trader muda yang mencari kemandirian finansial melalui pasar kripto.

Momentum Perdagangan Ritel

Jika sebelumnya pasar kripto India didominasi oleh pusat keuangan besar, kini pertumbuhan pesat justru didorong oleh trader dari kota-kota kecil.

Data dari CoinSwitch, salah satu platform kripto terbesar di India, menunjukkan bahwa tujuh dari sepuluh kota dengan tingkat adopsi kripto tertinggi pada 2024 berasal dari luar kota metropolitan, seperti Jaipur, Lucknow, dan Pune.

Balaji Srihari, wakil presiden CoinSwitch, yang memiliki basis pengguna 20 juta orang, menyatakan:

> “Perdagangan ritel kini berkembang di luar kota-kota besar. Tren yang sebelumnya mengubah pasar saham kini terjadi di pasar kripto.”

Bursa kripto dan akademi perdagangan kini memanfaatkan permintaan yang meningkat dengan menawarkan program edukasi bagi investor baru. Misalnya, Thoughts Magic Trading Academy di Nagpur mengalami lonjakan jumlah siswa yang ingin beralih dari perdagangan saham ke perdagangan kripto.

Menurut firma konsultan Grant Thornton Bharat, sektor kripto di India diproyeksikan tumbuh dari $2,5 miliar pada 2024 menjadi lebih dari $15 miliar pada 2035, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sekitar 18,5%.

Ketidakpastian Regulasi

Meskipun minat terhadap kripto meningkat pesat, regulasi kripto di India masih belum jelas, dengan pemerintah yang mengambil pendekatan hati-hati terhadap sektor ini.

Hingga kini, pemerintah belum memperkenalkan kerangka hukum yang komprehensif, dan tanggung jawab pengawasan masih belum ditentukan. India telah memberlakukan pajak 30% atas keuntungan perdagangan kripto, tetapi belum menerapkan aturan sekuritas khusus untuk aset digital.

Reserve Bank of India (RBI) tetap bersikap waspada, memperingatkan potensi risiko stabilitas keuangan akibat adopsi kripto yang meluas. Dalam Laporan Stabilitas Keuangan Desember 2024, bank sentral menyoroti kekhawatiran terhadap volatilitas dan dampak makroekonomi dari aset digital.

Namun, peringatan ini tidak cukup untuk menghambat partisipasi ritel. Dengan pertumbuhan lapangan kerja yang lebih lambat dibandingkan ekspansi ekonomi, banyak investor, terutama di kota-kota kecil, melihat perdagangan kripto sebagai cara untuk menambah penghasilan dan mencapai kemandirian finansial.

Daya Tarik Kripto Tumbuh di Kota-Kota Kecil di India di Tengah Tantangan Ekonomi
by Nona dari Nanovest


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan