Jun 30, 2025

Ketua Baru SEC Paul Atkins Hentikan Gugatan Kripto: Apa Strateginya?

Default Featured Image

Sebuah era baru tengah menggeliat di dunia regulasi keuangan Amerika Serikat. Paul S. Atkins, sosok yang dikenal tegas namun terbuka terhadap inovasi, resmi dilantik sebagai Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) ke-34 pada 21 April.

Penunjukannya, yang diajukan oleh Presiden Donald Trump dan disetujui Senat dengan suara 52-44, menandai potensi pergeseran besar dalam pendekatan SEC terhadap industri aset digital.

Di tengah tumpukan pekerjaan rumah yang ditinggalkan oleh pendahulunya, Atkins membawa bukan hanya pengalaman, tetapi juga portofolio kripto pribadi dan rekam jejak keterbukaan terhadap teknologi blockchain.

Siapa Paul Atkins? Bukan Pendatang Baru di Dunia Regulator

Atkins bukan wajah baru di SEC. Ia pernah menjabat sebagai komisaris antara 2002 hingga 2008. Kini, ia kembali dengan misi yang lebih besar: memodernisasi pendekatan SEC terhadap inovasi keuangan, terutama kripto.

Dalam pernyataan resminya, ia menegaskan komitmennya:

“Kami akan memastikan Amerika Serikat menjadi tempat paling aman dan paling menarik di dunia untuk berinvestasi dan menjalankan bisnis.”

Crypto-Friendly? Semua Tanda Mengarah ke Ya

Berbeda dengan ketua sebelumnya, Gary Gensler, yang selama masa jabatannya kerap bersikap agresif terhadap proyek-proyek kripto, Atkins justru dikenal lebih bersahabat terhadap aset digital.

Salah satu sinyal paling mencolok adalah portofolio keuangan pribadinya yang, menurut laporan, mencakup investasi hingga $6 juta dalam proyek-proyek seperti Anchorage Digital (platform kustodian kripto) dan Securitize (tokenisasi aset).

Meskipun hal ini sempat menunda proses konfirmasi karena prosedur pengungkapan finansial, komunitas kripto justru melihatnya sebagai kabar baik: seorang regulator yang benar-benar memahami industrinya.

Pembalikan Arah? Gugatan terhadap Proyek Kripto Dihentikan

Tanda-tanda pergeseran pendekatan sudah mulai terlihat. SEC di bawah Atkins telah menghentikan sejumlah penyelidikan dan gugatan besar terhadap proyek kripto, termasuk Coinbase, Consensys, Gemini, dan Uniswap semuanya adalah nama-nama besar yang sebelumnya berhadapan langsung dengan SEC era Gensler.

Lebih dari itu, Crypto Task Force yang dibentuk pada Januari lalu oleh ketua sementara Mark Uyeda, kini dilanjutkan oleh Atkins sebagai forum diskusi dengan para pelaku industri. Tujuannya?

Menciptakan jalur komunikasi dan regulasi yang tidak hanya keras, tetapi juga masuk akal.

Tantangan Besar Ledakan ETF Kripto di Meja SEC

Tak kurang dari 70 permohonan ETF kripto sedang menunggu keputusan SEC. Dari yang berbasis XRP, Litecoin, Solana, hingga yang terdengar lebih “nyeleneh” seperti Dogecoin dan bahkan “2x Melania” semuanya mencerminkan apa yang oleh analis Bloomberg disebut sebagai pendekatan “spaghetti cannon”.

“Penerbit mencoba mengajukan sebanyak mungkin produk dan melihat mana yang akan ‘menempel di dinding’,” ujar James Seyffart, analis ETF di Bloomberg.

Bagi Atkins, ini bukan sekadar tantangan teknis, melainkan ujian kepercayaan pertama dari komunitas dan industri. Keputusan-keputusan awalnya bisa menentukan arah pasar kripto global dalam satu-dua tahun ke depan.

Momen Penentu di Persimpangan Regulasi

Penunjukan Paul Atkins mungkin adalah momen yang telah lama ditunggu-tunggu oleh komunitas kripto. Dengan pendekatan yang tampaknya lebih rasional dan inklusif, SEC berpotensi untuk bertransformasi dari badan penegak hukum menjadi mitra strategis dalam perkembangan keuangan digital.

Namun jangan buru-buru bersorak. Jalan menuju kepastian regulasi masih panjang, dan akuntabilitas publik terhadap konflik kepentingan tetap menjadi sorotan. Apakah Atkins bisa menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan perlindungan investor?

Waktu dan pasar yang akan menjawabnya.

Ketua Baru SEC Paul Atkins Hentikan Gugatan Kripto: Apa Strateginya?
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan