Jun 30, 2025

Kebijakan Kripto Trump Disorot: Industri Melesat, Politik Memanas

Default Featured Image

Satu abad hari telah berlalu sejak Donald Trump kembali ke Gedung Putih, dan sejarah mulai mencatat babak barunya. Bagi komunitas kripto, masa ini adalah campuran paradoks: janji manis regulasi pro-kripto, dipadukan dengan ketidakstabilan ekonomi global akibat keputusan kebijakan luar negeri yang agresif.

Pasar berguncang, stablecoin dicurigai, dan industri blockchain seolah berdansa di tepi jurang antara kemajuan dan kehancuran.

Crypto-Friendly Tapi Kontroversial Dari Meme Coin ke “Cadangan Bitcoin Nasional”

Langkah pertama yang mencolok adalah peluncuran WLFI token oleh keluarga Trump pada hari pelantikan, 20 Januari 2025. Token ini bukan hanya sebuah aset kripto baru, melainkan sinyal keras bahwa presiden ingin menguasai narasi digital asset dari level tertinggi pemerintahan.

Namun, fakta bahwa token ini tidak bisa diperdagangkan membuat banyak investor mempertanyakan motif utamanya investasi atau propaganda?

Seolah belum cukup mengguncang, Trump juga langsung menempatkan tokoh-tokoh pro-kripto di lembaga regulator utama. Paul Atkins menggantikan Gary Gensler sebagai Ketua SEC, sementara Brian Quintenz memimpin CFTC.

Langkah ini dipandang sebagai kemenangan besar bagi komunitas kripto yang selama ini tercekik oleh ketidakpastian regulasi.

“Stargate”, Ross Ulbricht, dan Pelarangan Dolar Digital

Dalam waktu kurang dari sebulan, Trump meluncurkan proyek Stargate AI senilai $500 miliar bersama OpenAI dan Oracle, kemudian membebaskan Ross Ulbricht, pendiri Silk Road. Bagi banyak orang, pembebasan Ulbricht lebih dari sekadar politik.

Ini adalah sinyal kuat bahwa pendekatan baru terhadap kejahatan digital dan kebebasan finansial sedang dibentuk dari atas.

Namun yang paling eksplosif adalah larangan eksplisit atas CBDC (Central Bank Digital Currency) melalui eksekutif order. Bagi para pendukung privasi, ini adalah langkah menyelamatkan demokrasi digital.

Namun bagi bank sentral dan regulator global, keputusan ini menciptakan kebingungan yang memperumit kerangka kerja keuangan masa depan AS.

Perang Dagang dan Volatilitas Pasar Kripto Tidak Kebal

Tidak semua keputusan Trump bersifat bullish untuk Bitcoin. Langkah agresif meluncurkan perang dagang terhadap China, Kanada, dan Meksiko termasuk “Hari Pembebasan” (Liberation Day) di mana Trump mengenakan tarif 10% minimum kepada semua mitra dagang membuat investor waswas.

Harga perangkat elektronik naik, margin profit penambang Bitcoin tergerus, dan saham-saham teknologi AS rontok. Bahkan, kapitalisasi pasar global kehilangan sekitar $9 triliun, menurut Anthony Scaramucci. Dampak ini memperburuk sentimen ekonomi dan memicu prediksi resesi menengah hingga besar dalam waktu dekat.

Strategi Bitcoin Nasional Simbolisme atau Aksi Nyata?

Pada 7 Maret, Trump mengumumkan pembentukan Strategic Bitcoin Reserve sebuah kebijakan yang terdengar revolusioner, tapi ternyata hanya mengonsolidasikan Bitcoin yang telah disita pemerintah dari kasus kriminal.

Meskipun perintah eksekutif membuka peluang pembelian tambahan, pembatasan anggaran membuatnya lebih mirip gimmick politik daripada komitmen ekonomi.

Seiring waktu, stockpile aset digital lainnya juga diumumkan, termasuk ETH, SOL, XRP, dan ADA. Bagi Bitcoin maximalist, ini adalah setengah langkah yang tidak cukup mengubah arah dominasi keuangan global.

Skandal Makan Malam $300.000 dan Ancaman Pemakzulan

Jika kamu pikir semuanya akan berakhir di sana, maka belum saatnya menutup lembaran. Pada 25 April, beredar kabar bahwa pemegang token WLFI berkesempatan makan malam dengan Presiden dengan “harga masuk” sekitar $300.000 per kursi.

Pemerintah membantah, tapi kerusakan sudah terjadi. Senator Jon Ossoff langsung menyatakan dukungannya terhadap pemakzulan Trump atas dasar etika dan konflik kepentingan.

“Jika presiden menjual akses langsung melalui proyek kriptonya sendiri, itu sudah jelas masuk kategori pelanggaran konstitusional,” kata Ossoff dalam pernyataan publik.

Legislasi di Kongres Janji yang Kian Sulit Terwujud

Ironisnya, semua dinamika ini malah bisa menghambat regulasi kripto yang substansial. STABLE Act, undang-undang yang diharapkan menjadi dasar legal stablecoin di AS, telah lolos voting komite, namun terancam terhambat karena polarisasi politik yang meningkat. Di Senat, GENIUS Act juga menghadapi perpecahan tajam berdasarkan garis partai.

Anthony Scaramucci menyimpulkan dengan tajam: “Trump telah membuat segalanya begitu panas, hingga sulit untuk mewujudkan perubahan nyata yang diinginkan industri kripto.”

100 Hari dengan Dampak 10 Tahun?

Apa yang terjadi dalam 100 hari ini bukan hanya membentuk peta jalan kripto Amerika, tapi juga membuka bab etika baru dalam integrasi teknologi, kekuasaan, dan kekayaan pribadi. Apakah ini lompatan menuju adopsi massal, atau bencana reputasi yang akan memicu regulasi lebih keras?

Kebijakan Kripto Trump Disorot: Industri Melesat, Politik Memanas
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan