Jun 30, 2025

Harga Bitcoin Naik Tajam Prediksi Tertinggi 2025 Bisa Tembus $444.000

Default Featured Image

Bitcoin kini diperdagangkan di atas angka psikologis $100.000 sebuah pencapaian monumental yang bukan hanya membangkitkan optimisme para investor, tapi juga memicu perdebatan filosofis: apakah Bitcoin benar-benar siap mengambil alih tongkat estafet dari emas sebagai store of value utama dunia?

Bukan hanya komunitas kripto yang bersorak. Jurrien Timmer, Direktur Global Macro di Fidelity, menyebut bahwa korelasi antara Bitcoin dan emas semakin menunjukkan bahwa keduanya kini layak dibandingkan dalam aspek risiko dan imbal hasil.

Dalam bahasa keuangan, ini disebut dengan Sharpe ratio dan Bitcoin kini makin mendekati performa emas, walau tetap dengan volatilitas yang lebih tinggi.

Bitcoin vs Emas Pertarungan Dua Era

Timmer mencatat bahwa meskipun emas dan Bitcoin sama-sama dilabeli sebagai aset lindung nilai, kenyataannya mereka bergerak dalam arah yang sering berlawanan. “Untuk dua pemain dalam tim penyimpan nilai, ini bukan sesuatu yang saya duga,” ujar Timmer.

Dalam laporan Fidelity, Timmer menyarankan alokasi 4 banding 1 antara emas dan Bitcoin dalam portofolio bagi mereka yang menginginkan perlindungan nilai, menandakan bahwa peran Bitcoin sebagai komponen utama pelindung kekayaan semakin valid.

Namun, jika kita melihat dinamika sepanjang 2025, tak semuanya berjalan mulus untuk Bitcoin.

2025 Awal Tahun yang Berat, Tapi Tren Berbalik

Meski Bitcoin mencatat lonjakan 120% sepanjang 2024, sebagian besar karena masuknya dana besar ke dalam ETF Bitcoin (sebesar $35 miliar dan setara 500.000 BTC), kuartal pertama 2025 menghadirkan kejutan: aliran dana melambat drastis, hanya sepertiga dari tahun sebelumnya. Sementara itu, ETF emas justru menikmati lonjakan minat.

Menurut buletin makroekonomi Ecoinometrics, penyebab utamanya adalah ketidakpastian: kebijakan The Fed yang belum jelas, kekhawatiran ekonomi domestik, serta kebijakan dagang AS yang sempat membuat investor “main aman” dengan memilih emas.

Namun dalam beberapa minggu terakhir, tren berbalik. Dengan Federal Reserve yang menunjukkan sikap lebih akomodatif, serta arah kebijakan dagang yang mulai jelas pasca pemilu, dana mulai kembali mengalir ke Bitcoin dan membawa serta harapan baru.

Kombinasi Langka Aset Bernilai & Aset Bertumbuh

Dalam laporan terpisah, Bitcoin Suisse menegaskan bahwa Bitcoin kini berfungsi sebagai “pisau lipat Swiss” dalam dunia aset: bisa bertahan dalam iklim risiko tinggi (risk-off) maupun pasar yang sedang naik (risk-on).

Dengan 88% pasokan BTC saat ini dalam posisi untung, dan momentum terus menguat, analis menilai kita bisa segera memasuki “fase akselerasi” menuju level harga yang jauh lebih tinggi.

Prediksi 2025 $220.000 Hingga $444.000?

Tidak sedikit analis yang mulai berspekulasi bahwa Bitcoin dapat menyentuh angka $250.000 atau bahkan lebih tahun ini. Dalam model proyeksi yang mengaitkan valuasi Bitcoin dengan emas sebagai tolok ukur kekayaan non-negara, Bitcoin diprediksi bisa mencapai $444.000 jika tren nilai jaringan (network value) mengikuti pola eksponensial.

Namun, pendekatan yang lebih konservatif, seperti yang disampaikan oleh analis Apsk32, menunjukkan target yang tetap agresif di kisaran $220.000 untuk tahun 2025.

Bitcoin, Si Anak Digital yang Kini Jadi Simbol Keyakinan

Kisah Bitcoin bukan hanya soal teknologi atau spekulasi. Ini adalah kisah tentang kepercayaan baru terhadap nilai. Bitcoin bukan lagi hanya tentang cuan instan, tapi tentang tempat orang menyimpan harapan di tengah ketidakpastian fiat, geopolitik, dan inflasi.

Jika emas adalah legenda dari era analog, maka Bitcoin kini mendekati status sebagai emas digital abad ke-21. Dan di harga enam digit ini, dunia keuangan tidak lagi bisa mengabaikannya.

Harga Bitcoin Naik Tajam Prediksi Tertinggi 2025 Bisa Tembus $444.000
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan