Jun 30, 2025

Meliuz Brasil Pertaruhkan Masa Depan pada Bitcoin, Saham Naik 27%

Default Featured Image

Di tengah dinamika pasar global dan ketidakpastian nilai tukar mata uang fiat, langkah berani datang dari tanah tropis Amerika Selatan. Meliuz, perusahaan fintech asal Brasil yang dikenal lewat layanan cashback dan teknologi keuangannya, baru saja membuat gebrakan yang bisa jadi sinyal besar:

Bitcoin bukan lagi sekadar aset spekulatif, tapi mulai menapaki jalan sebagai tulang punggung keuangan korporasi.

Pada 14 April lalu, Meliuz secara resmi mengumumkan niatnya untuk menjadikan Bitcoin sebagai aset strategis utama dalam neraca perusahaannya, sebuah langkah yang akan segera dimintakan persetujuan kepada para pemegang saham dalam rapat pada 6 Mei mendatang.

Jika disetujui, perusahaan akan mengarahkan kelebihan kas operasional mereka untuk terus membeli Bitcoin, bukan hanya sebagai lindung nilai, tetapi sebagai bagian dari strategi pertumbuhan.

Langkah ini bukan tanpa dasar. Pada Maret 2025, Meliuz sudah mengakuisisi 45 BTC senilai sekitar $4,1 juta, menyusul persetujuan dewan untuk menggunakan maksimal 10% dari kas perusahaan untuk aset digital tersebut.

Ini bukan sekadar aksi coba-coba; ini bagian dari rencana jangka panjang yang terstruktur.

Efek Langsung Lonjakan Saham

Pasar menyambut baik inisiatif ini. Saham Meliuz (kode: CASH3) melesat lebih dari 14% dalam sehari, dari 3,28 real Brasil ($0,56) menjadi 3,76 real ($0,64), dan terus naik hingga mencapai 3,85 real ($0,65) dalam lima hari.

Investor jelas melihat peluang, dan pasar menyiratkan satu pesan penting: perusahaan yang berpihak pada inovasi aset digital punya masa depan cerah.

Namun, perusahaan tetap membuka opsi bagi pemegang saham yang tidak setuju. Mereka yang memiliki saham sebelum 14 April bisa meminta pengembalian jika merasa langkah ini terlalu berisiko.

Tren Global: Meliuz Tidak Sendirian

Meliuz bukan satu-satunya pemain baru dalam arus adopsi Bitcoin oleh perusahaan publik. Menurut data dari Bitwise, total Bitcoin yang dipegang oleh perusahaan publik meningkat 16,1% di kuartal pertama 2025, menembus angka 688.000 BTC secara global.

Dalam periode ini saja, sekitar 95.431 BTC telah dibeli oleh entitas korporat.

Selain Meliuz, platform video Rumble juga masuk dalam daftar 12 perusahaan baru yang mulai memegang Bitcoin di Q1 2025. Dan tentu saja, tak lengkap membahas tren ini tanpa menyebut Michael Saylor dan MicroStrategy, yang belum lama ini membeli 3.459 BTC senilai $285,5 juta pada 14 April.

Strategi atau Spekulasi?

Langkah Meliuz memicu perdebatan klasik: apakah ini strategi keuangan masa depan atau sekadar spekulasi tinggi? Namun, dari sudut pandang manajemen risiko dan diversifikasi aset, keputusan ini mencerminkan kepercayaan yang meningkat terhadap Bitcoin sebagai penyimpan nilai jangka panjang, terutama di kawasan seperti Amerika Latin yang menghadapi fluktuasi nilai tukar dan inflasi tinggi.

Brasil, seperti banyak negara berkembang lainnya, tengah mengalami lonjakan minat terhadap mata uang kripto. Dengan inflasi tahunan yang masih berada dalam dua digit pada awal 2025 dan penurunan kepercayaan terhadap mata uang lokal, masyarakat dan kini korporasi mencari alternatif yang lebih tahan banting.

Tanda-Tanda Zaman?

Meliuz bisa saja menjadi pionir dalam gelombang adopsi korporat Bitcoin di Amerika Latin. Jika strategi ini sukses, bukan tak mungkin perusahaan-perusahaan fintech lain baik di Brasil maupun kawasan lain akan mengikuti jejak yang sama.

Bitcoin bukan lagi hanya “eksperimen digital”, tapi mulai menjelma menjadi instrumen finansial yang sah dan diperhitungkan.

Apakah ini awal dari era baru di mana neraca keuangan perusahaan akan menyertakan BTC sebagai standar baru likuiditas? Atau hanya gelombang sementara yang kelak memudar? Satu hal pasti: yang dilakukan Meliuz hari ini sedang mencetak sejarah untuk ditonton dunia.

Meliuz Brasil Pertaruhkan Masa Depan pada Bitcoin, Saham Naik 27%
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan