Jun 30, 2025

Harga Emas dan Bitcoin Naik Tajam: Investor Waspadai The Fed dan Konflik Global

Default Featured Image

Saat dunia berdiri di ujung tanduk geopolitik dan ekonomi, investor kembali ke dua “pelarian klasik”: emas dan Bitcoin. Keduanya menunjukkan kekuatan luar biasa menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve yang bisa menjadi titik balik bagi arah pasar keuangan global tahun ini.

Emas melonjak 0,7% menjadi $3.357 per ounce, sementara Bitcoin bertahan kokoh di $97.500, hanya sekitar 10% dari level tertinggi sepanjang masa sebesar $108.786 pada Januari lalu. Keduanya memanfaatkan ketegangan geopolitik, risiko inflasi yang membandel, dan ekspektasi bahwa bank sentral AS mungkin melonggarkan kebijakan moneter lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

The Fed, di Antara Inflasi dan Resesi

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dijadwalkan mengumumkan keputusan suku bunga terbarunya pada Rabu waktu AS. Konsensus pasar saat ini memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%-4,50%.

Namun yang lebih krusial bukanlah angka tersebut melainkan nada pidato Jerome Powell, yang bisa mengisyaratkan arah kebijakan moneter ke depan.

Apakah akan ada pemangkasan suku bunga pada Juni mendatang? Atau inflasi yang tak kunjung surut membuat The Fed bermain aman?

Menurut Nic Puckrin dari The Coin Bureau, jika The Fed menunjukkan nada dovish dan memberi sinyal pemangkasan suku bunga, Bitcoin punya peluang besar untuk menembus kembali level psikologis $100.000.

“Level ini adalah magnet likuiditas,” ujarnya sebuah istilah yang menunjukkan titik harga di mana volume perdagangan bisa melonjak tajam.

Ketegangan Global Rudal, Balas Dendam, dan Tarif Baru

Namun bukan hanya The Fed yang mendorong minat pada aset lindung nilai. Dunia sedang mendidih.

Sebuah rudal balistik yang ditembakkan oleh kelompok Houthi dari Yaman menghantam dekat Bandara Ben Gurion di Tel Aviv. Respons Israel? Serangkaian serangan udara ke berbagai infrastruktur di Yaman, termasuk bandara internasional Sanaa, sebuah pabrik semen, dan instalasi listrik.

Setidaknya tiga orang tewas dan puluhan luka-luka. Kelompok Houthi pun berjanji akan membalas.

Di sisi lain dunia, Presiden Donald Trump kembali mengguncang pasar dengan mengusulkan tarif baru terhadap produk farmasi dan media asing. Langkah ini dipandang sebagai sinyal kembalinya kebijakan proteksionis yang bisa memperburuk ketegangan dagang global, terutama dengan China.

Namun, pasar Asia justru menunjukkan reli ringan setelah adanya konfirmasi pembaruan pembicaraan dagang antara AS dan China, yang sedikit meredakan kekhawatiran pelaku pasar untuk sementara.

Bitcoin, Emas, dan Narasi Baru Aset Safe Haven

Kenaikan harga emas jelas mencerminkan permintaan aset safe haven klasik. Tetapi Bitcoin kini mulai masuk dalam narasi yang sama. Tak hanya karena ekspektasi ETF spot dan arus spekulatif, tapi juga karena kebijakan moneter longgar menjadi bahan bakar bagi kenaikan aset digital berisiko tinggi.

Hal menarik lainnya: analis juga mencatat adanya lonjakan permintaan emas dari investor China dan bank sentral yang ingin mengurangi eksposur terhadap dolar AS. Fenomena ini mengindikasikan terjadinya realokasi aset global yang bisa berlangsung lama.

Apa Implikasinya bagi Investor Indonesia?

1. Volatilitas Tetap Tinggi – Baik emas maupun Bitcoin akan tetap berfluktuasi selama ketegangan geopolitik dan ketidakpastian kebijakan moneter belum mereda.
 
2. Diversifikasi Penting – Kombinasi antara aset lindung nilai klasik seperti emas dan alternatif seperti Bitcoin bisa menjadi strategi pertahanan di tengah ketidakpastian makro.
 
3. Waspadai Kebijakan AS – Setiap pernyataan dari The Fed atau kebijakan ekonomi AS bisa langsung berdampak pada aset global, termasuk IHSG dan nilai tukar rupiah.

Dunia di Ambang, Pasar Menunggu Nafas Baru

Kita sedang hidup dalam masa penuh ketidakpastian. Saat langit dunia menggelap oleh rudal dan retorika ekonomi, investor berbondong-bondong mencari pelabuhan yang aman. Baik Bitcoin maupun emas kini bersinar sebagai simbol resistensi terhadap kekacauan yang semakin kompleks dan mungkin, baru saja dimulai.

“Jangan tunggu krisis untuk membeli keamanan,” tulis seorang analis. Dan dalam konteks ini, keamanan punya dua wajah: yang bersinar dan yang terdesentralisasi.

Harga Emas dan Bitcoin Naik Tajam: Investor Waspadai The Fed dan Konflik Global
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan